Menolong dengan Dua Telinga
Huuuh, Rani menarik nafas panjang sebelum memulai ceritanya. "Aku tidak pernah menyangka, Adikku tega melakukan hal ini padaku." Mata Rani berkaca-kaca sambil bercerita mengenai perlakuan Adiknya sendiri.
Rani benar-benar terpukul dengan apa yang dialaminya, hatinya remuk akibat kejamnya lisan yang menusuknya.
Malam semakin larut, dingin mulai hadir menyelimuti bumi, tetapi tidak bagi Rani yang jiwanya terbakar amarah. Rasanya dia belum bisa melupakan fitnah yang ditebar adiknya sore tadi.
"Bersabarlah Rani, kebenaran pasti akan menunjukkan wujudnya!" kataku membuat hatinya tenang.
"Terima kasih." Rani menjawab singkat dengan air mata berderai membasahi wajahnya.
Mendengarkan keluh kesah seorang teman dan memberikan support kepadanya bukanlah sesuatu yang mahal, tetapi bisa menjadi sangat luar biasa jika ikhlas hanya dengan menggunakan kedua telinga dan hati kita.
#tantangangurusiana#hari ke-172
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren tulisannya bun, sukses selalu.
Terima kasih Ibu. Sukses juga buat Ibu.