Maaf....aku salah memilih teman tidur
Memulai kesibukan dipagi hari adalah hal yang biasa, aku bagi-bagi tugas dengan anak laki- laki ku yg pertama, dia pergi dan pulang dengan anakku yang kedua sementara aku pergi dan pulang bersama anak yang ke tiga. Aku bersyukur anak-anak ku bisa diandalkan untuk berbagi tugas, tragedi yang terjadi dikeluargaku telah menjadikan mereka mandiri dan dewasa, mendekatkan kami satu sama lain, saling peduli dan saling menjaga dalam konsisi apapun.
Pagi itu kami mengambil bagian tugas masing- masing dan berpisah di gerbang pagar rumah, ku kecup satu persatu anak ku dan mereka mencium tanganku seraya berpamitan dan mengucapka "Assalamualaikum"
Setelah ku antar anak bungsuku, dengan bergegas aku mengejar waktu untuk segera tiba di kantor, maklum absen menggunakan faceprint tidak ada toleransi untuk terlambat.
Alhamdulillah aku tiba sebelum tanda bel dibunyikan, ku langkahkan kaki menuju ruang kerja, belum sempat aku mendarat di kursi kerjaku, semua orang menghampiri dan hampir bersamaan memanggil ku "Bu Eka..." dengan aga bingung aku menjawab panggilan kompak rekan rekan kerja ku itu "Ya..." mereka mendekat dan mulai saling lirik mempersilahkan satu sama laun untuk memulai pembicaraan, karena tidak ada satupun yang memulai akhirnya aku yg bertanya " Ada apa ya?" Melihat kebingungan ku, akhirnya bu nensi memulai percakapan dengan ku " Bu Eka udah tau belum?" Semakin aku bingung dibuatnya " tau tentang apa ya?" Dan yang lain dengan kompak menjawab " tuch kan pasti bu Eka belum tau" lalu bu nensi mulai menceritakan apa yg terjadi, bahwa ternyata mantan suami ku meng edd semua rekan kerjaku. Aku hanya terdiam dan mengatakan "terserah teman- teman mau diterima atau tidak saya sudah tidak ada hubungan dengan dia lg" tapi ternyata bukan hanya masalah meminta pertemanan tapi karena foto profil dan tulisannya membuat mereka prihatin terhadap ku.
Bu mey menyodorkan hp nya dan aku mulai melihat apa yang mereka katakan. Kulihat fotonya mesra bersama perempuan itu, aku tersenyum, ku baca kalimat-kalimat yang dia tuliskan tentang harapannya kepada pa mentri, tentang tuduhan dan sindirannya terhadap aku, anak-anak, rekan kerja bahkan lembaga tempat aku bekerja. Bahasanya begituh menyudutkan, semua tulisannya bernada sinis. Jantungku berdegup kencang, tubuh ku mulai terguncang mukaku panas menahan amarah, batin ku menjerit, aku terduduk lemas di kusi kerjaku, rekan kerjaku satu persatu menyemangati ku, memberi pelukan dan dukungan. Rekan kerjaku semua berkumpul, bapak-bapak dan ibu-ibu semuanya memeriksa sosmesnya masing-masing, dan memang benar mereka pun diminta pertemanan. Aku hanya bisa diam dan tersenyum, tak ada satu katapun yang bisa kuucapkan sampai seseorang menghampiriku, sambil menepuk pundak ku dia berkata " ga usah dipikirkan, lanjutkan kehidupan kamu neng, anak-anak butuh kamu untuk tetap kuat dan tegar" pak ahmad salah satu yang mungkin ada dalam sindiran tulisan mantan suami ku. Aku mulai menitikan air mata dan mengatakan sesuatu ke pa Ahmad " pa...maafkan saya...mungkin saya salah memilih teman tidur" sambil terisak aku terus mengucapkan kata maaf, aku ingat betul bagaimana aku bercerita tentang keseharianku menjelang tidur padanya dan aku tak habis pikir setega itu dia memceritakan tentang keluh kesahku, mungkin dia lupa bahwa apa yg dia tuliskan tentang kejelekanku adalah kegagalan dia sebagai imam, bahwa apa yang dia tuliskan bukan cuma aku yg menikmatinya tapi dia ikut memakannya.Aku bersyukur rekan-rekanku tidak menjadikan itu masalah mereka paham bahwa sebetulnya itu hanyalah curhatan istri terhadap suami menjelang tidur, keluh kesah selama bekerja diluar rumah dan cerita tentang perang batin pada saat melakukan pekerjaan.
Demi Allah aku tidak menyesali perceraian ini, aku sudah tak peduli dengan apa yang terjadi tapi kenapa dia masih mengusik kehidupanku, kenapa dia tidak permasalahkan apa yang dia rampas dari ku dan anak anak, kenapa gara2 perempuan itu dia tidak menafkahi anak-anaknya, kenapa dia tidak mempedulikan perasaan anak-anaknya dengan menggunakan sosmed untuk berselisih dengan ku, dia hanya nyinyir dengan masa lalu tapi lupa untuk tanggung jawan setelah perceraian itu, hati ku masih mendidih, pikiranku masih melayang sampai pada akhirnya aku sadar bahwa rekan-rekanku ada untuk memberi dukungan. Mereka tidak marah padaku, merrkapun tidak menjadikan itu permasalahan justru mereka membesarkan hati ku dan mengatakan yang dilihat sehari-hati adalah bagaimana aku berjuang menghidupi tiga anakku sementara mantan suamiku tidak lebih dari pecundang yang terus-menerus membuka semua aib orang lain untuk kepuasan dirinya, tapi nyatanya dia mengabaikan tanggung jawabnya bukan pada pasa lalu tapi untuk saat ini.
Rekan kerjaku bapak-bapak dan ibu-ibunya kompak mulai membuat penghiburan untuk ku, diajaknya aku untuk sarapan, membuka obrolan yang membuat kami tertawa, mereka menyayangiku mereka peduli denganku. Dan mereka bisa melihat dan menilai kebenarannya seperti apa. Terimakasih untuk semua dukungannya karena hari ini aku semakin kokoh berdiri.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Menyentuh ceritanya. dan memang ada dalam kehidupan yang penting kita semangat saja. Perjuangan masih panjang. anak-anak membutuhkan kita. Sukses selalu bu
Alhamdulillah....tetep semangat, terimakasih
Tetap s3mangat dan kuat ya bunda, anak2 lebih membutuhkan bunda.
InnalillahiSemoga hanya fiktifTetap semangat Bun, "Semakin kelam malan yakinlah semakin cepat Fajar Menyingsing( Umar Bin Khatab, R. A) Bismillah Sehat dan sukses selalu buat Bundaq skgaBarokallohu
Terimakasih semangatnya
Semoga selalu sabar dan semangat
Terimakasih
Wahhh ini cerpen fiksi aru real bu.. Kreeen bget..
Selalu ada cerita dari kehidupan