Kehidupan fika memang berubah drastis, sekarang fika terlihat lebih enerjik dan segar, tak pernah lepas senyum dari bibirnya berbeda dengan fika enam bulan lalu yang terlihat murung dan menutup diri, sekarang dia terlihat bahagia menjalani kehudupannya. Aku termasuk orang yang tau persis bagaimana fika terpuruk dan bangkit dan aku orang yang akan selalu mendampinginya dalam kondisi apapun.

Cukup lama aku mengenal fika, aku hapal betul apa yg menjadi ke biasaannya, jauh sebelum kejadian enam bulan yang lalu akupun tau jika fika sering kali murung, tapi fika selalu mengemas gejolak hatinya dengan baik, profesional kerjanya selalu menutupi apa yang sedang terjadi di kehudupan pribadinya, tapi aku selalu tau apa yang fika rasakan.

Sejak pertama aku mengenal fika, aku sudah meradakan debaran yang berbeda, aku jatuh hati seperti lagunya raisya dan aku yakin fika tau itu. Walau tanpa kata kami selalu bersama saling mendukung dan menguatkan.

Aku ingat betul kejadian enam bulan lalu yang membuat fika begituh putus asa dan frustasi, fika merasa dunianya sudah berakhir, dia begituh terpuruk karena orang yang dia cintai meninggalkannya bukan hanya meninggalkannya tapi juga menambah beban baginya karena harus menanggung hutang. Sejujurnya aku tidak tau kejadian itu karena pada saat kejadian aku sedang tugas luar, tapi perasaan ku begitu kuat terhadap fika, aku mencoba menghubunginya, jawabannya begutuh datar, justru karena sikap fija seperti itu aku malah mengkhawatirkannya.

Secepat kilat ku selesaikan tugas luar ku, tujuan pertama yang akan dilakukan setibanya di Jakarta adalah menemui fika. Masih dengan gayanya fika menyambut kedatangan ku tapi aku sudah melihat ada luka di sana, sembab dimatanya mengisyaratkan bahwa dia telah menguras airmatanya. "Hai...apa kabar? Are you ok?" Aku terseyum dan menghampirinya, aku peluk dengan penuh cinta kasih, entah mengapa aku begituh menyayanginya. Fika tidak melepaskan pelukanku, dia menumpahkan semua air matanya dalam dekapan ku, dia terus menangis sampai akhirnya bilang "Aku pengen cerita....tapi kamu jangsn ngetawain aku" sambil mengusap pipinya fika mengajak ku ke ruang tengah.

Aku kaget dengan apa yang fika tunjukan ke aku, semua barang telah dia kemas dalam kardus-kardus besar, "apa itu?" Sambil melenggang meninggalkan ku fika hanya menhawab "sampah".

Fika kembali menemui ku setelah dia berganti pakaian dan berdandan, "bantuin aku buang sampah...." sambil memanggil tukang kebun fika sudah bergegas menuju mobil, semua barang sudah beroindah ke mobil ku, aku tersenyum dan berkata " mau pindah ke mana?" Fika ikut tersenyum dan bilang " aku mau buang semua barang yang membuat rumah ku kotor, dan aku akan pindah ke tempat yang bersih yang memberikan ruang untuk rasa cinta yang besar".

Hari-hari selanjutnya, aku terus dampingi fika...pasang surut perasaannya aku paham, fika berjuang sangat kuat untuk bisa bangkit dari keterpurukan, mulai dari belajar memaafkan dirinya sendiri sampai dengan melepaskan rasa sakit, membuang rasa dendam dan memafkan orang yang telah membuatnya hancur.

Perjuangannya tidak sia-sia, setelah enam bulan aku menemukan fika yang sesungguhnya, fika yang menjadikan ku lebih dewasa, fika yang mengajarkan ku banyak hal karena bersama dia aku belajar tentang kehudupan dan aku sadar itu pada sat fika mengatakan " Aku iklaskan semua yang pergi....karena aku yakin Allah telah memberikan hadiah terindah untuk rasa iklas itu...."