EFRIE LEISTARIE

Seorang ibu yang memiliki (baru) satu anak laki-laki berusia 11 tahun. Keseharian bertugas di Sekolah Dasar Negeri Tebet Timur 17. Lahir di Jakarta, keturunan k...

Selengkapnya
Navigasi Web

Cireng, Cilok Pertama dan Tamu Tak diundang

Cireng, Cilok Pertama dan Tamu Tak diundang

Oleh : Efrie Leistarie

Puasa-puasa gini rasanya ada saja yang mau dimakan. Pengen inilah. Pengen itulah. Udah selesai mendampingi PJJ dan mengoreksi latihan anak didik. Ada terlintas keinginan untuk membuat sesuatu yang bisa disantap saat berbuka. Ooh.. inilah yang dikatakan puasa itu menahan dari segala hawa nafsu. Inginnya banyak sekali. Hingga menggoda iman untuk makan macam-macam.

Tak pikir panjang, saat waktu menunjukkan pukul 15.15 harus ada yang bisa saya olah menjadi masakan. Pas banget adzan Ashar terdengar dari masjid. Langsunglah saya selesaikan panggilan utama tersebut. Oh iya, masjid saat ini hanya diperbolehkan adzan saja. Saat adzan dikumandangkan tak ada kalimat “hayaa alaa sholaa dan hayaa alaa falah”. Hali ini bertujuan agar jamaah dapat melaksanakan sholat tepat waktu di rumah. Harap maklum ini kondisi pandemi mencegah kerumunan massa termasuk di tempat ibadah. Sedih memang. Tak bisa berkumpul sementara untuk bersholat dan beraktifitas di masjid. Semoga tak lama kondisi seperti ini ya Allah.

Kembali ke tema cilok. Usai sholat ashar saya bergegas masuk dapur. Nampak mbak Fat yang memang tiap hari membantu kami menyiapkan makanan di rumah. Ia sedang asyik memasak masakan untuk makan berbuka. Sembari melihatnya memasak, saya turun membongkar adonan cireng yang masih nampak belum digoreng. Sebenarnya itu cireng dibuat kemarin. Namun karena masih banyak jadinya kita alih fungsikan adonan cireng menjadi cilok. Cilok oh cireng.. hahahaha antara irit atau bahan baku yang kurang.

Cilok pun mulai saya garap. Awalnya cireng siap yang goreng saya hancurkan kembali. Maaf ya cireng, ini karena memang tujuan tepat guna. Adonan cireng yang sudah menjadi butiran tepung kanji setelah melwati remasan dan pijatan. Saya siapkan air panas dan bumbu cilok. Cilok sendiri pakanan jajanan asalnya dari Jawa Barat. Satu rumpun dengan cireng. Kata Ci pada makanan khas Sunda berarti aci atau dari tepung kanji aci. Lanjut kita bedah cirengnya. Adonan air panas saya campurkan garam, royco, lada dan gula secukupnya. Kemudian dimasukkan juga bumbu yang dihaluskan bawang putih 3 siung dan kemiri. Masak air dan bumbu hingga mendidih. Setelah mendidih masukan tepung terigu sebanyak 500gr. Kalau pakai gelas ya 2 ukuran gelas belimbing.

Aduk adonan hingga menggumpal. Konon ini rahasia kekenyalan yang awet jika tidak dipanaskan. Entah betul atau tidaknya. Saya mah masak aja dulu ya. Aduk adonan terigu dengan tepung cireng tadi. Eeh tepung kanji. Masukkan juga daun bawang yang sudah diiris halus dan sebuah telur ayam yang gagal regenerasi. Lalu uleni terus hingga tak lengket dan bisa dibentuk menjadi bola tentang eeeh maaf ukuran bakso maskudnya. Panaskan air dalam wajan. Berikan minyak goreng agar bola cilok tidak saling mengenal. Bahaya kalau mereka bisa saling kenal. Lengket nanti sulit dipisahkan. Masukan butir per butir cilok itu. Aduk jika ada yang mengambang. Masak hingga tanak agar tak basi dikemudian.

Jika sudah mengambang angkat dan tiriskan. Lalu masuk lagi ke dalam wajan bersaring alias dandang untuk dikukus agar tak pupus. Oh iya, saya punya keju mozarella yang harus rella dimasukan ke dalam cilok. Hmm menambah gairah rasa. Meleleh dan lumeeer saat di gigit lalu ditarik. Nah itu dia kelebihan cilok saya ada kejunya. Mau yaa? Kerumah yuk.

Nha lanjut kita garap bumbunya. Di kulkas saya punya bumbu pecal yang kuwalitasnya masih sangat bagus. Trus kita make over deh tuh bumbu jadi lebih istimewa. Saya giling cabe merah yang sudah direbus. Lalu goreng kacang tanah segenggam hingga agak kecoklatan. Jangan lama-lama kalau goreng kacang, bisa pahit seperti pahitnya kehidupan. Tumbuk alias giling dengan blender ya kacangnya. Panaskan panci, tuang bumbu pecel dan kacang halus. Tambahkan cabe gilingnya berikan air juga. Masukan garam dan gula pasir sesuai selera. Taraaa akhirnya jadi deh bumbunya. Setelah ditambahkan tepung maizena sedikit aja. Biar tambah sedap dan kental.

Okay, bumbu sudah matang dan cilok siap dihidangkan saat magrib. Waduh apa nih, kenapa rasanya tak nyaman ya saya di ujung mendekati magrib datang. Hmmm, saya pun ke kamar mandi. Ya Allah.. akhirnya rezeqi saya berpuasa hari ini tak sampai adzan magrib berkumandang. Anugerah bagi para kaum hawa di tiap bulan. Tamu yang datang saat menjelang berbuka itu ibaratkan kita kena patah hati. Sedih namun harus dijalani. Karena itu untuk kesehatan wanita. Sedih dikarenakan terhenti sejenak dalam menikmati ibadah shaum untuk beberapa hari ke depan. Apalagi sudah terhitung hutang yang harus dibayar pada bulan yang lainnya.

Sudah itu saja cerita hari ini..

Selamat menikmati hidangan berbuka puasa..

Rawalumbu, 5 Mei 2020

#TantanganGurusiana

#Harike55

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post