Sendirian di perjalanan pulang saat itu. Saya berada di barisan antrian yang cukup panjang. Butuh kesabaran untuk akhirnya saya selangkah lagi mencapai counter check in. Sesaat saya terhenti. Seorang bapak dengan wajah berwibawa dan penampilan rapi tiba-tiba muncul dihadapan saya. Memotong antrian..

Kisah di atas memperlihatkan bahwa budaya antri belum membudaya dengan baik di negara kita. Bahwa kebiasaan menerobos antrian tidak selalu berbanding lurus dengan usia, penampilan, dan mungkin tingkat pendidikan. Kisah yang sama tidak jarang kita temui atau bisa jadi kita adalah pelakunya. Dengan mengedepankan berbagai alasan sebagai pembenaran.

Karakteristik serta sifat orang yang berbeda-beda tentu berpengaruh terhadap budaya antri. Berbagai alasan digunakan untuk menghalalkan pelanggaran norma ini. Padahal budaya antri sering dijadikan sebagai salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Banyak pesan moral yang ada dibalik pentingnya budaya antri.

Dengan menerapkan budaya antri kita belajar untuk sabar dan menghargai orang lain. Kita juga dilatih untuk mengatur penggunaan waktu dengan baik. jika tidak ingin antri lama, maka kita harus datang lebih awal.

Dari beberapa sumber yang saya baca, di negara maju seperti Jepang antri adalah salah satu nilai yang ditanamkan di sekolah dasar. Menurut pengajar di Jepang, dari budaya antri banyak pelajaran yang di dapat yang nantinya akan mempengaruhi munculnya nilai-nilai positif lainnya. Bagi masyarakat Jepang menerobos antrian adalah suatu hal yang memalukan.

Pembudayaan antri tidak bisa dilakukan dengan instan. Perlu pembiasaan sejak dini dan keteladanan. Anak-anak akan bisa menerapkan budaya antri jika dilatih dan dibiasakan secara konsisten. Anak-anak harus memahami konsekuensi jika menerobos antrian.