Multatuli katanya
Sesekali mampirlah di rumahku
Yang kubangun dari reruntuhan hati
Saat puisi-puisi tak lagi menggerakkan hari
Pun senja yang membenamkan matahari
Di negeri yang membesarkan nama 'Multatuli'
Kulukis sedikit kerinduan tentang Pribumi
Yang peduli melebihi 'Multatuli'
Tahukah engkau duhai kawan
'Multatuli' telah numpang tenar atas negeri ini?
Menyajikan bumbu kemiskinan sebagai hidangan
Bagi para penguasa yang cinta retorika
Dan lupa akan janji-janji tentang benderangnya malam
Diliputi cahaya purnama yang mampir meski satu bulan sekali
Kawan....
Rumahku tak jauh dari bisingnya Ibukota negeri ini
Cukup satu langkah kaki saja dari kemakmuran
Yang tak mampu terbeli oleh roman Saidjah Adinda
Yang mereka agungkan sebagai cinta hakiki.
Dan diantara pasir-pasir yang mereka gali
Meski hanya bermodalkan selembar ilusi
Janji-janji tentang perut yang buncit terisi
Dibumbui slogan kemakmuran untuk semua,
Dan mereka yang duduk ongkang-ongkang kaki
Sementara keringat yang bercucuran pada tubuh tubuh pekerja
Adalah harga mahal saat cangkul berubah wujud
Dan sawah-sawah ini tak lagi diinjak kerbau milik ayahnya Saidjah.
Kawan.... Lihatlah betapa beceknya jalan pedati
Yang sesekali menggulingkan pejalan kaki
Atau pengendara yang menjemput mati
Lantaran truk-truk pengangkut harta negeri ini
Berlari mengejar mimpi sambil menumpahkan air mata di jalanan.
Jika saja engkau peduli kawan,
Melebihi Multatuli yang peduli akan tanah negeri ini
Kau bisa saja berjalan sambil mengumandangkan adzan
Pada telinga saudara-saudara kita yang mengeruk tanah
Mendulang pasir
Mengeringkan mata air
Sementara air mata terus mengalir
Mengantarkan rindunya aku tentang negeri
Yang dicintai Multatuli,
Melebihi cintanya para Saidjah
Yang lebih cinta akan dirinya
Atau hanya pada Adinda kekasih hatinya
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Luarbiasa puisinya pak.Salam sukses
Terimakasih
Keren ttg Multatuli di bumi Rangkasbitung... Saidjah dan Adinda nya... Salam sukses salam literasi salam kenal....
Terimakasih. Salam kenal