BELAJAR DARI PASUKAN GERAK JALAN
Pasukan gerak jalan dipimpin oleh seorang pemimpin barisan. Pemimpin barisan juga seorang pemimpin, dia harus lebih cakap, lebih lantang suaranya, lebih berani dan lebih-lebih yang lain tentunya. Pemimpin barisan mempunyai otoritas penuh terhadap pasukanya apapun yang diperintahkan tidak ada yang berani membantah, melawan atau memboikot jika ini terjadi maka bubarlah barisan tersebut. Pemimpin barisan harus mampu menciptakan irama gerak langkah yang kompak agar pergerakan tangan dan kaki terlihat harmonis dan sedap dinikmati penonton sampai di garis finish yang menjadi tujuannya. Kiri….kiri……kiri…, contoh komando yang diberikan saat pasukanya tidak kompak. Satu anggota salah langkah maka dia akan segera menyesuaikan diri dengan anggota yang lainnya jika tidak segera menyesuaikan maka dia akan dikomentari oleh penonton, kalau ini terjadi rasa malu dan omelan anggota lain yang dia terima.
Menjadi pemimpin barisan tidak pernah diperebutkan apalagi harus dengan pemungutan suara. Menjadi pemimpin barisan tidak perlu keluar uang karena dia sadar bahwa wilayah kepemimpinannya tidak menghasilkan uang. Ketika periode kepemimpinannya berakhirpun dia ikhlas dan legowo tidak pernah berusaha kesana kemari mencari orang yang bisa memperpanjang kepemimpinannya di periode gerak jalan tahun berikutnya. Berbeda dengan pemimpin barisan yang kreaif tentu bisa aja menciptakan peluang agar dapat uang dari pasukannya misalnya mengkoordinir seragam. Dari kegiatan pengadaan seragam pemimpin barisan bisa berkedip-kedip mata dengan pemilik konveksi. Pembagian konsumsipun bisa jadi kesempatan baginya.
Pemimpin barisan harus menguasai ilmu baris berbaris, pemimpin barisan yang tidak menguasai ilmu baris-berbaris akan membingungkan anggotanya, aba-aba dan perintahnya tidak sesuai dengan standar minimal baris-berbaris yang telah ditetapkan panitia gerak jalan. Perintah balik kiri dan enam langkah ke samping kiri adalah contoh aba-aba yang keliru. Perintah ini akan dilakukan bagi anggota yang tidak paham, takut kena sanksi dan takut dikeluarkan dari barisan atau mungkin takut dengan pemimpin barisan. Perintah atau aba-aba yang salah tidak seharusnya dilaksanakan. Dalam baris-berbaris tidak ditemui pemimpin barisan mengambil kebijakan diluar ketentuan. Mengapa kaku dan saklek? Karena kalau diberi kewenangan membijaksanai kebijakan hasil akhirnya justru tidak bijak. Mengapa bisa demikian? Karena subyektifitas pribadi yang menjadi dasar utama pengambilan kebijakan dan kebijakan yang menguntungkan dirinya saja yang diambil.
Pemimpin barisan yang tidak cakap biasanya jadi bahan pergunjingan anggotanya. Tidak mempunyai strategi yang jelas untuk membawa pasukannya ke arah yang lebih baik. Tidak mampu mengendalikan anggotanya yang nakal, tidak punya keberanian menegur, memberi sangsi, mengevaluasi kegagalan dan parahnya tidak mempunyai strategi jitu untuk mengatasi persoalan pasukannya. Semua persoalan pasukan dibiarkan mengambang tanpa solusi hingga masa kepemimpinannya selesai toh nanti kalo dipilih lagi jadi pemimpin pasukan pasti dengan pasukan yang berbeda. Pemimpin barisan yang lemah akan dikendalikan oleh anggota yang paling berpengaruh dalam pasukan itu. Ya… kalau pengaruhnya positif tentu akan membawa kemaslahatan tetapi kalau pengaruhnya negatif tentu kemudharatan yang diperoleh. Dan lagi-lagi bisa bubar barisannya.
. Siapa yang paling bertanggung jawab ketika ada pemimpin barisan yang tidak cakap? Tentu pemimpin itu sendiri dan panitia peringatan 17 Agustus 1945 khususnya seksi gerak jalan. Seksi gerak jalan tidak boleh main mata dengan peserta gerak jalan yang akan dijadikan pemimpin barisan. Seksi gerak jalan harus benar-benar orang yang terpilih, memiliki integritas dan loyalitas tinggi agar dalam pemilihan pemipin barisan tepat dan sesuai regulasi pergerakjalanan. Seksi gerak jalan harus memiliki kapasitas dan kapabilitas yang memadai. Sehingga bisa adil dan tidak memandang ini anak orang kaya, tidak memandang ini keponakannya, tidak memandang ini pernah berjasa dan tidak memandang pernah silaturahmi membawa buah tangan. Semua itu bolehlah jadi pertimbangan yang ke sekian setelah kriteria utamanya sudah terpenuhi. Jangan sampai terjadi kriteria utama di taruh dalam laci sementara kriteria subyektifitas yang dikedepankan.
Dampak main mata antara seksi gerak jalan dengan calon pemimpin barisan cukup luas. Tujuan keikutsertaan dalam gerak jalan gagal tercapai. Masyarakat sebagai penikmat gerak jalan kecewa, dan yang paling dikecewakan adalah orang tua dan anggota gerak jalan. Ketidaktercapaian tujuan sangat merugikan sekolah. Sekolah telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk melatih pasukan gerak jalan bahkan uang sumbangan wali murid dan BOS dikerahkan untuk mendanai pasukan gerak jalan dengan harapan agar tercapai tujuan. Namun semua itu berantakan hanya karena oknum.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mencoba nulis
OK banget belajar dari pasukan PBB