Kita Pernah Bersama
Kita pernah bersama, kawan.
Menikmati kegembiraan dari selembar kertas
yang kita sulap jadi perahu.
Sungai kecil di belakang rumah itu,
menjadi tempat berlayar.
Kita berimajinasi menjadi nakhodanya.
Segala kesedihan dan kecemasan
menyingkir ketika itu.
***
Kita pernah bersama, kawan.
Pergi ke tanah lapang menerbangkan layang-layang.
Angin yang datang, lahirkan sebentuk kebahagiaan.
Matahari yang menua,
telah mengubah tubuh kita jadi baja.
Segala kesedihan dan kecemasan
tak mampu singgah di hati kita.
***
Kita pernah bersama, kawan.
Menikmati kegembiraan yang diberikan alam.
Meski penerus silsilah, hanya dapat menikmati
yang kita narasikan.
Bandarlampung,16102020
#TantanganGurusiana
#Tantangan Menulis Hari ke-163
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren Pak
Bu Irma, terima kasih apresiasinya. Sukses selalu.
Puisi yang keren pak edi
Bu Sofiawati, terima kasih apresiasinya. Sukses selalu, Bu.
Keren puisinya, Pak. Sukses selalu, Pak
Bu Yesi, terima kasih apresiasinya. Sukses juga buat Ibu.
Mantul puisinya, pak. Kenangan masa kecil yg indah. Salam sukses,pak
Bu Cicik, maturnuwun sanget apresiasinya. Benar banget, Bu. Sehat dan sukses juga buat Ibu.