Edi Prasetyo

Tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah. Sejak masih kuliah di IKIP Yogyakarta gemar menulis. Pernah menjadi guru di SMAN 1 Sokaraja, Banyumas 18 tahun, KS SMAN 1 S...

Selengkapnya
Navigasi Web
Thekku Thukna Thekmu
Lima wanita sedang memainkan kothekan.

Thekku Thukna Thekmu

Meski sudah jarang, namun kothekan masih cukup eksis di beberapa daerah di Jawa. Permainan yang menggunakan lesung dan alu ini, dulunya dimanfaatkan oleh para wanita saat menumbuk padi. Dengan kothekan, selain mereka semakin bersemangat dalam menumbuk padi, juga akan merasa terhibur sehingga seolah tak pernah lelah.

Namun seiring dengan kemajuan zaman, tradisi menumbuk padi semacam itu sudah tak lagi dilakukan. Untuk mengubah padi atau gabah menjadi beras, saat ini para petani cukup membawanya ke tempat penggilingan padi.

Sebagian masyarakat yang peduli pada keunikan kothekan, kemudian berusaha untuk melestarikan dan bahkan menjadikannya sebagai permainan yang layak ditawarkan kepada wisatawan. Berpadunya beberapa alu yang ditumbukkan secara bergantian ke lesung dengan ritme tertentu, ternyata menimbulkan suara dengan irama yang benar-benar enak didengar, sehingga memungkinkan banyak orang akan tertarik kepadanya.

Secara berkelakar, seorang teman mengatakan kepada saya, bahwa irama dalam kothekan itu berbunyi thekku thukna thekmu...thekku thukna thekmu yang berlangsung secara berulang-ulang. Mendengar kelakar teman saya itu, saya pun kemudian tersenyum menahan geli.

Kata-kata thekku thukna thekmu itu merupakan bahasa Jawa yang artinya punyaku atau milikku satukan atau gabungkan dengan punyamu atau milikmu. Meski kelakar teman saya tersebut sedikit mengarah ke hal yang negatif, tapi bagi saya ada sisi positif yang bisa diambil dari ungkapan tersebut.

Dalam permainan kothekan tersebut, setiap orang memegang satu alu yang menjadi miliknya. Masing-masing alu jika ditumbukkan sendirian, tak akan menimbulkan suara yang iramanya enak didengar. Namun jika alu tersebut penumbukannya dipadukan dengan alu-alu lain yang menjadi milik orang lain, ternyata akan menimbulkan suara yang iramanya benar-benar enak dinikmati.

Dalam kehidupan sehari-hari pun demikian. Apa pun yang kita miliki, baik berupa ilmu, keterampilan, harta, atau yang lainnya, tak akan memiliki makna jika hanya kita miliki sendiri. Apa yang kita miliki baru akan memiliki makna jika kita padukan dengan apa yang dimiliki atau yang ada pada orang lain. Ilmu dan keterampilan yang kita miliki, baru akan bermakna jika kita bagikan atau ajarkan kepada orang lain yang membutuhkan. Harta yang kita miliki juga baru akan memiliki makna jika sebagian kita sedekahkan kepada orang lain. Begitu seterusnya.

Oleh karena itu, irama kothekan yang oleh teman saya dikatakan berbunyi thekku thukna thekmu tersebut, ternyata menurut saya benar-benar mengandung makna yang dalam untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusua dalam bermasyarakat.[*]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Nggih, bopo. Alu ,lingga analog pria Lesung ,zoni ibarat wanita. Kotkekan dados pralambang gesang. ... Kantun sing mahami. Saget poditif lan negatif. Ok...pak Ed!! Sugeng enjang

06 Jan
Balas

Wah, komentar Pak Tanto jadi menambah wawasan saya. Matur nuwun, Pak. Liburan badhe tindakan pantai malih?

06 Jan

Luar biasaaa...Pak Edi selalu bisa menerjemahkan hal-hal sederhana yang sarat dengan makna, terima kasih ilmunya Pak...sehat n sukses ..barakallah

06 Jan
Balas

Sebenarnya, orang desa itu kerap melakukan hal-hal yang penuh dengan makna, meski belum tentu mereka menyadarinya. Kendati demikian, ada saja orang yang mampu memahaminya. Sehat dan sukses juga untuk Bu Lupi.

06 Jan

Luar biasa... Jadi pengen nyobain.

06 Jan
Balas

O di daerah Bu Nia tidak ada ya? Kalau sudah mencoba memainkan kothekan, bisa ketagihan lho!

06 Jan

Tul..pak. Saya juga.

06 Jan

Tradisi yg menjadi kearifan lokal selalu punya makna bagi kehidupan kita. Hanya terkadang terabaikan. Terimakasih pak Edi, sudah mempublish utk semakin dimaknai banyak orang. Keren.....

06 Jan
Balas

Betul sekali, Pak Mualdin. Para pendahulu kita seringkali menyelipkan makna secara simbolik dalam budaya yang mereka ciptakan.

06 Jan

Subhanallah, selalu ada hikmah dibalik sesuatu. Sukses selalu dan barakallah

06 Jan
Balas

Iya, Bu. Asal kita mau mencarinya, di balik apa pun tentu terdapat kebaikan untuk kita. Semoga Bu Ropiah pun selalu sukses. Amin.

06 Jan

Makna filosofis yang dalam dibalik ungkapan bunyi lesung yang berpadu membentuk irama musik khas...Tulisan yang sangat menginspirasi bahwa kita bukan siapa2 ketika sendiri...Semoga selalu sehat dan menginspirasi Pak Edi..Barakallah .

06 Jan
Balas

Iya, Bu. Karena itu hendaknya kita bisa mengenyahkan sikap sombong yang ada pada diri kita. Amin. Semoga Bu Rini se keluarga juga selalu diberi kesehatan oleh Allah subhanahu wataala.

06 Jan

Lesung Jumengglung... Modernisasi Desa... sae sedaya, Pak

06 Jan
Balas

Iya, Bu. Betul sekali.

06 Jan

Lebih indahnya lesung pipi, kayaknya

06 Jan

Seng mboten kantuk gekku yo gekku, tapi nek gokmu yo gekku. Terima kasih Pak Edi cerita yang penuh denga ibrah. Bisa diceritakan waktu pengajian ikatan keluarga jawa .Barakallah

06 Jan
Balas

Hehehe... Nggih, Pak Syukri. Monggo kemawon. Mugi-mugi wonten manfangatipun.

06 Jan

Saya pun selalu yakin, pasti ada makna dalam tiap "perilaku" yang ada di masyarakat kita. Hanya terkadang kita yang belum menangkap maknanya. Terima kasih, Pak. Inspiratif dan informatif. Semoga sehat dan sukses selalu.

06 Jan
Balas

Iya Bu, betul sekali. Semoga kita bisa senantiasa memahami makna di balik "perilaku" masyarakat. Sukses juga untuk Bu Arin. Alhamdulillah Bu Arin sudah mulai menulis. Lanjutkan!

06 Jan



search

New Post