Pohon Asem di Tepi Jalan Itu
Tak seorang pun yang tahu berapa usia pohon asem di tepi jalan itu. Seingatku, sejak aku masih kecil, pohon itu sudah ada di situ. Bersama teman-teman, aku sering memanjatnya, atau setidaknya melemparkan batu ke arah atas pohon, sekadar untuk mendapatkan beberapa buah asem yang sudah aku ketahui memang asam rasanya itu.
Sampai saat ini, pohon asem itu masih berdiri kokoh di tempat itu. Selain batangnya yang semakin tinggi dan besar, dahan dan daunnya pun semakin rimbun. Saat terik matahari, banyak orang yang berjalan kaki berhenti dan berteduh di bawahnya untuk melepas lelah. Dia selalu tersenyum saat melihat orang-orang yang berteduh di bawahnya dapat merasakan kesegaran.
Sama sekali pohon asem itu tak peduli dengan hiruk-pikuk urusan politik. Dia tak peduli siapa pun yang menjadi presiden dan wakil presiden nanti. Dia hanya ingin agar tetap bisa berdiri kokoh dan tumbuh rimbun. Dia ingin tetap bisa memberikan kesegaran kepada siapa pun yang berteduh di bawahnya. Meski itu hanya hal kecil, tapi dia benar-benar merasa bangga karena bisa melakukannya.
Namun sejak kemarin, pohon asem itu menangis tanpa henti. Dia sangat bersedih karena mendengar kabar kalau dirinya akan ditebang dengan alasan pelebaran jalan. Dia sangat bersedih bukan karena tak akan berdiri lagi di tepi jalan itu. Tapi dia sangat bersedih karena tak akan ada lagi yang bisa dia lakukan untuk memberikan kesegaran kepada orang-orang yang kepanasan dan kelelahan saat melewati jalan itu. [*]
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sungguh asem yang adem. Saat kecewa dan getun nggih,ngucap asem,,,asem,,kurang asem,
Hehehe... Jangan khawatir, Pak. Seduh saja dengan air panas dan tambahi gula secukupnya, maka asem itu akan menjadi minuman yang menyegarkan.
Sebuah tulisan yg sarat makna. Salam bahagaia selalu pak Edi.
Alhamdulillah. Semoga ada manfaatnya, Bu. Salam sehat dan bahagia juga untuk Bu Noer.
Pohon Asem dapat diibaratkan sebagai para pinisepuh yang memiliki sejuta kebijakan harus tersisih karena perkembangan jaman yang saat ini tengah terjadi. Tapi setidaknya si Pohon Asem telah bermanfaat, meski di masa lalu. Terima kasih nasihatnya pak Edi. Yang betul nasihat ya Pak? He...he...salam sehat selalu.
Wah, Pak Agus pintar sekali menangkap makna yang tersirat dalam tulisan tersebut. Iya Pak, yang betul nasihat dan zaman. Salam sehat juga untuk Pak Agus sekeluarga.
Sungguh sangat sedih pohon asem nya. Semoga dpt ditanam lg pohon di pinggir jalan Tapi butuh waktu berapa puluh tahun lagi...
Itulah, Pak. Kalau menebang memang cepat. Tapi kalau menanam, butu waktu lama.
Hiks...jadi terharu Pak, semoga pohon asam sudah meninggalkan bibit-bibit baru sebelum benar-benar ditebang ya Pak. Urip yang urup. Sugeng enjang Pak Edi
Betul sekali, Bu. Urip harus urup. Sugeng enjang lan sugeng napa kemawon, Bu Lupi.
Tulisan yang sarat makna. Tetaplah memberikan manfaat kepada semua orang.. Sehat dan sukses selalu Pak Edi... Barakallah
Terima kasih atas apresiasi Bu Desi. Semoga Bu Desi pun selalu sehat. Amin.
Majas yang nonjok Pak Edi, pohon asem yang sudah tua pun masih bermanfaat yah Pak, seharusnya kita manusia bisa seperti itu. Sukses selalu dan barakallahu fiik
Betul, Bu. Seringkali kita memang perlu belajar dari alam sekitar. Sukses juga untuk Bu Ropiah.
Alhamdulillah pohon asem di seberang jalan masih kokoh berdiri Pak Edi...Walaupun ada rumor yang mengatakan pohon itu ada penunggunya..hiy...Semoga selalu sehat dan menginapirasi...Barakallah...
Hehehe... Bu Rini sudah pernah bertemu dengan penunggunya belum? Semoga Bu Rini juga selalu sehat.
Bisa belajar dr pohon asem ya Pak. Selalu bisa memberi keteduhan dan manfaat pada sesama
Betul sekali, Bu Noor. Kita pun perlu berusaha untuk memberi manfaat kepada sesama.