Mata Nakal Istri Temanku
Keinginanku untuk menelpon Santo, temanku ternyata gagal. Berkali-kali aku coba menelponnya, selalu saja mendapat jawaban dari operator yang mengatakan bahwa nomor hp temanku itu sedang tidak aktif. Karena memang ada urusan yang sangat penting, akhirnya aku putuskan untuk datang ke rumahnya. Setelah berpamitan kepada istriku, aku langsung meluncur ke rumah Santo.
Sampai di depan rumahnya, hatiku merasa lega. Mobilnya ada di garasi, berarti temanku itu ada di rumah. Seperti biasa, rumah temanku itu memang sepi. Karena penghuninya memang hanya dua orang. Santo dan istrinya. Meski sudah menikah hampir sepuluh tahun, mereka masih belum juga dikaruniai anak.
Setelah memarkir mobil, aku langsung mengetuk pintu sambil mengucap salam. Ketukan dan salam yang pertama dan kedua, tidak mendapat jawaban. Namun pada ketukan dan salam yang ketiga, kudengar istri Santo membalas salam. Sesaat kemudian Sundari, istri Santo membukakan pintu dan mempersilakan aku duduk, sambil masih menyisir rambutnya. Sepertinya ia baru saja selesai mandi.
"Santo ada, Sun?" Aku duduk sambil meletakkan kunci mobil di atas meja.
"Ada. Sedang mandi," Sundari menjawab santai sambil terus menyisir rambutnya. "Duduk saja dulu ya, Mas. Aku buatkan minuman dulu," Sundari beranjak meninggalkanku untuk membuat minuman.
Cukup lama juga Sundari dalam membuat minuman. Kurasa lebih dari 15 menit. Namun setelah keluar sambil membawa segelas sirup jeruk kesukaanku, aku baru tahu, kalau dia ternyata tidak sekadar membuat minuman. Sebelum membuat minuman, ia lebih dulu berdandan. Menurutku, make upnya begitu manantang. Meski bedaknya tipis, namun lipstiknya betul-betul memerahkan bibirnya. Alis matanyapun dipertebal. Dan yang paling membuat jantungku berdebar-debar adalah dasternya yang super tipis dan parfumnya yang begitu menyengat.
"Silakan minum sirup dulu, Mas Rendi," kata Sundari sambil duduk di sebelahku. "Sudah cukup lama kan Mas Rendi tidak ke sini," lanjutnya sambil menepuk paha kananku dan mengerlingkan mata.
Tepukan tangan dan kerlingan mata istri temanku itu betul-betul membuat jantungku nyaris copot. Aku jadi sedikit grogi menghadapinya.
"Kok Santo lama mandinya, Sun?" Tanyaku setelah menyeruput sirup jeruk dua tegukan.
"Biasa, dia kalau mandi lama. Mungkin sampai besok pagi," jawab Sundari lagi-lagi sambil mengerlingkan matanya.
"Kok sampai besok pagi? Memangnya kenapa?" Aku keheranan atas jawaban Sundari.
"Karena dia sedang mandi di hotel, dengan wanita lain," Sundari tersenyum manja sambil kembali menepuk pahaku.
"Jangan becanda kamu, Sun!"
"Aku tidak becanda, Mas. Lihat saja di kamar mandi kalau ada. Atau kamu hubungi saja hpnya. Pasti sedang tidak aktif. Jika hpnya sedang tidak aktif, itu tandanya bahwa suamiku sedang bermain dengan wanita lain," Sundari memberi penjelasan sambil tetap tersenyum dan mengerlingkan mata genitnya.
Gila! Hp Santo memang sedang tidak aktif. Tapi apakah benar apa yang dikatakan istrinya itu kalau dia sedang bermain dengan wanita lain? Sudah punya istri yang sangat cantik dan super seksi begini apa kamu masih belum puas juga sih, Santo?
"Sudah tidak usah memikirkan suamiku, Mas Rendi. Biarkan saja dia asyik bermain dengan wanita lain. Apakah dikira aku tidak bisa membalasnya dengan bermain dengan pria lain?" Sundari berdiri sambil menarik tanganku.
"Apa-apaan ini, Sundari?" Aku berusaha menepis tangan Sundari. Namun rupanya tangannya begitu kuat mencengkeram tanganku.
"Tolong aku, Mas Rendi. Beri kesempatan kepadaku untuk membalas perlakuan kejam suamiku. Sekali ini saja, Mas," Sundari merajuk dengan pandangan sayu.
"Tidak, Sundari! Bagaimanapun kamu adalah wanita bersuami, dan aku pria beristri. Dosa besar jika kita sampai melakukannya." Akupun langsung teringat pada istriku yang sedang menungguku di rumah. Kulihat Sundari tampak tak suka atas jawabanku.
"Jangan coba-coba menolak permintaanku, Mas! Jika kamu tetap menolak permintaanku, aku akan merobek dasterku dan kemudian berteriak-teriak minta tolong kepada tetangga. Mereka tentu akan segera datang dan langsung memukulimu karena mengira kalau kamu akan memperkosaku," Sundari mengancamku sambil terus menarik tanganku dan membawaku ke ruang tengah.
Sesaat kemudian Sundari langsung memeluk erat tubuhku. Parfumnya yang begitu menyengat betul-betul nyaris memabukkanku. Berkali-kali aku melihat bayangan istriku. Ingin rasanya aku segera melepaskan pelukan istri temanku itu. Namun jika sampai itu aku lakukan dan kemudian ia benar-benar membuktikan ancamannya, bisa celaka aku. Bisa-bisa tubuhku babak belur dihajar massa. Aku benar-benar bingung memikirkan bagaimana jalan keluar untuk mengatasinya.
Bagaimana kelanjutan ceritanya? Apakah aku akan menuruti saja ajakan Sundari untuk berbuat maksiat dan mengkhianati istriku? Apakah yang dilakukan Sundari itu benar-benar serius atau hanya untuk menguji imanku sebagai seorang suami? Ikuti saja kelanjutan ceritanya kapan-kapan jika aku tidak lupa membuatnya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wah, seruuu! Pengalaman pribadikah Pak?
Weh! Kok? Kpn mau menulis di gurusiana lagi, Bu?
Ditunggu kisah selanjutnya.......
Msh blm sy putuskan, akan sy lanjutkan atau tdk ceritanya.
WoW... Horor
Horor yg mengerikan juga, ya Bu.
Serrraaammmm. Mudah-mudahan lupa membuat kelanjutannya...hehehe. Baarokallah...Pak.
Karena menyeramkan, tdk usah dilanjutkan saja ceritanya, ya Bu?
Waw, penasaran klnjtan ceritax pak
Hehehe...Pak Rustam lanjutkan sendiri saja ceritanya. Tapi dg Bu Rustam lho ya!
Mantap ceritanya. Penasaran kelanjutannya.