Dwi haryanti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Menjerit di Tengah Lautan

Menjerit di Tengah Lautan

Oleh : Dwi Haryanti (Guru SDN 04 Padang Laweh)

Peserta MWC XVI Dharmasraya

Ini adalah pengalaman hidup yang mungkin sangat berbekas dan tak mungkin di lupakan begitu saja. Walaupun waktu itu saya masih kecil, kira-kira 5 tahun tapi itu tidak memudarkan ingatan saya akan hal itu. Dengan sedikit cerita dari orang tua saya masih ingat betul perasaan takut yang saya rasakan saat itu.

Ayah saya adalah orang yang telah melanglang buana untuk mencari penghidupan yang lebih layak dimanapun itu. Setelah sebelumnya ayah hijrah dari satu kota ke kota lain di indonesia dari medan, Bengkulu, bali, ayah menginginkan kami sekeluarga untuk hijrah kedaerah Kalimantan. Akhirnya kami sekeluarga pergi bersama mengharap kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya di kota magelang jawa tengah ke provinsi Kalimantan tengan.

Kami tiba di pulau Kalimantan dan menjalani kehidupan disana dengan tenang. Disanapun keberuntungan belum berpihak kepada kami, tempat kami tinggal sering sekali diterjang banjir sehingga kami sering mengalami gagal panen karena terendam banjir. Tapi bukan itu yang akan saya ceritakan. Baru 1 tahun kami tinggal di Kalimantan kabar duka datang dari jawa, nenek kami tercinta sakit keras dan kami diharapkan untuk kembali jika ingin bertemu untuk yang terakhir kalinya. Itu pesan yang disampaikan lewat surat. Waktu itu belum ada alat komunikasi yang canggih seperti saat ini. kami sekeluarga akhirnya pulang walaupun belum membawa hasil yang diharapkan.

Kami pulang menumpang kapal dagang kecil dari Kalimantan ke jawa. Kata orang tua kami menumpang pada kenalan ayah yang membawa barang ke jawa. Katanya kapal kami bukan kapal canggih sehingga hanya mengandalkan layar dan mesin kecil yang jika ada angin kencang tidak mampu melawanya. Apa yang dikhawatirkan ternyata benar,kapal kami yang kami tumpangi terseret ombak dan angin kencang sehingga kami terapung-apung di tengah lautan, padahal waktu itu jaraknya sudah dekat dengan pelabuhan. Ditengah lautan kami hanya bisa makan seadanya dengan harapan semoga kami mendapat bantuan. Allah masih memberi kami kesempatan hidup sehingga setelah beberapa hari terapung kamipun dapat berlayar kembali ketempat tutjuan kami. Itu adalah sepenggal cerita yang dapat kami bagikan kepada anak cucu kami nantinya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

SubhanALLAH... ALLAHUAKBAR, pengalaman n kesempatan yang begitu langka, Sukses ya buk. Pengalaman yv luar biasa. Moga makin berkah kehidupan ibuk n keluarga. Aamiin.

02 Mar
Balas

amiinn, maksih ibu salam kenal dari saya bu, peserta MWC XVI Dharmasraya

02 Mar



search

New Post