Tentang Pemikiran KHD dan Refleksi Diri
Tulisan ini adalah kesimpulan dan refleksi saya sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) dari apa yang telah saya pelajari di modul 1.1 “Refleksi Fisiologis Pendidikan Nasional – Ki Hajar Dewantara” bercerita mengenai apa yang saya percaya tentang murid sebelum mempelajari modul 1.1, apa yang berubah dari pemikiran saya setelah mempelajari modul 1.1 dan apa yang segera dapat saya terapkan lebih baik agar suasana kelas mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD).
Sejak masa sekolah saya tertarik dengan pendidikan, hal itu mungkin dikarenakan saya dibesarkan oleh ibu yang merupakan seorang pendidik. Ketertarikan itu menjadi salah satu alasan saya untuk memilih kuliah di jurusan pendidikan meskipun ibunda berkali-kali menawarkan untuk saya memilih jurusan lain dengan alasan menjadi guru itu “susah”.
Saya bersyukur selama masa kuliah dan setelah lulus kemudian benar-benar menjadi guru, saya mendapatkan banyak kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai metode dan teknik belajar dari kelas-kelas yang saya ajar hingga melakukan pelatihan, lokakarya, dan seminar pendidikan.
Saya dibesarkan di dunia pendidikan dengan mengenal tabularasa bahwa anak adalah kertas kosong yang harus kita isi dan teori behaviorisme yang percaya bahwa pendidikan adalah perubahan perilaku. Perubahan bisa terjadi jika anak diberikan stimulus dan bisa merespon. Sebelum mengikuti kegiatan Pendidikan Guru Penggerak, saya seringkali mengajar di kelas dengan mempercayai bahwa saya bisa memindahkan ilmu yang saya miliki kepada anak didik saya dengan mengamati perilaku belajar mereka.
Metode mengajar yang saya lakukan di kelas adalah dengan drilling. Seperti ketika mengajarkan vocabulary karena saya guru mata pelajaran Bahasa Inggris. Saya meminta para siswa menghafalkan kosa kata baru dengan melihatnya di kamus. Saya juga mengajarkan mereka untuk menghafalkan rumus-rumus kalimat sesuai dengan grammar dan struktur agar bisa membantu mereka menulis dalam Bahasa Inggris.
Metode mengajar yang saya pilih saat itu juga didukung oleh misi sekolah untuk bisa meningkatkan nilai siswa pada saat Ujian Nasional (UN). Sehingga metode drilling soal-soal UN terutama untuk siswa kelas 12 dianggap sebagai yang paling tepat untuk bisa mewujudkan misi sekolah. UN sebagai High Stake Testing membuat pendidikan seolah menyeragamkan dan menuntuk kepatuhan dari anak dengan didominasi oleh aspek kognitif tanpa memberi kesempatan kepada mereka untuk mengkonstruksikan sendiri pengetahuan yang bermakna bagi dirinya.
Saat ini, ada banyak perubahan di dunia pendidikan Indonesia. Dengan diluncurkannya Program Guru Penggerak (PGP), Sekolah Penggerak dan Kurikulum Merdeka, maka baik pendidik maupun peserta didik dan institusi pendidikan diberikan ruang yang nyaman untuk bisa mendidik anak dengan merujuk kepada pemikiran KHD.
Dengan mengikuti PGP dan mempelajari modul 1.1 yang berpusat pada filosofi pendidikan KHD saya mendapati beberapa pemikiran baru. Pertama adalah bahwa anak bukanlah kertas kosong. Anak mempunyai kodratnya sendiri, yang tidak bisa diubah oleh pendidik. Pendidik hanya bisa mengarahkan tumbuh kembangnya kodrat tersebut. Kedua, belajar bukan menanamkan pengetahuan, tapi menumbuhkan potensi anak. Pendidik tidak bisa mengubah kodrat anak, pendidik hanya mengarahkan tumbunya kodrat tersebut. Pemikiran ketiga adalah pentingnya mengakui dan merayakan kenyataan bahwa setiap anak itu berbeda. Terakhir adalah mengenai pentingnya peran keluarga dalam mendidik anak.
Untuk pemikiran yang pertama, KHD percaya bahwa hidup dan tumbuh kembang anak-anak itu terletak di luar kecakapan dan kehendak kaum pendidik. KHD menyebutkan bahwa anak telah dianugerahi kemampuan untuk belajar sejak lahir sehingga mereka bisa mengolah informasi dan menciptakan karya. Pendidikan bukanlah tentang menjejali anak dengan berjuta pengetahuan dan kebenaran menurut pendidik. Saya menyadari metode mengajar drilling yang saya lalukan selama ini tidak sepenuhnya salah namun kurang tepat dalam membantu anak untuk bisa mencapai potensi terbaiknya. Pendidikan yang terjadi seharusnya lebih bersifat menuntun anak untuk bisa mengenali cara mereka belajar dan mengkonstruksi pengetahuan dengan kecerdasan masing-masing.
Perubahan pemikiran pertama yang saya dapatkan sangat berpengaruh pada pemikiran kedua yaitu tentang kodrat anak. Pendidikan seharusnya memiliki paradigma yang relevan dengan pengembangan bakat anak. Pendidikan seharusnya memiliki relevansi dengan zaman yang semakin kreatif, prinsip, dan siklus zaman yang dikatakan oleh KHD sebagai kodrat alam dan kodrat zaman. Seorang pendidik harus mampu membantu anak untuk mengenali dirinya, kekuatan, harapan, fokus, perubahan, minat, dan jati dirinya. Dari sini saya menyadari bahwa pembelajaran di kelas sebaiknya membiasakan anak-anak mencari sendiri segala pengetahuan dengan menggunakan pikirannya sendiri. Daripada menjejali mereka dengan rumus-rumus kalimat untuk bisa menulis dengan baik, mungkin saya akan lebih berfokus pada konteks kehidupan nyata yang bisa membuat mereka berfikir tentang ide kreatif agar bisa membantu mereka menuliskan kalimat-kalimat yang bermakna.
Muara dari kedua perubahan pemikiran saya diatas adalah pada perubahan pemikiran yang ketiga. Selama ini di kelas, saya berusaha untuk memberikan pelayanan yang menghadirkan pengalaman belajar yang seragam. Sebab menurut saya, keseragaman akan membawa pada keadilan. Nyatanya tidak demikian. Dalam asas Trikon yang digagas oleh KHD dikatakan bawa Pendidikan memerlukan adanya Kontinuitas, Konvergensi, dan Konsentris. Seorang pendidik perlu menyadari bahwa anak didiknya berbeda dan unik. Maka saya tidak semestinya menghadirkan pendidikan dan pengajaran yang seragam bagi semua anak.
Perubahan pemikiran yang keempat saya dapatkan setelah mengetahui cerita tentang KHD dan putrinya, Asti. Dari kisah beliau berdua saya bisa melihat betapa pentingnya peran orang tua dan keluarga terhadap pendidikan anak. Sebagai pendidik dan orang tua, saat ini saya merasa bahwa peran keluarga dalam pendidikan diminimalkan karena kebijakan yang diambil tidak melalui proses mendengarkan pandangan orang tua. Akibatnya orang tua dan anak menjadi objek penderita karena harus berjibaku dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah yang diberikan oleh gurunya. Padahal orang tualah yang bisa lebih berdaya dalam membantu guru untuk mengenali potensi anak-anak. Guru dan orang tua bisa menjadi rekan sejawat untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak dan menyiapkan mereka untuk hidup pada zamannya.
Dari keempat perubahan pemikiran yang saya dapatkan setelah mempelajari modul 1.1, ada beberapa hal yang bisa segera saya terapkan di kelas yang mencerminkan pemikiran KHD. Pertama, Saya mengubah metode mengajar yang didominasi oleh teori behaviorisme menjadi konstruktivisme yang lebih mendekati filosofi KHD. Kedua, saya menyeimbangkan pengajaran di kelas yang selama ini berfokus pada kognitif untuk bisa lebih menyentuh aspek karakter dan budi pekerti sehingga bisa menumbuhkan dan memandu proses pengembangan bakat anak. Ketiga, saya akan berusaha untuk bisa menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yang mengenali dan mengakui bahwa setiap anak itu berbeda. Saya akan merancang kegiatan belajar yang bisa sesuai dengan minat dan bakat anak agar mereka bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi diri dan masyakat. Akhirnya, saya juga akan berusaha untuk lebih melibatkan orang tua dalam proses kegiatan pembelajaran agar mereka bisa menjadi rekan terbaik saya dalam mendidik para murid di sekolah. Semoga ini bisa menjadi sebagian dari solusi untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar