#TantanganGurusiana

Hari ke 106

“Mak, kulo pamit tumot tes CPNS.” Ucapku kala itu

“Iyo, mugo-mugo kasil!” doanya tulus bukan ambisius.

Dari dua ribu peserta akan diambil 11 orang, persentase keberhasilan yang harus kuperjuangkan benar-benar tipis. Membuat nyalikupun semakin mengempis.

“Saingannya banyak, Mak.” kataku pesimis.

“Sing penting yakin marang Gusti.” Ucapnya memotivasi tanpa menggurui.

Begitulah Emak, keyakinan dan kepasrahannya tak tertandingi. Keyakinannya mampu mengubah keraguanku menjadi sebuah ikhtiar yang terarah.

Memasuki ruang tes, setiap peserta diperiksa secara teliti. Digeledah jangan sampai membawa sesuatu yang salah. Di zaman revolusi 4,0 seperti saat ini, para panitia masih mencurigai adanya jimat yang beraksi.

“Silahkan masuk!” kata salah satu panitia mempersilakanku, setelah tak ditemukannya barang yang mencurigkan. Mereka tidak mengetahui, ku simpan jimat itu dengan teliti dan hati-hati.

Jimat ...

Aji-aji kang keramat

Jimat ...

Siji kang kudu dirumat

Jimatku ...

Do’a Emaku.

Keyakinan dan doa emak, mampu menembus pintu langit, hingga kudengar kabar bahagia itu. Aku berhasil meraih anganku.

“Emak, kulo lulus!” laporku sambil bersimpuh di pangkuannya.

“Alhamdulilah! Nompo berkah ojo lali sedekah!” ucapnya sumringah, senyumnya lebih merekah daripada aku sendiri yang menerima anugrah.

Begitulah Emak, kebahagiaan baginya adalah ketika melihat binar kegembiraan di mata sang buah hati.