Setiap jemaah haji dan umroh, pasti melaksanakan tawab mengelilingi Ka'bah, dan Hijr Ismail. Untuk lebih mengenal kedua bangunan tersebut, berikut sedikit penjelasannya yang diambil dari berbagai sumber.

Ka'bah

Ka'bah berarti kubus, kerana bentuk fisik Ka'bah adalah seperti kubus, yang memiliki banyak sisi. Bangunan Ka'bah yang berbentuk kubus bentuknya sangat sederhana, di dalamnya tidak terdapat apa -apa, namun di dalam kesederhanaanya itulah terdapat keagungan dan kemuliaan. Orang akan kecewa kalau ingin melihat kemegahan bangunan Ka’bah, karena kemegahan dan keagungan, letaknya bukan disana, tetapi di hati dan pribadi setiap muslim yang berziarah ke Baitullah. Dalam kekosongan itu, yang diharapkan mengisi hanyalah tauhid, kerinduan dan kecintaan pada Allah. Tawaf mengelilingi Ka'bah, mengandung makna sebagai usaha pembebasan dari belenggu syirik, nafsu keduniawian, dan ego ketika hidup, inilah maksud sebutan bait al-‘Atiq (Rumah Pembebasan). Ka'bah juga disebut kiblat, kerana ia adalah tumpuan dan objek kearah mana seluruh umat Islam menghadapkan wajahnya ketika mereka sholat. Ka'bah disebut sebagai Baitullah (Rumah Allah), karena Ka'bah merupakan bangunan pertama di atas bumi yang digunakan untuk tempat menyembah Allah, sebagaimana Allah berfirman QS. 3: 96."Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia."

Ka'bah, seperti makna harfiahnya, adalah bangunan berbentuk kubus yang terbuat dari batu berwarna biru, terletak di tengah-tengah Masjidil Haram. Panjang dinding muka yang terdapat pintunya, 12 (dua belas) meter, sedangkan kedua belah sisinya sepanjang 10,1 (sepuluh koma satu) meter, dengan tinggi 16 (enam belas) meter. Letak dinding-dindingnya membujur sebelah barat laut, timur laut, barat daya, dan tenggara. Masing-masing sudutnya mengarah keempat penjuru mata angin. Kemanapun menghadap di seluruh penjuru Ka'bah itu, akan bertemu dengan Allah Swt. Kerena itu, jika sholat di sekelilingnya, maka sholatnya sah, ke manapun mengarah. Bangunan itu berbentuk sedemikian rupa, untuk melambangkan bahwa Allah SWT wujud dimana-mana. Dengan menghadapkan wajah ke Ka'bah, seseorang harus merasakan kemutlakan Tuhan. Allah berfirman :(Q.S.2:115) "Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui."

Hijr Ismail

Ka'bah juga mengandungi pelajaran yang sangat berharga dari segi kemanusiaan. Disana terdapat Hijr yang arti harfiahnya adalah "pangkuan". Disanalah Ismail, putra Ibrahim ‘Alaihissalam, pernah berada dalam pangkuan ibunya yang bernama Siti Hajar, seorang wanita berkulit hitam, miskin, dan bahkan ia adalah seorang budak. Namun demikian, beliau dikebumikan oleh Allah SWT disana. Bahwa "peninggalannya diabadikan Tuhan", untuk menjadi pelajaran bagi setiap insan bahwa Allah SWT menganugerahkan derajat tinggi untuk seseorang bukan kerana keturunan atau status sosialnya, tetapi kerana dekatanya mereka kepada Allah SWT dan usahanya untuk menjadi "Hajar" (berhijrah) dari kejahatan menuju kebaikan, dari keterbelakangan menuju peradaban.

Hijr Ismail dinilai Allah SWT sebagai sebahagian dari rumah-Nya. Oleh itu, terdapat larangan tawaf dalam lingkungan Hijr, kerana ia sebahagian dari Ka'bah.

Tarempa, 02082020

Tatangan 32