Tantangan ke 26.Guru Siana. 'DIAM'
Tantangan ke: 26 "DIAM" Guru Siana.
By: Tatisni
MIN 3 Solok
Kita diciptakan Allah swt sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan satu sama yang lain. Kita dituntut untuk meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan ,rasa saling menyayangi, mengasihi, rasa rindu, namun dengan banyaknya ragam budaya dibumi ini, tentu kehidupan yang berbeda- beda,ada yang hidup mampu, menengah, ada yang berkulit putih juga hitam manis, malah ada yang badannya tinggi dan yang kurang tinggi. Allah swt. menjadikan segalanya berpasangan. Kita harus menerima apa dijadikan Allah. Kehidupan dalam bermasyarakat tentu ada bersosialisasi satu sama lainnya baik dalam bertetangga, bekerja, jual beli dan berkomunikasi satu sama lainnya. Keseharian yang kita hadapi secara bersama itu tentu semuanya terjadi dengan baik dan menyenangkan, apa sebab ada pepatah menyatakan " Baik bagi kita, belum tentu baik bagi orang lain". Itulah pepatah yang maknanya sangat menyentuh dalam kegiatan keseharian. Ada suatu kisah, ceritanya begini, “Hai nak kenapa kamu sekolah tinggi-tinggi kan juga tidak akan jadi pegawai, sekolah biayanya mahal, sementara kehidupan orang tuamu sepertinya kurang mampu”. Kelihatannya anak itu tidak menggubris perkataan si ibu itu sepatah kata pun dan malah merundukkan kepalanya dan merapatkan jari-jemarinya dan berdoa dalam hatinya cuma sedikit air mata berlinang, dan menengadahkan kepalanya sambil diam menatap ibu tersebut, dengan mengatakan “terima kasih ibu..”, lantas anak tersebut pergi.
Hal serupa kejadian ini kalau kita memandang secara jengkel atau marah, akan terjadilah suatu yang tidak diinginkan di antara mereka, tapi anak tersebut tetap sopan dan diam pada ibu tersebut, tidak mau menjawab secara kasar karena anak tersebut takut akan rusaknya persaudaraan di antara mereka, karena persaudaraan itu lebih penting dari segalanya. Sifat diam itu bukanlah bungkam dalam permasalahan tetapi menahan diri dari segala yang bila kita kerjakan menimbulkan efek negatif dikemudian hari, baik untuk diri, keluarga dan orang-orang yang berhubungan dengan kita.
Imam Syafi'i dalam kitab: Diwan Al Imam Al Syafi'i pernah menyenandungkan sya'ir yang berjudul " As Sakutu Salamatun ( Diam adalah keselamatan)” mereka berkata, " Kamu diam saja, padahal dimusuhi " lantas aku menjawab, "Sungguh..., malah membuka pintu kejahatan, jika turut, lebih baik bersikap diam terhadap orang bodoh atau pandir adalah kemuliaan"
Jika kita telaah senandung dari Imam Syafi'i secara hati redha memang kita terasa sejuk dan aman, karena kehidupan masyarakat saat ini memang penuh kesibukan, banyak kebutuhan, dan banyak tuntutan untuk memenuhi kebutuhan,kadang sedikit tersenggol,disini sabar, supaya terjalinnya persahabatan, kekeluargaan dengan penuh rasa rindu. Sebagai motivator Mario Teguh " Diamlah" .Jangan menurunkan kelas anda dengan membantah pembenci, Tuhan menghebatkan kehidupan orang yang bersabar terhadap pembencinya"
dikutip dari m.brillio.net.
Salam dari Penulis
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Adakalanya diam lebih baik ya bu guru... Salam literasi...
Diam itu emas
Good salam juga bu
Ia bu....salam
Trims semua bu guru