Dra.Sugiarti

Peseerta SAGUSABU DKI IX, saya mengajar di SMPN 220 Jakarta...

Selengkapnya
Navigasi Web

Tantangan tiga puluh hari (hari ke 9 )

KETOPRAK

Musim hujan telah datang, dan sangat luar biasa, banjir dimana- mana. Sedih rasanya melihat saudara kita yang sedang terkena musibah banjir.

Semua aktifitas terhambat karena transportasi sulit. Kendaraan pribadi maupun umum, banyak yang tidak berani menerpbos air. Mereka takut kendaraannya mogok.

Aku pernah merasakan banjir berkali -kali. Bahkan pernah banjir sampai satu atap. Rasanya begitu terpuruk.

Justru sebenarnya yang sangat sulit dihadapi bagi yang terkena banjir adalah sesudahnya atau paska banjir. Kita menjadi bingung, bagaiamana kedepannya. Segala yang kita miliki habis dalam sekejap. Banyak orang yang menjadi stres.

Saat itu banjir melanda perumahan kami, air semakin tinggi. Dari blok belakang sudah kebingungan kemana mereka harus mengungsi, karena saat banjir tiba mereka tidak sempat membawa barang yang dibutuhkan. Dan belum ada tempat menampungan bagi korban banjir. karena banjir datang secara tiba-tiba.

Kebetulan rumahku paling depan dan lebih tinggi dari daerah lainnya. Aku ga tega melihat mereka yang kebingungan. Aku mempersilahkan mereka untuk mengungsi dirumah untuk sementara, sambil menunggu pihak pemerintah membantu mereka. Terutama mereka yang memiliki anak masih balita atau manula yang saya utamakan untuk berkumpul di rumahku.

Jadilah rumahku seperti pasar, aku buka dapur umum untuk menyiapkan makanan mereka. Walau menunya sangat sederhana tapi lumayan untuk mengganjal perut mereka. Sambil mencoba meminta bantuan pada pemerintah setempat

.Ada rasa bangga dan senang saat aku bisa meringanlan beban penderitaan mereka. Saat mereka menikmati nasi dengan lauk yang sangat apa adanya, tapi nampak kecerian dan kebahagiaan yang aku lihat diwajah mereka.

Malam itu banyak dari mereka yang menjaga, lingkungan mereka kelelahan dan mulai muncul rasa lapar. Mereka lapar karena udara sangat dingin, selain itu mereka sudah bekerja keras membantu para korban banjir . Mau masak kami sudah kecapean .Waktu itu sudah pukul delapan malam, suamiku bilang.

" Bu teman-teman yang jaga kayanya pada lapar".

Akhirnya saya melangkah mencari makanan dengan menerobos banjir, ke tempat para pedagang makanan sekitar perumahan. Hampir semua penjual mengenaliku karena aku sering belanja pada mereka.

Bang masih ada ketopraknya ?

Masih bu, mau beli berpa bungkus ?

Saya beli enam bang, jangan pedas. Lagi musim hujan takut diare.

Tapi nanti ya bu, saya masih melayani orang dulu.Dia dah pesan dari tadi.

Ya Bang ga apa-apa. Sambil menunggu ketoprak, aku ngobrol sama tukang jualan sate dan yang lainnya. Supaya tidak terasa jenuh menunggu. Saya dikasih teh hangat sama si penjual sate.

"Banyak yang mengungsi ya bu di rumah" . Kata pedagang sate.

Biasa bu, ...yang banyak balita dan ibu-ibu.

Tiba-tiba Bang Munir mendekati tukang sate. Mba boleh aku beli bumbu kacangnya, buat si Ibu . Tadi saya kurang perhitungan. Ketupatnya masih ada tapi bumbu kacangnay habis.

"Oya ga apa-apa" ,Tukang sate bilang bumbunya dari saya.

Dengan waktu yang cukup lama , akhirnya jadi juga pesanan ketoprakku.

Ini bu ketopraknya sudah jadi. Bang Amir menyerahkan bungkusan plastik isi ketoprak pada saya.

Baik mas, ini uangnya. Saat saya mau ambil ketoprak yang sudah siap aku bawa dalam bungkusan sebuah plastik berwarna merah. Tiba -tiba ada sebuah tangan kekar yang mencoba mengambilnya. Saya reflek memegang tangan kekar itu. Saya pegang dengan kuat, supaya tangan itu jangan sampai mengambil pesanan saya yang akan saya berikan pada penjaga kemanan di rumah.

Tapi tangan kekar itu tetap mempertahankan tangannya, untuk mengambil ketoprak itu.

Akhirnya kami tarik menarik plastik itu, seperti anak lecil yang rebutan mainan.

Pa..ini pesanan saya, saya sudah pesan dari tadi. Kalau bapak mau , pesan lagi aja sama mas Munir.

Orang itu malah tambah garang dan dia malah membentak saya. "Ibu ..ini buat saya!.

Ga bisa!,"jawabku, ini pesanan saya". Bapak pesan dulu dong. Bapak kan baru datang. Sedangkan saya disini nunggu sudah hampir satu jam.

"Terserah", yang penting saya mau ambil ketoptrak ini. Ibu tidak tahu siapa saya ?

Laki-laki itu malah membentak. Akhirnya kami ribut. Dan menjadi perhatian orang-orang sekitar. Saya ngotot dia pun ngotot.

Hai perempuan..!, kamu berani sama saya?. "Saya ini keamanan, Jadi kamu harus hargai saya".

Wah...!, karena dia begitu sombong, saya langsung jadi tambah emosi.

Ooooh... bapak ini keamanan ?. Kalau memang bapak keamanan tugas bapak melindungi kami yang sedang kena musibah, dan seharusnya bapak bantu kami, bukannya menguasi kami. Bapak di sini di tugaskan untuk memenuhi segala kebuhan kami.

Maaf bapak siapa dan dari mana ?, berapa NRP bapak ?. saya akan laporkan kesewenang- wenangan bapak pada masyarakat.

Laki-laki itu kaget mendengar pertanyaan saya.

Memang kamu siapa?, berannya kamu nanya saya begitu?.

Saya hanya masyarakat biasa , yang sekarang sedang kena musibah. Saya membeli ketoprak ini bukan buat saya, tapi buat orang-orang yang kelaparan didalam sana.

Tiba- tiba datang seorang laki-laki dan melerai kami. Saya lihat ternyata rombongan Pa Lurah dan Pa Camat yang akan meninjau lingkungan kami.

"Eh...ibu", saya pikir siapa. Ada apa bu ?.

" Maaf ..Bapak boleh tanya sendiri sama laki- laki yang tidak punya hati ini".

Kemudian Pa Camat bicara dengan laki- laki itu, dan beberapa saat kemudian dia bersama Pa Camat menghampiri saya. Dia minta maaf.

Maaf bu, saya tidak tau siapa ibu.

Baik saya maafkan, tapi saya masih kecewa dengan sikap anda. Anda adalah bertugas untuk membantu kami bukan menguasai kami, anda adalah laki- laki harusnya melindungi wanita. Jangan karena anda tidak tahu saya, anda sewenang- wenang bertidak. Untuk membantu tidak usah tau siapa dia.

Akhirnya saya dan dia bersalaman, kemudian kami bersama menuju rumah untuk meninjau keadaan masyarakat sekitar. Pa Camat dan Pa Lurah malam itu juga mengintruksikan pada bawahannya untuk segera memberikan bantuan yang dibutuhkan masyarakat.

Hanya gara- gara ketoprak, aku dapat sejarah yang tidak pernah aku lupakan. Dan setiap banjir datang, aku selalu teringat kejadian itu.

"Ketoprak..oh ketoprak... ".

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post