Dra. Rosnawati, M. Hum

Dra. Rosnawati, M.Hum lahir di Kolaka tanggal 20 Pebruari 1967. menyelesaikan Sarjana Pendidikan di FKIP Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas H...

Selengkapnya
Navigasi Web

KITA DIANTARA STIGMA POSITIF DAN NEGATIF

KITA : DIANTARA STIGMA NEGATIF DAN POSITIF

Dra. Rosnawati, M. Hum

Pada saat kapankah manusia menginginkan sesuatu yang negatif atau positif?. Bagaimana penafsiran tentang hal tersebut?. Apakah setiap yang tidak baik, kurang menyenangkan dan tidak sesuai keinginan itu adalah negatif?. Lalu semua yang baik, menggembirakan, dan membahagiakan merupakan hal yang positif?. Secara semantis demikianlah maknanya. Namun tidak berlaku pada satu hal, yakni mengenai diagnosa penyakit. Ketika seseorang memeriksakan diri pada dokter mengenai penyakit yang diderita, tentu merasa cemas jangan sampai ia mengidap penyakit yang ditakuti oleh manusia. Ternyata setelah hasilnya keluar dan dinyatakan negatif. Wah betapa girang menerima informasi tersebut, Alhamdulillah negatif!. Di lain sisi ketika seseorang sangat menginginkan punya anak lalu memeriksakan diri dan hasilnya ‘positif’, luar biasa luapan kebahagiaan.

Faktanya sekarang ini kita begitu dihantui dengan kata ‘positif’ seiring dengan wabah virus corona yang telah menggemparkan dunia. Mahluk yang hanya berukuran 150 nano itu telah mampu merubah secara drastis tatanan hidup manusia. Kata yang paling ditakutkan adalah ‘positif corona’, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk menghindari atau mencegah penyebaran virus tersebut. Semua pihak terlibat, segala aspek kehidupan terdampak, goncangan psikis melanda yang melahirkan ketakutan, kepanikan, paranoid dan fobia yang menjadi-jadi.

Cara menyikapi musibah ini muncul sesuai tabiat dan karakter manusia. Ada yang berprilaku tenang dan wajar-wajar saja walau tetap mengikuti anjuran pihak yang berkompeten, namun juga tetap menjaga nilai-nilai kemanusiaan. Adapula yang betul-betul menerapkan secara konsisten semua hal yang diketahui sehubungan dengan waspada covid19. Bahkan sampai agak kebablasan dalam bentuk perlakuan terhadap orang lain, seperti : Dengan teman sendiri tidak mau meminjamkan pulpen, memasang tulisan di depan teras “Batas tamu, waspada covid19” bahkan lebih tragis dengan nada sedikit histeris melarang secara langsung tamu masuk dan menyuruh duduk di teras. Apakah tindakan ini salah? Melanggar prikemanusiaan? Menciptakan kesenjangan? Jeda silaturahim? dll.

Mencermati fenomena tersebut, kita dengan bijak selalu melihat dari sisi posif dan kewajaran. Yah manusiawilah jika memang harus curiga, takut dan waspada terhadap siapapun, hilangkan kesan negatif dan maklumilah. Petiklah pelajaran di dalamnya sembari menjadikan sebuah anekdot bahwa jika sebelum pandemi virco tamu disambut dan dipersilahkan masuk, tetapi dalam situasi negatif-positif wabah itu terbalik 180 derajat. Masih banyak lagi kejadian unik yang ditemukan tidak seperti biasanya. Itulah aturan kehidupan dunia yang sewaktu-waktu bisa berubah tergantung dari kondisi.

Begitu banyak respon mengenai pandemi Covid 19, seiring itu pula berjubelan informasi negatif dan positif mengenai keberadaannya. Teror media di segala penjuru. Diselingi dengan postingan tentang hal-hal positif yang bisa sedikit memberikan semangat dan motivasi dalam menjalani cobaan hidup berupa wabah penyakit. Sejatinya perbaharui selalu pikiran, jangan panik, tetap tenang dan terus sabar dalam keadaan apapun. Senantiasa tanamkan afirmasi positif bahwa badai virus corona itu akan berlalu dan berakhir negatif. Camkan pernyataan Ibnu Sina Rahimahullah : Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa musibah pancovid19 banyak memunculkan peristiwa yang terjadi di luar dari nalar insani. Menggiring perilaku yang terasa sedikit aneh, yang selama ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Berita dari media yang begitu miris, semoga saja hoaks; misalnya warga mengusir dari lingkungan tempat tinggal petugas kesehatan karena dianggap pembawa virus. Karyawan yang dirumahkan karena dicurigai. Setiap yang sakit dan meninggal dalam kondisi sekarang selalu dikaitkan dengan virus itu. Sampai yang terkejam adalah menolak dan mengusir pembawa jenazah yang meninggal akibat virus corona. Tidak ada lagi saling menjenguk ketika ada yang sakit, dan terlewatkan waktu untuk melayat yang mengingatkan kematian. Penyebabnya hanya satu; takut dan takut terpapar. Apakah ini pertanda moral kemanusiaan mulai terkikis? Tapi katanya itu terpaksa dilakukan! Apa boleh buat!.

Kehadiran wabah virus covid19 mengharuskan manusia mengisolasi diri. Hampir semua aktivitas terbatas, ada yang ditunda/ditangguhkan, bahkan ditiadakan. Tentu semua itu berdasarkan kemaslahatan bersama. Berbagai sikap dan perasaan muncul. Banyak perubahan perilaku terjadi. Ada yang dengan senang hati menikmati ‘dirumahaja’, apalagi jika didukung dengan berbagai fasilitas. Banyak yang stres dengan pekerjaan kantor/sekolah yang harus dilakukan di rumah. Tidak sedikit orang tua yang agak uring-uringan ketika harus membantu/mendampingi anak-anaknya belajar daring. Berbagai ungkapan rasa anak sekolah yang sudah rindu dengan suasana sekolahnya, katanya rindu dengan wajah dan celoteh teman-teman, ingin lagi mendengar suara-suara lantang guru saat mengajar,rindu dengan ekspresi guru ketika melihat siswa berulah. Demikianpun dengan guru pasti merindukan saat tatap muka dengan siswa, ingin melihat lagi berbagai tingkah unik siswa yang terkadang memancing berbagai rasa, dan masih banyak kerinduan yang lain. Belum lagi efek yang dialami selama karantina diri.

Sebagai manusia yang bijak , kita jangan hanya sibuk mencari dan menyebarkan sisi buruk atau dampak negatif covid19 ini. Di balik semua itu dia menyuguhkan hikmah terbesar atas kumunculannya. Tidak ada satupun di dunia ini yang terjadi secara kebetulan, semua ada tujuan dan pembelajaran hakiki. Pasti kita sudah pernah membaca pesan-pesan moral yang ditulis oleh KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) yang terdiri atas 15 item melalui media informasi. isinya lebih mengarah ke pendekatan religi yang mengantarkan kita untuk lebih banyak merenung dan menyadari segalanya. Sebaiknya kita baca lagi berulang-ulang sembari mencamkan baik-baik hikmah di balik pandemik covid19. Dengan begitu, kita berharap setelah wabah ini diangkat oleh Sang Maha Penguasa, maka kita akan menjadi insan yang lebih baik dari hari-hari kemarin.

Bagaimanapun keadaan sekarang kita harus bisa melaluinya, semua terjadi diluar kuasa dan kendali manusia. Hanya saja semua kembali ke diri kita masing-masing bagaimana harus menyikapi keadaan tersebut. Apakah kita lebih banyak berpikir positif atau berpikir negatif? Tentu banyak faktor yang memengaruhi pola pikir kita, salah satunya media massa. Oleh karena itu, cerdaslah kita memberi dan menerima informasi, carilah media yang bisa membangun optimisme agar kita lebih kuat dan tegar menghadapi pandemi ini dan bisa menjalani kehidupan sewajarnya. Penulis terkesan dengan tulisan mantan mentri BUMN Dahlan Iskan yang dikutip dari laman Disway.id. yang mengajak kita untuk move on dari berita dan stigma negatif pandemi covid19. Untuk itu, batasilah diri untuk mengetahui banyak mengenai informasi seputar perkembangan covid19, karena setelah tahu, mau apa lagi, pasti hanya akan menambah ketakutan demi ketakutan. Kata Dahlan Iskan “Masih ada lagikah yang perlu Anda ketahui tentang covid19? Rasanya tidak ada lagi. Anda sudah menjadi ahli covid19 sekarang ini, lebih ahli dari dokter. Dokter hanya mau membaca yang masuk-masuk akal saja, tetapi kita membaca apapun yang ada di medsos asal terkait dengan covid19”. Ayo selalu berafirmasi positif bahwa pandemi covid19 akan berlalu dengan negatif, serta Haqqul yakin bahwa Allah SWT berkehendak sesuai dengan prasangka hamban-Nya(Hadits Riwayat Muslim). (Penulis adalah Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Kolaka).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semangat...sukses selalu

27 Oct
Balas



search

New Post