Rezeki Kucing
Menulis hari ke- 714
Rezeki Kucing
oleh: Nurmariana
Mariza terkejut sambil bersorak gembira. Terus membaca WA dengan sedikit keras buat anggota keluarga yang lain dengar. "Malam Kamis ada rendang bakar. Mabar, yuk!"
"Okey, siapa takut?" Yaya menanggapi dengan serius tawaran dari tante Ayas.
"Bakda Magrib kita kumpul di tempat biasa."
WA penuh dengan kata setuju. Sepuluh berikutnya, Bi Onah sudah berada di lokasi. Disusul dengan hadirnya Om Jaka.
Satu per satu sudah datang ke tempat pertemuan biasa.
"Sudah tidak ada lagi rendang bakarnya!"
"Jadi bagaimana?"
"Lanjut atau cari tempat pertemuan kedua?"
"Coba tanya ke petugasnya. Baru satu orang yang komen, kok tiba-tiba habis?"
"Sudah ditanya dengan pelayannya. Jawaban memang tidak ada yang komen sebab orang kantor pesan dengan bos dan jatahnya memang sudah habis."
"Tak masalah. Biarlah tidak perlu pindah lokasi."
"Setuju!"
"Ya, betul! Lagi pula jalan-jalan sudah penuh kendaraan. Banyak lokasi tempat makan buka layar lebar untuk nonton bareng." Om Yanto mempertegas.
"Jadi tetap masing-masing boleh pesan satu porsi dengan haga biasa."
Om Father pesan kesukaannya, lele bakar plus nasi dengan sambal lalap. Dari sepuluh orang yang hadir, tiga orang memilih makan ayam bakar.
"Sudah di pesan?" Andi bertanya pada Meylan selalu seksi konsumsi dadakan bila ada mabareng di mana pun berada.
"Beres semuanya, pesanan siap diantar dalam waktu 25 menit."
"Ehm, lamonyo, cacing awak dah lapo nih." Tante Maria berkata pelan menggunakan bahasa daerahnya. Om Triyan membalas dengan pelan jiga.
"Sabar, sambil nunggu sambil minum saja!"
Terdengar beberapa yang hadir tertawa tak lepas. Terutama tante Umi, istri dari Om Triyan. Mau tertawa nyaring takut adalah yang tersinggung. Jadi, ditahan pemiliknya.
Tidak terasa, tibalah waktu yang ditentukan. Makanan siap disantap.
Setelah berdoa masing-masing dan segera menyantap ala kadarnya. Memang tanpa suara tapi yang makan ayam bakar ternyata lima menit kemudian sudah bergantian ke tempat cuci tangan. Ini pertanda sudah selesai makan. Yang belum selesai makan melirik ke arah pemilik makanan ayam bakar. Terlihat dari kejauhan daging ayam bagian tengah masih merah. Ada yang iseng mencium daging tersebut.
"Ehm, baunya sedikit aneh, seperti telat masuk dalam kulkas sebelum diolah."
Om Triyan membungkus ayam sisa yang tak tuntas dilahap karena sedikit bermasalah.
"Alhamdulillah, malam ini kucingku bisa makan nyaman juga."
"Ya, rezeki kucing pun tetap ada." Lagi-lagi yang lain hanya mengucap syukur dan sedekah senyum kepada siapa pun yang ditemui di rumah makan tersebut.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillah