Dra. Muliati

Menulis itu jiwa dan nyawa. Jika masih bisa menulis berarti jiwa dan nyawa masih sehat. Pupuklah itu selagi ada kesempatan. Menulislah kap...

Selengkapnya
Navigasi Web
RAHASIA RUMAH TUA  (TANTANGAN MENULIS HARI KE-41)

RAHASIA RUMAH TUA (TANTANGAN MENULIS HARI KE-41)

RAHASIA RUMAH TUA

(TANTANGAN MENULIS HARI KE-41)

Muliati

Pagi, pukul 06.00 Mimi sudah menelepon. Katanya sekitar setengah jam lagi akan sampai. Mendengar berita dari Mimi aku sangat gembira. Pukul 06.30 ada mobil memasuki halaman rumahku. Aku intip dari jendela, mobil avanza bewarna hitam. ”Apakah itu Mimi?” dalam pikiranku.

Tiba-tiba telepon berdering. "Rani, mengapa ada orang di depan pintu? Itu siapa, ya?" tanya Mimi. Oh, ternyata memang Mimi yang datang.

Aku sangat cemas, Mimi kan tidak kuberitahu masalah tadi malam. Jika Mimi tahu, pasti ia akan balik pulang atau pergi ke rumah teman.

"Mimi, hati-hati, ya,” kataku. Aku mengintip dari balik jendela dekat pintu ruang tamu. "Coba minta tolong supirnya menanyakan keperluan orang itu. Apakah ia laki-laki?" tanyaku lagi.

" Ia, Ni. Wajahnya tidak bersahabat" jawab Mimi dengan suara ketakutan. Aku sebenarnya takut jugai. Bagaimana caranya, ya agar orang itu pergi. Kulihat pak supir turun dari mobil dan mendekati lelaki. Oh, ternyata lelaki tadi malam. Ia sudah ada di depan pintu. Lelaki itu melihat ke arah supir.

“Maaf, Pak. Bapak mau apa di sini?” tanya supir Avanza tersebut.

Lelaki itu menunjuk ke rumah tua, seakan-akan ia mengode ada sesuatu di sana. Oh, iya. Aku kan janji dengannya tadi malam mau ke sana. Mungkin itu yang ia tagih. Akhirnya kuberanikan buka pintu. Lelaki itu tidak berbuat apa-apa. Cuma wajahnya penuh kecemasan. Ia melihat ke arahku. Wajah yang penuh permohonan.

Mimi turun dengan menjinjing tasnya dan satu koper yang padat. Ada lagi karung plastik yang penuh dengan barang-barang. Pak supir pun pamit pergi meninggalkan rumah kami. Mobil Avanza meluncur dan hilang di belokan.

Aku melirik ke arah lelaki, mengode akan pergi ke rumah tua. Aku bantu mengangkat karung putih, itu. Tiba-tiba, lelaki itu menepiskan tanganku dan mengangkat barang Mimi ke dalam rumah dan meletakkan di ruang tamu. Lelaki itu menrik tanganku dengan lembut, tidak seperti dalam mimpi. Aku ajak Mimi menemaniku ke rumah tua. Mimi pun tidak keberatan.

“Ada apa, Rani?” tanya Mimi keheranan. Aku tahu Mimi kecapean. Sebenarnya tidak tega mengajaknya.

“Ikut saja, aku juga tidak tahu ada apa,” jawabku sambil menarik tangan Mimi yang terasa dingin. Wajar dingin, terlalu pagi ia sampai.

Harau, 25 Januari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Seru, Bu

25 Jan
Balas

Jhhh

25 Jan

Bikin penasaran. Lanjut Bu

25 Jan
Balas

Mksh, say

25 Jan

Hayo mau diajak kemana tu

25 Jan
Balas

Ke rumah tinggal hh

25 Jan

Keren ibu cerpen nya

25 Jan
Balas

Mksh bu Fadlin

25 Jan

Mksh bu Fadlin

25 Jan

Mksh bu Fadlin

25 Jan



search

New Post