Dra. Muliati

Menulis itu jiwa dan nyawa. Jika masih bisa menulis berarti jiwa dan nyawa masih sehat. Pupuklah itu selagi ada kesempatan. Menulislah kap...

Selengkapnya
Navigasi Web
RAHASIA RUMAH TUA  (TANTANGAN MENULIS HARI KE-40)

RAHASIA RUMAH TUA (TANTANGAN MENULIS HARI KE-40)

RAHASIA RUMAH TUA

(TANTANGAN MENULIS HARI KE-40)

Muliati

Aku mengintip lagi ke luar jendela di balik tirai. Lelaki itu masih ada di sana sambil memandang ke arahku. Sementara mama melarang aku mengintip di jendela.

“Rani, jangan mendekat lagi lagi ke jendela. Nanti ia tambah marah. Mama semakin takut, Rani. Ke sinilah!” Mama melihat ke arahku dengan rasa takut dan melangkah ke arahku pelan-pelan. “atau bilang sama ia, kita mau bantu besok saja, jika sudah siang.” Mama berbisik kepadaku.

Aku kembali mengintip dari tirai jendela. Ia masih berharap. “Pak, sekarang pulang saja dulu, besok kita ke rumah Bapak, ya,” kataku sambil membuka kain jendela agak lebar. Aku kode dengan tangan agar ia pulang. Lelaki itu Kembali memohon dengan Gerakan tangannya.

“Besok ya, Pak. Sekarang Bapak pulang, ya.” Aku Kembali mengode ia agar pulang. Akhirnya, kulihat ia melangkah dengan pelan ke arah rumah tua. Kupastikan ia sampai di rumahnya, barulah perasaanku agak lega.

Mama kelihatan sudah berkurang rasa takutnya. Kami pun kembali ke tempat tidur. Mama bercerita, pernah mengalami orang yang tidak dikenal mengejarnya waktu gadis dulu. Susah mencari pertolongan. Apalagi di desa masyarakatnya sibuk ke sawah atau ke ladang. Karena mama jualan lontong di pinggir jalan raya, banyak yang singgah makan di kedai mama.

Pernah suatu kali, ada orang entah mabuk atau gila, menggoda mama. Mama pergi lari dengan langkah seribu. Entah ke mana arah mama berlari, ia tidak peduli. Mama terus berlari. Akhir mama melihat sebuah lubang dan bersembunyi di sana.

“Waduh, cerita mama juga mengerikan ya, Ma. Semoga saja Rani tidak mengalami yang demikian."

“Ya, Rani. Demi sebuah kehormatan, kita akan berusaha untuk mempertahankannya, apa pun caranya, walaupun nyawa tantangannya. Ada satu hal jangan pernah dilupakan, selalu berlindung kepada Allah.” Mama bercerita dengan menggebu-ngebu. Seakan-akan kejadiannya baru saja dialami mama.

Gawaiku berdering. Pesan dari Mimi. Mimi bilang akan datang besok, mungkin pagi sudah sampai di kontrakanku. Maklum kampung Mimi jauh, hanya ada 1 mobil tambangan setiap hari yang jalan. Aku gembira Mimi datang. Semoga perjalannya dilancarkan Allah, Swt.

Harau, 24 Januari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

24 Jan
Balas

terima kasih, Pak dede

24 Jan

mantap cerpenya bu..Mul

25 Jan
Balas

Bapak itu. Bikin penasaran

25 Jan
Balas

Dimana sih kampung Si Mimi itu? Keren. Cerita misteri memang asyik untuk dituliskan.

25 Jan
Balas

Kapur hhh

25 Jan

Makin keren ceritanya Bun

25 Jan
Balas

Terima kasih, bu Lia. Ikuti terus, ya

25 Jan

Mantap cerpennya,bunda.salam literasi

24 Jan
Balas

terima kasih say

24 Jan

Mantap cerpennya,bunda.salam literasi

24 Jan
Balas

Mantap cerpennya,bunda.salam literasi

24 Jan
Balas



search

New Post