Dra. Muliati

Menulis itu jiwa dan nyawa. Jika masih bisa menulis berarti jiwa dan nyawa masih sehat. Pupuklah itu selagi ada kesempatan. Menulislah kap...

Selengkapnya
Navigasi Web
RAHASIA RUMAH TUA  (TANTANGAN MENULIS HARI KE-39)

RAHASIA RUMAH TUA (TANTANGAN MENULIS HARI KE-39)

RAHASIA RUMAH TUA

(TANTANGAN MENULIS HARI KE-39)

Muliati

Selesai salat Isya, aku buka laptop dan mulai menulis. Menulis apa yang aku alami dari pagi hingga malam. Tiba-tiba telepon di gawaiku berdering. Kubuka, ternyata dari temanku yang izin pulang kampung. Ia mengabari akan datang karena ibunya sudah mulai sehat. Aku merasa senang. Ada teman tempat curhat.

Mimi, ia anak baik, ramah, dan supel. Tidak seperti aku yang agak pendiam. Aku tidak bisa bicara banyak seperti Mimi. Ia sangat disukai anak-anak. Mereka dekat dengan Mimi. Mimi berpesan besok akan datang. Aku mengiyakan dalam gawai.

Aku melanjutkan tulisanku di lapotop. baru beberapa kalimat, mataku sudah mengantuk. Aku tak kuasa melanjutkan kata-kata lagi. Mulutku tak berhenti menguap. Kuhentikan ketikanku, aku off kan laptop dan menuju pulau kapuk. Badan terasa letih seharian kerja dari mencuci, menyapu, memasak, dan mengepel.

Aku mendengar teriakan. Kedengarannya suara mama. Aku langsung melompat dari tempat tidur menuju arah mama teriak. Ternyata mama ada di dapur. Mama menunjuk ke arah jendela dapur masih berteriak. Ada seorang lelaki di luar. Aku tarik tangan mama dan berlari ke kamar. Untungnya pintu sudah aku kunci. Sampai di kamar, kami langsung ke tempat tidur. Mama masih ketakutan. Aku juga sebenarnya takut. Tapi aku berusaha menenangkan ibu. Ngantukku jadi hilang, sekarang ketakutan yang menghantuiku.

Tiba-tiba jendela kamar pun diketuk dari luar. Aku berteriak, “Tolong….!” Aku tidak tahu apakah suaraku ada yang mendengar. Ketukan semakin keras. aku dan mama tidak bisa bicara lagi, kami berpelukan.

“Hai, siapa kamu. Jangan ganggu kami. Kalau kamu orang baik, pasti tidak akan mengganggu kami.” kataku. Ketukan semakin keras. Aku memberanikan diri dan coba mengintip dari balik kain jendela, mirip lelaki yang menghadangku dalam mimpi. Apakah lelaki itu yang ada di rumah tua?

Ketika aku menyibak kain jendela, ia menunjuk ke rumah tua. Ia memanggil dengan tangannya dan menunjuk ke arah rumah tua. Kulihat matanya, seperti ada sesuatu yang terjadi di sana.

“Ma, kelihatannya ia mau minta tolong sama kita.

“Jangan, Rani. Mama takut. Nanti kalau ia jahat kepada kita bagaimana?” Mama sangat khawatir dan takut.

Kuintip sekali lagi. Ia tetap melambaikan tangannya dan menunjuk ke rumah tua. Kali ini diiringi dengan tangis. Kata-kata juga tidak keluar dari mulutnyua, selain tangisnya. . Ketakutanku berubah menjadi prihatin melihat ia menangis..

Harau, 23 Januari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lama tidak mengikuti kisah ini.... Keren.... lanjut... salam sukses selalu

24 Jan
Balas



search

New Post