PELITAKU MEMINTAL KALUT (TANTANGAN MENULIS KE-47)
PELITAKU MEMINTAL KALUT
Muliati
pelitaku
memintal kalut di atas sepi
Tak lama setelah itu ada satu sorak yang membawa cita
Mengemas segala takut tak berujung
berteriak mengalun simfoni cita
Semangatnya tergopoh datang memayung bagai pelita di malam hari
yang terus menghujam setiap langkah dan dikepung oleh iri
Beratus gemeletuk pola yang diambil hatinya
Satu sorak itu berisi penuh cinta ditaburi akar dari jiwa juga darahnya
agar terpatri dalam nada mutiara negeri ini
Untaian aksara telah mencatat seluruh peluh yang melebur
sepanjang hari mengoceh bak merpati menyambut pagi
dawat catatan itu semakin tipis semakin terkikis
Catatan itu berbaur dengan napas napas lirih
Berubah menjadi abu terbalut dan dikubur alpa
Harau, 31 Januari 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren banget Bunda. Semoga sehat selalu
Amin
Ulasan yang keren bunda
Makasih bu Sofi
Maaf, Ini opini atau puisi ya, Bun.
Puisi sayang
Diksi yang keren menewen
Mkasih