Tanggung jawab Pendidikan Karakter di hari Pendidikan Nasional versi WA
Tanggal 2 Mei 2018, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Hiruk pikuk peringatan dilaksanakan, mulai dari upacara dan peringatan dengan berbagai macam bentuk penampilan kesenian, pemberian penghargaan maupun lomba-lomba.
Berbagai ucapan ditulis WA baik ucapan simpati "Selamat Hari Pendidikan Nasional" dari teman-teman untuk anggota group pelaku pendidikan maupun ucapan yang berupa opini yang mempertanyakan fungsi pendidikan dalam membangun karakter.
Dari berbagai ucapan yang berisi simpati kepada para pelaku pendidikan, ada beberapa ucapan yang menarik bagi saya justru sentilan terhadap dunia pendidikan yang memotret dunia pendidikan sebagai pembentukkan karakter siswanya. Opini/sentilan tersebut saya golongkan menjadi 2 untuk menjawab pertanyaan tanggung jawab pembentukkan karakter positif oleh dunia pendidikan. Satu sisi menjawab untuk full day school dan sisi yang lain pendidikan Indonesia pada umumnya.
Potret hedonisme/eklusifisme yang diciptakan orang tua dengan berlomba-lomba menyekolahkan di sekolah full day school, dengan fasilitas istimewa di kota-kota besar yang amat menyita anak untuk berkomunikasi dengan orang tuanya, yang justru terjadi pada usia masih memerlukan masa bermain dan bersosialisasi sempurna dengan lingkungan rumah dan lingkungan sekitarnya. Pada kasus ini guru dan lingkungan sekolah bertanggung jawab penuh terhadap perkembangan positif karakter anak, karena anak waktunya penuh di sekolah. Pertanyaan yang muncul sudahkah sekolah full day memperhatikan kurikulumnya dan menciptakan kondisi seperti itu?
Secara umum pendidikan di Indonesia melaksanakan pembelajaran kurang lebih dari jam 07.00 sampai jam 13.00, jadi siswa belajar di sekolah kurang lebih 6 jam, waktu sesingkat itu untuk pembentukan karakter positif siswa sangatlah minim waktunya, oleh karena itu sekolah memerlukan dukungan dari lingkungan rumah (keluarga siswa), dan lingkungan pergaulan siswa dalam pembentukkan karakter siswa yang baik. Untuk itu diperlukan sinergi yang kompak antara lingkungan sekolah, orang tua dan lingkungan yang luas dalam pembentukkan karakter. Semua pihak bettanggung jawab terhadap pembentukkan karakter siswa.
Sebagai penutup dari tulisan ini saya himbau mari kita sebagai pelaku pendidikan maupun sebagai manusia yang hidup dilingkungan siswa, pedulilah dengan perkembangan karakter siswa, jangan biarkan karakter yang tidak baik tumbuh pada lingkungan siswa.
Penulis peserta Sagusabu Kab. Wonosobo
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ulasannya keren. Renyah dan bergizi
Produktif Bunda Laksmi. Langsung kirim dua naskah. Besok deadline langsung dua buku, aamiin
Matur suwun pak Leck Murman, pak Ruwono nyuwun masukkan untuk perbaikan..