MENYESAL TIADA BERGUNA

Oleh:

DONY GUSRIZAL, S.Si

Hidup bagai roda yang terus berputar, susah dan senang selalu menghiasnya, tawa, tangis menjadi bunga sebagai pelengkap indahnya sebuah romansa cinta yang mengalun dalam hati. Semenjak kematian ibu, aku tinggal sendiri, berteman sepi, sendiri menatapi nasip yang tak beruntung. Cintanya membuatku semangkin menderita, menderita karena tak mampu hidup tampa hadirnya dirinya. Ibu yang selama ini aku sia-siakan menjadi penyesalan yang tiada berguna, penyesalan yang ingin rasanya kubawa mati bersama jasadnya yang terbaring di dalam kubur.

Hidupun tak berguna, hanya sendiri, sementara kakak-kakaku sudah bersama keluarganya masing-masing. Aku harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan ku sehari-hari, namun menjelang gajian aku masih dibantu oleh saudaraku. Hidup tetap berlanjut mengitari panorama sandiwara dunia. Susah senang menjadi hiasan yang harus aku baluti dalam sanubariku.

Saat ini aku diterima di sebuah klinik rumah sakit yang ada di sekitar rumah, namun gaji yang diperoleh tak seberapa, bahkan untuk kebutuhan sehari-haripun aku harus menghibah pada saudaraku, meminta sedikit rezeki yang mereka miliki. Karena saudaraku tidak juga memiliki penghasilan yang lebih, aku hanya mendapatkan sedikit kelonggaran untuk mencukupi kehidupanku sehari-hari.

Hidup terus berjalan mengikuti waktu yang berputar, hari demi hari harus aku lewati dengan segala keterbatasan yang ada, tak seperti ketika ayah dan ibu masih ada. Kesendirian ku menyelimuti hari-hari yang ada. Suara angin yang mengalun seperti musik menghiasi tidurku yang sendiri, hanya bersama bantal yang diam tampa suara.

Bersambung …

Pesisir Selatan Sumatera Barat, 19 Desember 2022.