Donny Firmansyah

Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Rekreasi di SDN 10 Simpang Rimba, Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung sejak tahun 2020 s.d sekarang. A...

Selengkapnya
Navigasi Web

PENGARUH LATIHAN SENAM DAN JENIS KELAMIN TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR SISWA KELAS 6

PENGARUH LATIHAN SENAM DAN JENIS KELAMIN TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN SIMPANG RIMBA KABUPATEN BANGKA SELATAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan

Oleh

Donny Firmansyah

0602520048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA

PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2022

PENGESAHAN UJIAN TESIS

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya

Nama : Donny Firmansyah

Nim : 0602520048

Program Studi : Pendidikan Olahraga S2

Menyatakan bahwa yang tertulis dalam Tesis yang berjudul “Pengaruh Latihan Senam dan Jenis Kelamin Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Siswa Kelas 6 Sekolah Dasar Di Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan” ini benar-benar karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Atas pernyataan ini saya secara pribadi siap menanggung resiko/sanksi hukum yang dijatuhkan apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini.

Semarang, November 2022

Yang membuat pernyataan,

Donny Firmansyah

Nim 0602522048

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

“Teruslah bekerja keras meski belum membuahkan hasil, karena setiap usaha yang dijalani dengan sungguh- sungguh maka akan menghasilkan sedikitnya pengalaman” (Donny Firmansyah, 2022)

Persembahan :

Tesis ini saya persembahkan untuk:

Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

Prodi Pendidikan Olahraga

ABSTRAK

Donny Firmansyah. 2022. “Pengaruh Latihan Senam dan Jenis Kelamin Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Siswa Kelas 6 Sekolah Dasar Di Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan” Tesis. Program Studi Pendidikan Olahraga Pascasarjana Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dr. Rumini, M.Pd., Pembimbing II : Dr. Bambang Priyono, M.Pd.

Kata Kunci: Latihan, Senam Bedincak, Senam PGRI, Perkembangan Motorik Kasar.

Permasalahan dalam penelitian belum diketahui pengaruh latihan senam dan jenis kelamin terhadap perkembangan motorik kasar, Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh latihan senam bedincak dan senam PGRI terhadap perkembangan motorik kasar, perbedaan pengaruh laki-laki dan perempuan terhadap perkembangan motorik kasar, interaksi antara latihan senam dan jenis kelamin terhadap perkembangan motorik kasar.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan desain faktorial 2x2, Populasi penelitian adalah siswa SD kelas 6 Usia 11-16 tahun di kecamatan simpang rimba berjumlah 472 orang, Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling dengan jumlah sampel 60 orang, Variabel penelitian : Variabel Independent : Senam Bedincak dan PGRI, Variabel depedent : Perkembangan motorik kasar, Variabel atributif : Laki-laki dan perempuan, Instrument test penelitian adalah tes motor ability : Tes Shuttle Run 4x1 meter, Tes lempar tangkap bola jarak 1 meter dengan tembok, Tes Stork Stand Positional Balance, Lari cepat 30 meter, Teknik analisis data menggunakan Analysis Of Varian (Anova) pada taraf signifikasi α : 0,05.

Hasil penelitian ini : (1) Perbedaan antara latihan senam bedincak dan senam PGRI terhadap perkembangan motorik kasar latihan senam Bedincak x̄ 14,79, ± 8,41 dan senam PGRI x̄ 16,77, ± 9,3, F hitung 18,204 > F tabel 4,11, sig 0,000 < α 0,05. (2) Perbedaan antara laki-laki dan perempuan terhadap perkembangan motorik kasar dimana jenis kelamin laki-laki x̄ 17,25, ± 10,18 dan kelompok yang berjenis kelamin perempuan sebesar x̄ 14,30, ± 7,14, F hitung 15,081 > F tabel 4,11, sig 0,001 < α 0,05. (3) Interaksi antara latihan senam dan jenis kelamin terhadap perkembangan motorik kasar dengan F hitung 1.162 > F tabel 4,11 dan sig 0,282 > 0,05.

Simpulan penelitian : (1) Ada perbedaan pengaruh Latihan senam Bedincak dan Senam PGRI terhadap perkembangan motorik kasar yaitu latihan senam PGRI memberikan pengaruh lebih baik terhadap Perkembangan motorik kasar dibandingkan latihan senam bedincak (2) Ada perbedaan pengaruh jenis kelamin Laki-Laki dan Perempuan terhadap perkembangan motorik kasar yaitu jenis kelamin laki-laki memberikan pengaruh lebih baik terhadap perkembangan motorik kasar dibandingkan perempuan (3) Tidak terdapat perbedaan interaksi antara Pengaruh Latihan Senam dan Jenis kelamin Terhadap Perkembangan Motorik Kasar. Sebagai alternatif bagi guru agar dapat meningkatkan perkembangan motorik kasar dengan menggunakan latihan senam bedincak dan senam PGRI.

ABSTRACT

Donny Firmansyah. 2022. "The Influence of Gymnastic Exercise and Gender on Gross Motoric Development of Grade 6 Elementary School Students in Simpang Rimba District, South Bangka Regency" Thesis. Postgraduate Sports Education Study Program, Semarang State University. Advisor I : Dr. Rumini, M.Pd., Advisor II : Dr. Bambang Priyono, M.Pd.

Keywords: Exercise, Bedincak Gymnastics, PGRI Gymnastics, Gross Motor Development.

The problem in this research is that the effect of gymnastic exercises and gender on gross motor development is unknown. The purpose of this study is to analyze the effect of bedincak and PGRI gymnastic exercises on gross motor development, differences in the influence of men and women on gross motor development, the interaction between gymnastic exercises and gender on gross motor development.

This study used an experimental method with a 2x2 factorial design. The study population was 6th grade elementary school students aged 11-16 years in the Simpang Jungle sub-district, totaling 472 people. The sampling technique used purposive sampling with a sample size of 60 people. Research variables: Independent variable: Gymnastics Bedincak and PGRI, Dependent variables: Gross motor development, Attributive variables: Men and women, The research instrument test is a motor ability test: 4x1 meter Shuttle Run test, Catch ball throw test 1 meter from a wall, Stork Stand Positional Balance test, 30 meter sprint, data analysis technique using Analysis Of Variance (Anova) at significance level α: 0.05.

The results of this study: (1) The difference between bedincak exercise and PGRI exercise on gross motor development of Bedincak exercise x̄ 14.79, ± 8.41 and PGRI exercise x̄ 16.77, ± 9.3, F count 18.204 > F table 4.11, sig 0.000 < α 0.05. (2) The difference between men and women in gross motor development where the male sex is x̄ 17.26, ± 10.18 and the female sex group is x̄ 14.30, ± 7.14, F count 15.081 > F table 4.11, sig 0.001 <α 0.05. (3) The interaction between gymnastic exercises and gender on gross motor development with F count 1.162 > F table 4.11 and sig 0.282 > 0.05.

The conclusions of the study: (1) There are differences in the effect of Bedincak and PGRI Gymnastics exercises on gross motor development, namely PGRI gymnastic exercises have a better effect on gross motor development than bedincak gymnastic exercises (2) There are differences in the effect of male and female gender on development gross motor skills, i.e. male gender has a better influence on gross motor development than female (3) There is no difference in interaction between the effect of gymnastic training and gender on gross motor development. As an alternative for teachers to be able to improve gross motor development by using bedincak and PGRI gymnastics exercises.

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Latihan Senam Bedincak Dan Senam PGRI Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Siswa Kelas 6 Sekolah Dasar Di Kecamatan Simpang Rimba”. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Olahraga, Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang.

Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan pertama kali kepada para pembimbing: Dr. Rumini, M. Pd. (Pembimbing I) dan Dr. Bambang Priyono, M. Pd. (Pembimbing II) yang telah sabar memberikan petunjuk, dorongan, motivasi serta membimbing peneliti dalam menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yang telah membantu selama proses penyelesaian studi, diantaranya :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang, atas segala bantuan, ijin dan kesempatan dalam mengikuti perkuliahan sampai selesai.

2. Direksi Pascasarjana UNNES, yang telah memberikan kesempatan serta arahan selama pendidikan, penelitian, dan penulisan tesis ini.

3. Koordinator Program Studi Pendidikan Olahraga Pascasarjana UNNES yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam penulisan tesis ini.

4. Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana UNNES, yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu kepada peneliti selama menempuh pendidikan.

5. Bapak, Ibu, Kakak dan Adik tercinta yang banyak membantu, berkorban waktu, pikiran, tenaga serta selalu memberikan dukungan baik moral maupun materil.

6. Kepala Sekolah SD Kecamatan Simpang Rimba yang memberi bantuan serta arahan sehingga penelitian ini berjalan dengan baik.

7. Para Guru Olahraga SD Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan yang telah membantu untuk memberikan ide maupun saran kepada peneliti selama menjadi sumber informasi yang membantu peneliti dalam pengumpulan data penelitian.

8. Rekan-rekan, sahabat, serta pihak-pihak lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang dengan sukarela membantu do’a, serta dorongan semangat.

Peneliti sadar bahwa dalam tesis ini mungkin masih terdapat kekurangan, baik isi maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat peneliti harapkan. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan berkontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang keolahragaan.

Semarang, Januari 2023

Donny Firmansyah

DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN UJIAN TESIS. ii

PERNYATAAN KEASLIAN.. iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.. iv

ABSTRAK.. v

ABSTRACT.. vi

PRAKATA.. vii

DAFTAR ISI. ix

DAFTAR TABEL.. xv

DAFTAR GAMBAR.. xvi

DAFTAR LAMPIRAN.. xvii

BAB I PENDAHULUAN.. 1

1.1 Latar Belakang. 1

1.2 Identifikasi Masalah. 15

1.3 Cakupan Masalah. 16

1.4 Rumusan Masalah. 16

1.5 Tujuan Penelitian. 17

1.6 Manfaat Penlitian. 17

1.6.1 Manfaat Teoritis. 17

1.6.2 Manfaat praktis. 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 19

2.1 Kajian Pustaka. 19

2.2 Kerangka Teoretis. 29

2.2.1 Perkembangan Motorik Siswa SD.. 29

2.2.2 Motorik Kasar 36

2.2.3 Motorik Halus. 43

2.2.4 Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan. 44

2.2.5 Pembelajaran Senam.. 49

2.2.6 Senam Bedincak. 65

2.2.7 Senam PGRI. 73

2.2.8 Latihan. 79

2.2.8 Pembelajaran Di Sekolah Dasar 86

2.3 Kerangka Berpikir 91

2.4 Hipotesis Peneliitian. 93

BAB III METODE PENELITIAN.. 94

3.1 Desain Penelitian. 94

3.2 Populasi dan Sampel 97

3.2.1 Populasi 97

3.2.2 Sampel Penelitian. 97

3.3 Variabel Penelitian. 99

3.3.1 Variabel Bebas (Independent) 99

3.3.2 Variabel Terikat (Dependent) 100

3.4 Definisi Operasional Variabel 100

3.4.1 Program Latihan. 101

3.5 Validitas Rancangan. 106

3.6 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data. 109

3.6.1 Instrumen Penelitian. 109

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data. 113

3.7 Teknik Analisis Data. 114

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.. 128

4.1 Perbedaan pengaruh Latihan Senam Bedincak dan Senam PGRI terhadap perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan. 128

4.1.1 Hasil Penelitian. 128

4.1.2 Pembahasan. 131

4.2 Perbedaan pengaruh jenis kelamin Laki-Laki dan Perempuan terhadap perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan 135

4.2.1 Hasil Penelitian. 135

4.2.2 Pembahasan. 139

4.3 Tidak Terdapat interaksi antara Pengaruh Latihan Senam dan Jenis Kelamin Terhadap Perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan. 141

4.3.1 Hasil Penelitian. 141

4.3.2 Pembahasan. 144

4.4 Keterbatasan Penelitian. 146

BAB V PENUTUP.. 148

5.1 Simpulan. 148

5.2 Saran. 149

DAFTAR PUSTAKA.. 150

LAMPIRAN.. 174

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. 1. Data Awal Perkembangan Motorik Kasar 10

Tabel 2. 1 Perkembangan Motorik kasardan Motorik halus anak usia 6-8 tahun. 48

Tabel 2. 2 Intensitas Latihan Kecepatan dan Kekuatan. 82

Tabel 2. 3 Lima Zona Intensitas Olahraga Siklis. 82

Tabel 2. 4 Empat Zona Intensitas Berdasarkan Denyut Nadi Latihan. 83

Tabel 2. 5 Norma Penilaian Kelincahan Siswa. 124

Tabel 2. 6 Norma Penilaian Koordinasi Siswa. 125

Tabel 2. 7 Norma Penilaian Keseimbangan Siswa. 125

Tabel 2. 8 Norma Penilaian Kecepatan Siswa. 125

Tabel 2. 9 Norma Penilaian Kategori Kemampuan Motorik. 126

Tabel 3. 1 Ordinal Pairing. 94

Tabel 3. 2 Jumlah Siswa SD Se kecamatan Simpang Rimba. 97

Tabel 3. 3 Jumlah Sampel Siswa Kelas 6 SD se Kecamtan Simpang Rimba. 99

Tabel 4. 1 Rangkuman Deskripsi Data perkembangan motorik kasar kelompok latihan senam Bendincak dan Senam PGRI. 129

Tabel 4. 2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data. 129

Tabel 4. 3 Hasil Uji Homogenitas. 130

Tabel 4. 4 Rangkuman Hasil Perhitungan Anova Dua Jalan pada Taraf Siginifikansi α = 0,05 130

Tabel 4. 5 Deskripsi Data perkembangan motorik kasar kelompok jenis kelamin laki-laki dan perempuan 136

Tabel 4. 6 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data. 137

Tabel 4. 7 Hasil Uji Homogenitas. 137

Tabel 4. 8 Uji hipotesis hasil perhitungan dua jalur 138

Tabel 4. 9 Deskripsi Data perkembangan motorik kasar interaksi antara latihan senam dan jenis kelamin 142

Tabel 4. 10 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data. 142

Tabel 4. 11 Hasil Uji Homogenitas. 143

Tabel 4. 12 Uji hipotesis hasil perhitungan dua jalur 144

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2. 1 Gerakan Pembukaan. 67

Gambar 2. 2 Gerakan Pola 1. 68

Gambar 2. 3 Gerakan Rangkai Pola. 69

Gambar 2. 4 Gerakan Dasar Bedincak. 69

Gambar 2. 5 Gerakan Pola 2. 70

Gambar 2. 6 Gerakan Pola 3. 71

Gambar 2. 7 Gerakan Penutup. 72

Gambar 2. 8 Gerakan Pemanasan. 76

Gambar 2. 9 gerakan pendinginan. 77

Gambar 2. 10 Gerakan Penutup. 78

Gambar 2. 11 Peta konsep kerangka berpikir dalam penelitian. 92

Gambar 3. 1 Tes Shutle Run. 110

Gambar 3. 2 Tes Lempar Tangkap Bola jarak 1 meter dengan tembok. 111

Gambar 3. 3 Tes Stork Stand Positional Balance. 112

Gambar 3. 4 Lari cepat 30 meter. 112

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing. 174

Lampiran 2. Persetujuan Pembimbing Ujian Proposal Tesis. 175

Lampiran 3. Persetujuan Pembimbing Ujian Tesis. 176

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian. 177

Lampiran 5. Surat Balasan Bahwa Telah Benar Melakukan Penelitian. 180

Lampiran 6. Data awal penelitian. 183

Lampiran 7. Data Pre Test dan Post Test Hasil Tes Perkembangan Motorik Kasar (Tes motor ability) Pada Kelompok Senam Bedincak memiliki Jenis kelamin Laki-Laki 184

Lampiran 8. Data Pre Test dan Post Test Hasil Tes Perkembangan Motorik Kasar (Tes motor ability) Pada Kelompok Senam PGRI memiliki Jenis kelamin Laki-Laki 184

Lampiran 9. Data Pre Test dan Post Test Hasil Tes Perkembangan Motorik Kasar (Tes motor ability) Pada Kelompok Senam PGRI memiliki Jenis kelamin Perempuan. 186

Lampiran 10. Data Pre Test dan Post Test Hasil Tes Perkembangan Motorik Kasar (Tes motor ability) Pada Kelompok Senam Bedincak memiliki Jenis kelamin Perempuan. 187

Lampiran 11. Uji Normalitas. 188

Lampiran 12. Uji Homogenitas. 189

Lampiran 13. Uji Hipotesis Anova. 195

Lampiran 14. Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah Latihan. 201

Lampiran 15. Dokumentasi 203

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendidikan Jasmani adalah pembelajaran aktivitas yang bertujuan untuk pengembangan pengetahuan, kebugaran jasmani dan perilaku hidup sehat dan aktif, mengembangkan sikap sportif, keterampilan motorik, dan kecerdasan emosi (Samsudin, 2008b) .

Pendidikan jasmani merupakan urutan yang direncanakan dan dirancang dari pengalaman belajar untuk memenuhi perkembangan dan pertumbuhan serta kebutuhan perilaku masing-masing anak. Pembelajaran penjaskes sudah dimulai sejak sekolah dasar. Pendidikan merupakan proses dinamis dan berkelanjutan yang bertugas memenuhi kebutuhan siswa dan guru sesuai dengan minat mereka masing – masing (Jhon Dewey, 2013) (Sukardi et al., 2015).

Pendidikan jasmani mampu memembuat anak mendapatkan rasa hormat terhadap tubuh mereka sendiri dan orang lain itu adalah perembangan yang terjadi ketika pendidikan jasmani diterapkan, dan juga berkontribusi terhadap pengembangan terpadu pikiran dan tubuh, aktivitas fisik aerobik dan anaerobik menjadi peran juga dalam pengembangan kesehatan, secara positif meningkatkan kepercayaan diri dan harga diri, dan meningkatkan perkembangan sosial dan kognitif dan prestasi akademik (Bailey, 2006). Organisasi pendidikan kontemporer menunjukkan bahwa keterampilan, ketajaman mental dan perkembangan motorik yang harmonis, berkonrtibusi pada pengalaman anak-anak dalam olahraga dan pendidikan jasmani yang penting untuk memenuhi tantangan seumur hidup. sistem pendidikan modern membuat pendidikan jasmani menjadi penitng karena dirasakan dan kontribusinya terhadap keberhasilan akademis anak-anak sangat bervariasi. (Joseph et al., 2016) (Szabo & Sopa, 2020).

Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah 7 (tujuh) tahun atau paling rendah 6 (enam) tahun terhitung mulai tanggal 1 Juli tahun berlangsung dan selesai (lulus) saat usia 12 – 13 tahun (Permendikbud Nomor 1 Tahun 2021 Bab II pasal 4). melihat rujukan pembagian tahapan perkembangan anak, maka anak usia sekolah terbagi pada dua masa perkembangan, yang pertama yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun), dan yang kedua yaitu masa kanak-kanak akhir (10-12 tahun). Anak-anak usia sekolah terdapat perbedaan karakteristik dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Mereka senang bermain, senang bergerak, senang bekerja, kelompok, dan senang aktivitas langsung yang dirasakan dan dilakukan.

Usia sekolah dasar adalah awal dalam perkembangan anak dan sistem pendidikan sekolah sebagai periode utama untuk mendapatkan khususnya penciptaan minat, pengalaman sosial, penguatan kemampuan kognitif, kebutuhan, pengembangan fisik aktif. Dewasa ini, praktik pendidikan jasmani, model modern kesehatan untuk kebugaran jasmani makin banyak digunakan, bertujuan untuk memperkuat dan meningkatkan kesehatan anak-anak (Kashuba et al., 2020).

Masa kanak-kanak adalah rentang usia yang paling indah dalam hidup. Dalam keadaan normal, masa kanak-kanak adalah periode kehidupan yang bebas masalah dan anak normal tidak memiliki kekhawatiran kecuali bermain. Kinerja fisik seorang anak tergantung pada usia, jenis kelamin, kelas sosial ekonomi dan tingkat aktivitas olahraga di taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Ada hubungan yang diasumsikan secara luas antara aktivitas fisik kebiasaan dan keterampilan motorik pada anak kecil. Fisher et al dan Cooley et al menunjukkan bahwa waktu yang dialokasikan untuk aktivitas fisik intensitas ringan memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan keterampilan motorik dasar. Di sisi lain, mempekerjakan spesialis dan kebutuhan untuk pengembangan profesional yang luas untuk guru kelas yang bertanggung jawab untuk pendidikan jasmani tampaknya cukup rasional (Mostafavi et al., 2013).

Dunia anak merupakan dunia bermain, saat anak bermain apapun yang terjadi di lingkungan sekitarnya akan diserapnya, sebagaimana yang diungkapkan (Damanik & Nurmaniah, 2017) bahwa “bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak usia sekolah dasar, dengan kegiatan bermain anak akan dapat mencapai tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi dari kognitif, motorik, bahasa, emosi, kreativitas, nilai, sosial dan sikap hidup” Oleh karena itu, permainan dengan pelajaran harus terkait sebagai bentuk pengembang proses pembelajaran oleh guru, lalu tugas guru agar selalu mengusahakan anak berpindah atau bergerak, ajarkan cara bekerja atau belajar dalam kelompok, serta kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran juga guru berikan (Veny & Prastihastari, 2015).

Suatu awal keberhasilan dalam pendidikan ditandai dengan pemahaman tentang anak. Usia adalah konsep utama perkembangan anak dan kegiatan pembelajaran memuat aktivitas untuk melatih perkembangan motorik anak. (Ellen A, 2002). Perkembangan sudah menjadi fokus utama psikologi selama berabad-abad, munculnya kontroversi keturunan versus lingkungn akibat adanya ketidak sepakatan dan dari sudut pandang ini maka munculah lima teori tentang perkembangan anak: 1) Teori kematangan. 2) Teori psikoanalisis. 3) Teori prikososial: konflik tertentu adalah tanda setiap tahap perkembangan. 4) Teori kognitif perkembangan. 5) Teori pembelajaran (Hakim et al., 2013).

Perkembangan motorik terdapat dua bagian, yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar terbentuk ketika anak hampir sama seperti orang dewasa yang mulai memiliki koordinasi dan keseimbangan. Motorik kasar memerlukan koordinasi kelompok otot-otot anak yang tertentu yang dapat membuat mereka melompat, memanjat, berlari, menaiki sepeda. Sedangkan motorik halus memerlukan koordinasi tangan dan mata seperti menggambar, menulis, menggunting.

Motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar tubuh anak. Rangsangan motorik kasar anak dapat dilakukan dengan melatih anak untuk meloncat, memanjat, berlari, berjinjit, berjalan dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot - otot halus yang banyak di pengaruhi oleh kesempatan belajar dan berlatih, seperti memindahkan benda dari tangan, mencoret - coret, menyusun balok, menulis dan lain – lain (Desmita, 2012).

Perkembangan motorik kasar (Gross Motor Development) adalah mengharuskan anak untuk mengeksplorasi lingkungan mereka dan belajar yang berimplikasi untuk perkembangan selanjutnya dan kebugaran fisik yang berkaitan dengan kesehatan. Numerus faktor biologis, sosial, dan Gross Motor Development juga terlibat dalam status vitamin D ibu dan anak. Kesehatan tulang membutuhkan vitamin D. Gross Motor Development tertunda bagi anak-anak dengan defisiensi vitamin D rakhitis, sedangkan Gross Motor Development terhubung dengan paparan vitamin D yang cukup di dalam rahim dan di awal masa kanak-kanak baik, meskipun inkonsisten tetap (Weiler et al., 2022). Perkembangan kompetensi motorik anak dipahami dari karakteristik pertumbuhan dan kematangan anak tergantung dan dipengaruhi pada masa bayi dan kanak-kanak (morfologi, fisiologis, dan neuromuskular). Karena perkembangan motorik terjadi dalam konteks sosial tertentu, lingkungan berpengaruh penting di mana seorang anak dibesarkan (Venetsanou & Kambas, 2010).

Aktivitas motorik kasar adalah keterampilan gerak yang dasar utama gerakannya yaitu gerak otot-otot besar. Keterampilan motorik yang dimaksud yaitu ukuran otot-otot dan bagian-bagian badan yang terkait yang dikelompokkan, yaitu keterampilan motorik kasar (gross motor skill) dan keterampilan motorik halus (fine motor skill). Keterampilan motorik kasar (gross motor skill), meliputi keterampilan otot otot besar lengan, kaki, dan batang tubuh, seperti berjalan dan melompat sedangkan keterampilan motorik halus (fine motor skill) meliputi keterampilan otot – otot kecil seperti menggambar, menulis, menggunting dan menganyam (Nurtajudin et al., 2015).

Motorik halus adalah gerakan otot-otot kecil melibatkan gerakan halus yang dilakukan pada bagian-bagian tertentu saja, karena tenaga tidak diperlukan. Namun gerakan tersebut membutuhkan koordinasi yang cermat. Baiknya gerakan motorik halusnya ditandai dengan ketika anak sudah berkreasi, yaitu seperti menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menjahit, menggunakan kilp untuk menyatukan dua lembar kertas, menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. Namun, kematangan untuk menguasai kemampuan ini tidak dimiliki semua anak pada tahap yang sama (Indraswati, 2012).

Perkembangan fisik secara langsung atau tidak langsung penting untuk dipahami karena dapat mempengaruhi perilaku anak sehari-hari. Secara langsung,yang menentukan keterampilan anak dalam bergerak yaitu perkembangan fisiknya. Secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik berepengaruh terhadap cara anak memandang dirinya sendiri dan juga orang lain. (E. Susanto, 2012).

Perkembangan motorik merupakan tumbuh kembang dari proses terbentuknya kemampuan gerak seorang anak. “Motorik berasal dari kata “motor” yang merupakan suatu dasar gerak yang terjadi disebabkan suatu rangkaian biologis atau mekanika”(Suroso et al., 2013). (Zulham, 2012) berkata bahwa motorik adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuhyang berdasar pada 3 macam, yaitu ; 1) Otot, 2) Syaraf, 3) Otak”.

Keterampilan gerak tubuh ketika kematangan syaraf dan otot sudah dicapai maka bisa dikatakan sudah berkembang. Pada umumnya anak usia 11-15 tahun mampu menggerakan anggota tubuhnya untuk melakukan aktivitas fisik secara terkoordinasi baik untuk kelenturan, keseimbangan, kekuatan, dan mengkoordinasi gerakan tubuh. Untuk kebugaran dan meningkatkan keterampilan tubuh melalui permainan menarik untuk anak.

Namun pada kenyataannya tidak semua anak dapat berkembang sesuai tahapannya. Beberapa ahli menekankan penurunan kesehatan anak mulai dari usia sekolah dasar. Penyebab utamanya yaitu dengan rendahnya tingkat aktivitas motorik siswa sekolah dasar modern. Minat siswa lebih kepada bidang teknologi yang tidak bisa dikekang. (Kashuba et al., 2018).

Banyak penelitian dalam beberapa dekade terakhir melihat anak-anak dan orang dewasa kurang aktif secara fisik, ditunjukan dengan yang fit dan tidak fit peningkatan polarisasi antara anak-anak (Sollerhed & Ejlertsson, 2008).

Melihat kenyataannya dilapangan begitu kompleksnya permasalahan tentang motorik kasar anak usia dini, sudah sewajibnya sekolah memaksimalkan perannya serta menjadi pihak pertama untuk turut meningkatkan beragam kebutuhan anak didik dalam proses peningkatan perkembangan motorik kasar anak.

Namun kenyataannya tidak sesederhana apa yang tertuang dalam berbagai teori. Upaya pengembangan motorik kasar pada anak kurang optimal disebabkan banyak hal. Penulis memilih Siswa SD Di Kecamatan Simpang Rimba Usia 11-15 Tahun atas beberapa pertimbangan tertentu. Pertimbangan pertama adalah unsur keterjangkauan lokasi penelitian yang memudahkan akses, baik dilihat dari segi tenaga, dana maupun dari segi efesiensi waktu. Sebab peneliti sedang menjadi pengajar atau guru PJOK di salah satu sekolah di Kecamatan Simpang Rimba tersebut. Selain itu Sekolah SD Kecamatan Simpang Rimba merupakan jenjang yang tepat yaitu pendidikan bagi anak usia dini terkhusus bagi kelas 6. Dari jenjang usia 11 sampai 15 tahun diberikan pengetahuan, pelatihan dan keterampilan, sebagian besar siswa kelas 6 SD di Kecamatan Simpang Rimba memiliki ketertarikan yang masih rendah terhadap senam irama serta masih rendahnya motorik kasar yang di miliki oleh para siswa.

Dasar pertimbangan yang dilakukan oleh penulis bahwa penulis sedang mengajar di SD Negeri 10 Simpang Rimba sehingga memudahkan penulis dalam pengambilan data. Pada dasarnya SD di Kecamatan Simpang Rimba sudah diperkenalkan dengan gerakan gerakan senam, namun dalam hal kegiatan jasmani berupa senam irama masih kurang dalam pemberian stimulasi dari SD di Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan ini dikarenakan kelas 6 SD hanya pada pembelajaran bab senam irama saja sehingga kurangnya rangsangan yang membuat gerakan anak kurang terkoordinasi dengan baik. Ketika kemampuan motorik kasar siswa lemah hal ini juga berpengaruh nantinya terhadap prestasi siswa dalam ajang O2SN yang mempertandingkan antar siswa SD dimana banyak cabang olahraga yang memerlukan gerak motorik kasar yang baik termasuk cabang olahraga senam Bedincak dan Senam PGRI yang dipertandingkan di provinsi kepulauan Bangka Belitung.

Memperhatikan uraian diatas, maka apabila dilihat dengan cermat dan kenyataan di SD Kecamatan Simpang Rimba minat untuk belajar dan kemampuan motorik kasar anak belum berjalan seperti seharusnya. Dengan minimnya pembelajaran praktek pada materi PJOK semakin membuat motorik kasar peserta didik semakin jarang terlatih. Sebab pembelajaran hanya pada bab materi senam saja dan juga tidak ada ekstrakulikuler senam. Keadaan ini menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian perkembangan kelenturan tubuh anak, keseimbangan tubuh anak, kekuatan tubuh anak serta koordinasi gerakan tubuh anak dalam melakukan kegiatan sehari- hari.

Dari masalah yang muncul diharapkan pada saat pembelajaran guru lebih kreatif dalam memberikan gerakan. Dalam memodifikasi gerakan yang disesuaikan dengan tahapan usia anak, maka anak akan lebih dapat mengikutinya. Latihan terhadap motorik kasar perlu dilakukan guna meningkatkan kemampuan dalam melakukan dan mengendalikan gerakan anggota tubuh secara efektif, yang mencakup kegiatan untuk melatih koordinasi mata dan tangan, melatih konsentrasi, melatih kepercayaan diri, koordinasi indra dan anggota tubuh, keseimbangan tubuh, keberanian, kelenturan, dan kekuatan otot, serta melatih kesiapan untuk beraktivitas (Lydia, 2016).

Penggunaan musik yang aktif dan lebih dikenal anak maka anak lebih dapat menerima dan dapat menarik minat anak. Seperti dengan metode senam irama bedincak dan senam PGRI yang dapat memotivasi anak dalam mengikuti gerakan dikarenakan senam ini memiliki perbedaan dari senam lainnya yaitu baik dari gerakan yang dipadukan dengan tari dan juga gerakan lebih orisinil dari senam pada umumnya dan juga senam PGRI lebih memiliki energik untuk dilakukan.

Penggunaan metode pembelajaran yang kurang menyenangkan dan penggunaan sarana yang masih menggunakan standarnya menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk melakukan gerak. Selama ini dengan minimnya pembelajaran senam pada materi PJOK semakin membuat motorik kasar peserta didik semakin jarang terlatih. Sebab materi senam hanya disampaikan pada saat bab senam dijelaskan dan juga tidak ada ekstrakulikuler senam, akibatnya siswa kurang berkembang dalam penguasaan gerak. Dengan melakukan gerakan senam Bendincak dan Senam PGRI diharapkan bisa meningkatkan gerak motorik kasar siswa selain itu mampu meningkatkan prestasi siswa pada bidang olahraga antar SD atau O2SN. Karena motorik kasar yang baik berpengaruh terhadap prestasi berbagai cabang olahraga yang diperlombakan.

Peneliti melakukan observasi kepada siswa kelas 6 SD usia 11-15 tahun di Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan dengan melakukan tes Perkembangan Motorik Kasar Siswa. Berikut hasil data tes awal Perkembangan Motorik Kasar Siswa :

Tabel 1. 1. Data Awal Perkembangan Motorik Kasar

Kategori

Kecepatan

Koordinasi

Keseimbangan

Kelincahan

Sangat baik

0

1

0

0

Baik

3

3

1

3

Cukup

2

3

0

3

Kurang

1

8

13

9

Sangat kurang

9

0

1

0

Total Siswa

15

15

15

15

(Sumber: Data Peneliti,2022)

Berkaitan dari hal diatas, perlu dicari solusi untuk mengatasi masalah tersebut yang terjadi di SD Kecamatan Simpang Rimba Usia 11-15 tahun dan salah satunya dapat dilakukan melalui penelitian. Hal ini berarti siswa tidak bisa melakukan dengan baik dan benar serta bukti bahwa kemampuan motorik kasar siswa masih sangat kurang. Hal tersebut menunjukkan adanya suatu permasalahan yang harus dicari jalan keluarnya.

Banyak cara untuk mengembangkan fisik motorik anak salah satunya dengan senam. Salah satu aktivitas fisik yang dapat dikembangkan anak adalah senam. Karena gerakan senam dapat mendukung perkembangan jasmani anak seperti kekuatan dan daya tahan otot (Yuniarni, 2014)

Senam adalah bentuk latihan tubuh diramukan dengan berencana, sistematis dalam membentuk dan mengembangkan keterampilan dan melatih kebugaran jasmani agar tubuh menjadi harmonis (Sulistiyo et al., 2017). Senam dapat membantu perkembangan kemampuan gerak lokomotor seperti berjalan, berlari, meloncat, melompat, skipping, berlari cepat, dan berjalan, sedangkan kemampuan gerak non lokomotor seperti keseimbangan, memutarkan badan, berbalik arah, dan melipat badan. Kegiatan tersebut membantu anak-anak untuk dasar-dasar kecerdasan otak, keseimbangan, dan koordinasi (Pradipta & Sukoco, 2013).

Senam Bedincak atau sering disebut Berjoget atau bergoyang merupakan salah satu model senam irama dengan gerakan sederhana tetapi setiap gerakannya menggunakan power yang tepat. Gerakan tari Melayu dan gerakan olahraga adalah gabungan dari Senam Bedincak (Disparbud, 2019).

Senam bedincak pada hakikatnya sama saja dengan senam irama pada umumnya tetapi didalam senam bedincak terdapat gerakan pembukaan yang dominan dengan gerak non lokomotor, gerakan pola 1, 2, 3 dan rangkai pola yang dominan dengan gerakan lokomotor, selanjutnya ada gerakan dasar bedincak yang merupakan pola tarian gerak bedincak, serta memiliki perbedaan dari segi gerakan dengan senam pada umumnya dikarenakan senam bedincak terdapat gerakan tarian yang lebih melatih ketangkasan dan kelincahan untuk mengusainya. Senam ini juga memiliki durasi 5,28 menit. Senam ini hanya dipakai untuk kegiatan senam saat hari sabtu saja pada setiap jenjang sekolah di Provinsi Bangka Belitung.

Senam PGRI merupakan program PGRI pusat yang digunakan untuk semua sekolah demi peningkatan kebugaran peserta didik. Para guru olahraga diajarkan pemanasan, peregangan, inti, dan pendinginan. Yang nantinya diaplikasikan pada siswa saat senam rutin 1 minggu sekali sesuai dengan jadwal senam masing’ sekolah. Senam PGRI tidak memiliki unsur goyang yang saat ini digunakan pada aktivitas senam yang sedang trend. Gerakan senam PGRI lebih tegas, simpel, dan sangat bermanfaat untuk kesehatan, Senam dengan durasi 16 menit tersebut, ditambahkannya, sangat baik dilakukan rutin setiap harinya. “senam ini bila dilakukan dengan rutin bisa melunturkan kolesterol dan bisa melatih kesehatan jantung” (Sultoni, 2017).

Pada intinya kedua gerakan senam ini yang telah dipelajari siswa saat senam rutin 1 minggu sekali diharapkan mampu mengatasi kuranngnya gerak motorik kasar maupun halus bagi siswa sekolah dasar.

Karakteristik anak usia sekolah dasar berkaitan dengan perkembangan motorik kasar pada khususnya, sehingga tujuan pendidikan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan mental, fisik, intelektual maupun sosial belum terpenuhi maksimal. Alasan penggunaan metode latihan Senam Bedincak dan Senam PGRI bahwa : Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dari (Sasi, 2011) menunjukkan bahwa melalui senam irama dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar yang meliputi berjalan, berlari, memutar, melompat dan membungkuk, dan kognitif yang meliputi memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari, mengenal konsep bilangan, mengenal pola, mengenal konsep ruang dan mengenal ukuran, secara bertahap setiap siklusnya. Oleh karena itu senam bedincak dan senam PGRI bisa menjadi solusi dalam mengembangakan gerakan motorik kasar peserta didik.

Perkembangan fisik itu dapat dilakukan dengan berbagai gerakan-gerakan yang dapat membentuk otot otot tubuh pada anak diantaranya adalah dengan senam. Senam terdiri dari gerakan-gerakan yang luas dari latihan-latihan yang dapat membangun dan membentuk otot-otot tubuh seperti: pergelangan tangan, punggung, lengan dan sebagainya (Roeyana, 2017).

Kegiatan senam irama dapat digunakan dalam pembelajaran motorik di sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sujiono, 2014) yang menyatakan bahwa gerak berirama menempati posisi yang penting bagi anak dalam pengembangan fisik secara keseluruhan. Melalui aktivitas gerak anak mendapat kesempatan merespon atau menanggapi lingkungan seperti warna, bunyi, ruang, gerak, irama, dan orang-orang di sekelilingnya yang diharapkan dapat mengembangkan potensi anak secara optimal.

Gerak menjadi hal yang sangat kreatif bila dipadukan dengan musik yang diinterprestasikan anak menurut caranya masing-masing. Akan tetapi, sebelum anak mampu melakukan gerak yang ekspresif ini, terlebih dahulu ia harus menguasai variasi-variasi dari gerakan tubuhnya (Purnamasari, 2015) dalam (Husnah & Hadi Prayogo, 2018).

Belajar melalui gerakan, maka anak dapat belajar tentang dirinya dan dunianya. seperti senam irama yang dilakukan di sekolah akan memberikan pengalaman langsung kepada anak, sehingga melalui pengalaman itulah yang nantinya dapat meningkatkan motorik kasar anak (Mutiah, 2012).

Jika anak memiliki komponen kemampuan fisik yang memadai, maka ketangkasan anak akan mudah didapatkan. Sehingga jika bermain dengan teman temanya di lingkungan anak akan diperhitungkan. Untuk mengembangkan pola-pola gerak anak sebaiknya dilakukan aktifitas seperti menari, olahraga, dan senam. Aktivitas tersebut masuk ke dalam wilayah pendidikan jasmani (Nisnayeni, 2012).

Aktivitas yang dilakukan melalui kegiatan senam irama sangat menyenangkan bagi anak dan membuat anak tidak jenuh atau bosan ketika anak berlatih gerak tubuh. Walaupun latihan gerakan tersebut dilakukan berulang-ulang anak akan tetap antusias melakukannya karena anak merasa senang dan dapat dengan bebas melakukan gerakannya. Selain berlatih gerak dasar, melalui senam irama anak juga dapat menyalurkan kebutuhannya untuk bergerak secara ekspresif dan kreatif. Sehingga melalui senam irama perkembangan motorik kasar anak dapat berkembang dengan baik.

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Latihan Senam Bedincak dan Senam PGRI Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Siswa Laki-Laki dan Perempuan Sekolah Dasar Di Kecamatan Simpang Rimba Usia 11-15 Tahun (Kelas 6 Sekolah Dasar Kecamatan Simpang Rimba)”.

Produk yang ditawarkan adalah model latihan senam dan jenis kelamin untuk perkembangan. Menurut (Borg & Gall, 2003) pengambilan langkah- langkah penelitian pengembangan (research and decelopment) meliputi: (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan, (3) pengembangan model hipotetik, (4) penelaahan model hipotetik, (5) revisi, (6) uji coba terbatas, (7) revisi hasil uji coba, (8) uji coba luas, (9) revisi model akhir, dan (10) desiminasi dan sosialisai, namun penelitian dan pengembangan Borg & Gall penerapannya dalam pengembangan model latihan senam dan jenis kelamin untuk Siswa kelas 6 SD Se Simpang Rimba ini, tidak dilaksanakan sampai tahap diseminasi dan implementasi produk. Peneliti akan membatasi prosedur penelitian pengembangan sampai tahap keenam yaitu uji coba terbatas (Fatahilah et al., 2017).

Dasar teori yang menguatkan penelitian ini adalah teori Lev Vygotsky dalam (Wiyani, 2014a). Teori ini menegaskan bahwa perkembangan tidak hanya dipengaruhi oleh perkembangan tahap biologi, tapi juga tahap sosial. Keyakinan Vygotsky akan pentingnya pengaruh sosial terhadap perkembangan anak direfleksikan dalam konsep Zone of Proximal Development (ZPD), yaitu istilah Vyotsky untuk rangkaian tugas yang sulit dikuasai anak seorang diri tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dan bimbingan orang yang lebih dewasa (Santrock, 2007). Berdasarkan kajian di atas, maka peneliti tertarik dan merumuskan untuk mengambil sebuah judul “Pengaruh Latihan Senam dan Jenis Kelamin Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Siswa Kelas 6 Sekolah Dasar Di Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan”.

1.2 Identifikasi Masalah

Menurut latar belakang diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1) Perkembangan motorik kasar pada setiap siswa kelas 6 SD Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan berbeda sesuai dengan aktivitas gerak dasar yang dilakukan setiap individu dilihat dari data awal penelitian.

2) Berdasarkan hasil tes Kemampuan Motorik Kasar dengan instrument tes motor ability kemampuan motorik kasar siswa Kelas 6 sangat kurang di SD Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan.

3) Minimnya materi senam irama yang hanya disampaikan pada saat materi Bab senam praktiknya serta 1 minggu sekali pada hari sabtu dipraktekan dan juga tidak ada ekstrakulikuler senam di SD Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan.

4) Minat terhadap Aktivitas senam masih rendah pada sebagian siswa kelas 6 Sekolah Dasar di Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan.

5) Prestasi siswa pada ajang olahraga O2SN antar SD masih kurang karena motorik kasar yang kurang di SD Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan.

1.3 Cakupan Masalah

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini sebatas pada “Pengaruh Latihan Senam dan Jenis Kelamin Terhadap Perkembangan Motorik Kasar (Kelincahan, Koordinasi, Keseimbangan dan Kecepatan) Siswa Kelas 6 Sekolah Dasar Di Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan cakupan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana perbedaan pengaruh Latihan Senam Bedincak dan Senam PGRI terhadap perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan?

2) Bagaimana perbedaan pengaruh jenis kelamin Laki-Laki dan Perempuan terhadap perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan?

3) Bagaimana interaksi antara Pengaruh Latihan Senam dan Jenis Kelamin Terhadap Perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1) Menganalisis perbedaan pengaruh Latihan Senam Bedincak dan Senam PGRI terhadap perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan.

2) Menganalisis perbedaan pengaruh jenis kelamin Laki-Laki dan Perempuan terhadap perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan.

3) Menganalisis interaksi antara Pengaruh Latihan Senam dan Jenis Kelamin Terhadap Perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan.

1.6 Manfaat Penlitian 1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini bisa menjadi informasi Pengaruh Latihan Senam dan Jenis Kelamin Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Siswa Kelas 6 Sekolah Dasar Di Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan.

1.6.2 Manfaat praktis

1) Bagi anak usia sekolah dasar bisa membantu dan mendorong anak agar mereka mau bergerak lebih aktif dalam kehidupan sehari-hari dan untuk melihat perkembangan motorik kasar dan menambah rasa percaya diri pada anak serta terus menjaga budaya daerah karena senam bedincak merupakan senam tradisional yang berasal dari daerah.

2) Bagi guru dapat memahami dan mengenal jelas tentang Pengaruh Latihan Senam dan Jenis Kelamin Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Siswa Kelas 6 Sekolah Dasar Di Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan sehingga dapat menjadi masukan dalam proses pembelajaran di sekolah guna meningkatkan perkembangan motoric siswa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana demi menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang membuat peserta didik secara aktif dapat membantu perkembangan potensi dirinya agar mendapatkan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya dan masyarakat. (UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003) (Lie et al., 2022).

Pendidikan adalah usaha yang secara sengaja dari orang tua yang bias diartikan mampu menghasilkan tanggung jawab moril atas akibat segala perbuatannya (Syah, 2007). Orang tua disana maksudnya adalah orang tua anak itu atau orang yang mempunyai kewajiban untuk mendidik tersebut seperti guru, pendeta, dan seorang kiai. Pendidikan nantinya mampu memberikan dampak positif bagi para generasi muda dan juga pendidikan akan meyiapkan generasi yang baik dan bagus bagi negaranya. Maka peran pendidik agar bisa menunjukan keuletan dan kesabaran dalam pembelajaranya.

Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan Nasional Indonesia mengatakan pendidikan ini merupakan tuntutan bagi hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak tersebut agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan (Universitas PGRI Yogyakarta, 2018).

Penjasorkes merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, ketrampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas nasional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (Rukmana, 2011).

Perkembangan pendapat para ahli memberikan pengertian bahwa melihat sudut pandang atau redaksional perkembangan yang sama baik, namun dalam unsur-unsur perkembangannya mereka memiliki inti yang sama. Perkembangaan anak secara terminologis (Ikalor, 2013) perkembangan anak merupakan suatu proses kualitatif yang ditujukan pada penyempurnaan psikologis dan fungsi sosial dalam diri seseorang dan berlangsung selama hidup. Sedangkan menurut (Mulyasa, 2012) menyatakan bahwa perkembangan adalah proses kehidupan manusia yang berlangsung secara terus menerus dari masa konsepsi sampai akhir hidup.

Perkembangan motorik merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan kemampuan gerak seseorang anak yang pada dasarnya, perkembangan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot anak sehingga dalam gerakan yang dilakukan sesederhana apapun adalah hasil dari pola interaksi yang komplek dari berbagai bagian serta sistem dalam tubuh yang terkontrol oleh otak individu (Lismadiana, 2013).

Berbagai usaha dilakukan agar pendidikan anak usia dasar dapat menumbuh kembangkan motorik kasar melalui senam, salah satunya adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti, baik professional maupun pemula. Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai acuan, sumbangan pemikiran dan tindakan yang dapat diaplikasikan untuk kemajuan pendidikan anak usia dasar (11-15 Tahun).

Hasil penelitian yang menjadi dasar kajian penelitian ini antara lain :

1) Hasil penelitian (Lusia et al., 2022) Eksplorasi Etnomatematika Pada Senam Bedincak Sebagai Alternatif Pembelajaran Dan Wadah Refreshing Bagi Siswa (Ethnomatematic Exploration In Bedincak Exercise As A Learning And Refreshing Alternative For Students), Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kebudayaan masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui penerapan senam bedincak memiliki unsur dan konsep pembelajaran matematika. Hasil eksplorasi pun menunjukan bahwa konsep-konsep pembelajaran matematika sederhana dapat dikaitkan dengan pola gerak senam bedincak. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk mempelajari matematika tidak selalu harus dilakukan dengan suasana formal atau di dalam kelas saja, melainkan dapat melakukan aktivitas atau berinteraksi dengan kebudayaan setempat. Pembelajaran matematika yang dikaitkan dengan kebudayaan setempat (etnomatematika) dapat memberikan pemahaman yang lebih bermakna dalam mempelajari matematika.

2) Hasil penelitian (Guntur, 2021), Pengaruh Senam PGRI Terhadap Kebugaran Jasmani Siswa Kelas V Sd Negeri Krandegan Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri, Analisis data yang digunakan yaitu dengan menggunakan uji-t (Paired Sample Test). Dari analisis statistik diperoleh nilai sig.(2-tailed) dari kelompok eksperimen yaitu 0,016 sedangkan nilai sig.(2-tailed) dari kelompok kontrol yaitu 0.208. Nilai sig.(2-tailed) kelompok eksperimen < 0,05 artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara Pretest dan Posttest, sedangkan nilai sig.(2- tailed) dari kelompok kontrol > 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikansi antara Pretest dan Posttest. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa senam PGRI dapat mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani siswa kelas V SD N Krandegan Jatisrono

3) Hasil penelitian (Demitra, 2019), “Pengaruh Senam Otak dan Senam Irama terhadap Perkembangan Motorik Halus pada Anak Usia Dini”, (Program Studi Fisioterapi Fakultas Keperawatan Universitas Hasanudin Makassar), Data yang diambil adalah data primer melalui pengukuran kemampuan motorik halus sebelum dan sesudah pemberian senam baik itu senam otak maupun senam irama. Pengukuran motorik halus menggunakan Peabody Developmental Motor Scales-Second Edition (PDMS-2). Analisis data menggunakan uji Wilcoxon dimana nilai p = 0,011 untuk pre-test-post-test Senam Otak dan nilai p = 0,005 untuk pre-testpost-test Senam Irama. Oleh karena p < 0,05 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara senam otak dan senam irama terhadap perkembangan motorik halus anak usia dini.

4) Hasil penelitian (Mareta, 2017), Pengaruh Senam Irama Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun di KB Fatimatuz Zahra Desa Pesayangan Kecamatan Talang Kabupaten Tegal, (Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang), Hasil penelitian yang ditemukan pada penelitian ini adalah bahwa terdapat perbedaan tingkat kepercayaan diri anak sebelum dan sesudah dilakukan treatment dengan senam irama yang melatih keseimbangan tubuh, kekuatan tubuh, kelenturan dan koordinasi gerakan tubuh. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa terjadi perkembangan motorik kasar anak. Simpulan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan perkembangan motorik kasar anak melalui metode senam irama di KB Fatimatuz Zahra Desa Pesayangan Kecamatan Talang Kabupaten Tegal.

5) Hasil peneltian (Yuniarni, 2014) “Peningkatan Motorik Kasar Melalui Gerakan Senam Pada Anak Usia 5-6 Tahun DI TK IT Anak Shaleh Mempawah”, Subjek penelitiannya adalah Anak Usia 5-6 Tahun DI TK IT Anak Shaleh Mempawah, Hasil penelitian menunjukan bahwa Banyak cara untuk mengembangkan fisik motorik anak salah satunya dengan senam. Gerakan-gerakan senam dapat mendukung perkembangan jasmani anak seperti kekuatan dan daya tahan otot. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah penelitian yang terdiri dari: 1) Perencanaan pembelajaran gerakan senam dalam meningkatkan motorik kasar pada anak usia 5-6 tahun di TKIT Anak Shaleh Mempawah. 2) Pelaksanaan pembelajaran gerakan senam dalam meningkatkan motorik kasar pada usia 5-6 tahun di TKIT Anak Shaleh Mempawah. 3) Peningkatan motorik kasar dengan gerakan senam pada anak usia 5-6 tahun di TKIT Anak Shaleh Mempawah Hasil yang diperoleh pada observasi perencanaan dapat dikatagorikan Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 100%. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah melalui gerakan senam dapat meningkatkan Motorik Kasar pada Anak Usia 5-6 Tahun Di TK IT Anak Shaleh Mempawah.

6) Hasil penelitian (Nuryanti et al., 2018), “Pengembangan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Kegiatan Senam Ceria” (Cakrawala Dini : Vol. 5 No. 2, November 2015), Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil pelaksanaan kegiatan senam ceria terdapat pengembangan yang lebih baik. Pengembangan kemampuan motorik kasar dalam indikator mengikuti gerakan senam sesuai dengan irama pada siklus I sebesar 48%, sedangkan pada siklus II terjadi pengembangan yaitu sebesar 72%, dan siklus III semakin meningkat sebesar 89%. Dalam indikator menggerakan kepala, tangan dan kaki secara terkoordinasi sesuai irama pada siklus I sebesar 44%, pada siklus II terjadi pengembangan sebesar 68%, dan siklus III semakin meningkat menjadi 91%. Dalam indikator mengekspresikan gerakan senam sesuai dengan irama musik, pada siklus I sebesar 43%, pada siklus II terjadi pengembangan 65%, dan siklus III semakin meningkat menjadi 89%. Maka dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan senam ceria kemampuan motorik kasar anak meningkat. Hal ini dapat dilihat dari proses dan performa pada saat penelitian.

7) Hasil penelitian (Nirwana & Hiliani, 2021) “Peningkatkan kemampuan motorik kasar melalui latihan senam irama”( Yasmin: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini VOL. 2 No. 1, (1-7) Maret 2021), Hasil penelitian menunjukan bahwa aspek motorik kasar pada anak usia 5-6 tahun khususnya pada indikator daya tahan, keseimbangan, dan kelincahan dapat ditingkatkan melalui senam irama. Peningkatan kemampuan aspek motorik kasar anak dapat diamati dari adanya peningkatan persentase skor pada saat pra-siklus dan pasca-siklus. Skor-rata-rata pra-siklus yaitu 21,83% meningkat hingga 57,16% pada siklus I. Skor tersebut terus mengalami peningkatan hingga 79,05% pada siklus II dan dinyatakan telah mencapai kriteria kerberhasilan, yaitu 75%.

8) Hasil penelitian (Ulfah et al., 2021), “Analisis Penerapan Senam Irama dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini”, (Volume 5 Issue 2 (2021) Pages 1844-1852 Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini), Hasil penelitian menunjukan bahwa Semakin banyak kegiatan yang bervariatif dan inovatif maka peluang untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak sehingga dapat berkembang dengan optimal. Implikasi temuan dari tulisan ini memberikan gambaran dari penerapan senam irama dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak usia dini.

9) Hasil penelitian (Muriyan, 2018) “Mengembangkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini 4-5 Tahun Melalui Gerakan-Gerakan Senam di TK Negeri Pembina Kalianda Lampung Selatan”, (Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 1440 H / 2018 M), Hasil penelitian menunjukan bahwa upaya guru dalam mengembangkan motorik kasar anak melalui gerakan-gerakan senam di kelompok A sebagi berikut : (i) Guru menyiapkan musik dan menentukan senam yang digunakan (ii) Guru memberikan pengarahan kepada anak tentang senam (iii) Guru mengatur pembagian barisan anak (iv) Guru memberikan contoh gerakan senam (v) Senam Dimulai. Proses guru dalam mengembangkan motorik kasar anak melalui gerakangerakan senam sudah terlaksana dengan baik. Pendidik tidak harus menekankan tingkat keberhasilan yang dilakukan anak melainkan harus melihat setiap kemampuan anak, karena kemampuan anak berbeda-beda.

10) Hasil penelitian (Zulfahmi, 2016) “Pengaruh Senam Irama Terhadap Keterampilan Gerak Dasar Anak Usia 5-6 Tahun di TK Bina Siwi Desa Krasak Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara”, (Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang 2016), Hasil kelompok eksperimen menunjukkan hasil lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Uji hipotesis diperoleh bahwa Ho diterima maka Ha ditolak. Perhitungan uji-t Paired antara pretest dan posttest kelompok eksperimen yaitu ୦୧୲୳୬୥ = -34.839 dengan nilai sig (2-tailed) < 0,05. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok eksperimen mengalami peningkatan keterampilan gerak dasar yang lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol. Dilihat dari tabel 4.10 menunjukkan terdapat peningkatan nilai mean pretest yang semula 90,17 menjadi 115,80 sehingga terjadi peningkatan mean posttestnya sebesar 25,63. Pada nilai posttestnya kelompok eksperimen mengalami peningkatan sebesar sebesar 25,63. Dapat dilihat bahwa peningkatan pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan peningkatan pada kelompok kontrol. Simpulan yang dapat diambil adalah senam irama dalam penelitian ini efektif dalam meningkatkan keterampilan gerak dasar anak usia 5-6 tahun.

11) Hasil penelitian (Krismoni et al., 2020) “Meningkatkan Perkembangan Motorik Kasar Anak Melalui Senam Bebek Berenang Pada Anak Usia Dini Klompok B Di Taman Kanak-Kanak Al Fajri Desa Sekernan Kabupaten Muaro Jambi”(Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Sifudin Jambi 2020), Hasil Penelitian menujukan bahwa melalui aktivitas senam bebek berenang dapat meningkatkan perkembangan kasar anak dan setelah dilakukan tindakan. Pada siklus I persentase anak sebesar 14% yang berkembang sangat baik. Pada siklus ke 2 persentase anak sebesar 80% yang berkembang sangat baik. Porolehan persentase perkembangan kasar anak kelompok B dengan krakteria sangat baik telah mencapai indikator keberhasilan.

12) Hasil penelitian (Ubaedah et al., 2019) “Meningkatkan keterampilan motorik kasar anak usia 5-6 tahun di PAUD Darul Ula Curug Kota Serang, (JPP PAUD FKIP Untirta, Volume 6 Nomor 1 Mei 2019), Hasil penelitian ini diketahui bahwa, pada asesmen awal keterampilan motorik kasar anak 37%, setelah diberikan tindakan siklus 1 keterampilan motorik kasar anak meningkat menjadi 56%, dan pada siklus II diperoleh hasil sebesar 83%. Maka dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan senam irama binatang dapat meningkatkan keterampilan motorik kasar anak usia 5-6 tahun di PAUD Darul Ula Curug Kota Serang.

13) Hasil penelitian (Basri, 2019) “Meningkatkan Perkembangan Motorik melalui Senam Ritmik pada Siswa Kelas VI Sekolah Dasar, Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, performance test, dan lembar observasi dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis terdapat peningkatan aktivitas siswa dari siklus pertama (70%) dan kedua yakni (80%). Selain itu, berdasarkan observasi siswa selama mengikuti pembelajaran praktik Senam Ritmik bergerak aktif baik saat mendapat tugas dari guru ataupun inisiatif sendiri. Pada aktivitas mengajar guru menunjukkan peningkatan pada siklus pertama (95%) dan siklus kedua (100%). Hal ini menunjukkan bahwa guru telah mengajar sesuai dengan skenario pembelajaran.

Dari paparan hasil penelitian relevan yang telah dikemukakan di atas maka peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Latihan Senam Bedincak dan Senam PGRI Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Siswa Laki-Laki dan Perempuan SD Di Kecamatan Simpang Rimba Usia 11-15 Tahun (Kelas 6 SD Kecamatan Simpang Rimba)” sebagai Senam tradisional yang berasal dari Porvinsi Kep Bangka Belitung yang dimana sekarang telah pudar dikalangan anak-anak dan masyarakat setempat. Oleh sebab itu, untuk menjaga nilai kultur/budaya leluhur daerah tetap terjaga peneliti menghadirkan kembali senam tersebut lewat sebuah penelitian sebagai acuan untuk mengenalkan kembali senam tersebut dikalangan anak-anak khususnya anak usia sekolah dasar dalam kajian terhadap perkembangan motorik kasar seperti gerak lokomotor (berlari, berjalan, meloncat, melompat), nonlokomotor (mendarat, berbelok, berputar), manipulatif (memukul, menghentikan, menepuk). Peneliti melakukan penelitian ini dikarenakan dalam pembelajaran di sekolah pembelajaran senam masih sangat minim hanya pada bab materi senam saja serta senam dilakukan hanya pada hari sabtu yang dilakukan oleh seluruh siswa dan tidak adanya ekstrakulikuler semakin membuat terbatasnya aktivitas gerak anak sehingga motorik kasar anak tidak berkembang dengan baik, yang menjadikan anak-anak terkadang merasakan jenuh dan bosan dengan dengan pembelajaran PJOK tersebut dikarenakan sebagian besar anak ingin melakukan aktivitas gerak motorik diluar kelas, ketika aktivitas gerak hanya sedikit sehingga menjadikan perkembangan motrik kasar anak menjadi tidak berkembang sesuai harapan.

2.2 Kerangka Teoretis

Kerangka teoretis memuat deskripsi teoritik, , Hakikat perkembangan Motorik, Pengertian Motorik Kasar, Pengertian Motorik Halus, Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan, Pembelajaran Senam, Pengertian, Senam Bedincak, Latihan, Hakikat Pembelajaran DI Sekolah Dasar.

2.2.1 Perkembangan Motorik Siswa SD 2.2.1.1 Perkembangan

Perkembangan adalah perubahan mental yang berlangsung secara bertahap dan dalam waktu tertentu, dari kemampuan yang sederhana menjadi kemampuan yang lebih sulit, misalnya kecerdasan, sikap, dan tingkah laku. Pertumbuhan adan perkembangan masing –masing anak berbeda, ada yang cepat ada yang lambat, tergantung factor bakat (genetic), lingkungan ( gizi dan cara perawatan). Oleh sebab itu, perlakuan terhadap anak tidak dapat disamaratakan, sebaiknya dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak (A. Susanto, 2011)

Kompetensi Motorik (Motoric Competence), merupakan sebagai kemampuan individu untuk mengembangkan keterampilan motorik dan mekanisme yang terkait seperti kontrol dan koordinasi motorik, bidang perkembangan anak lainnya juga terhubung dengan hal itu, misalnya fungsi kognitif dan prestasi akademik. (Lopes et al., 2022). Dalam kondisi modern melemahnya fungsi motorik anak sekolah, rendahnya resistensi organisme mereka terhadap penyakit, muncul masalah optimalisasi pendidikan jasmani anak-anak dan remaja. Efektivitas pendidikan jasmani dipengaruhi oleh hubungan antara latihan jasmani dan perkembangan kemampuan motorik. Pengembangan kemampuan motorik efektif jika menjadi komponen penguasaan keterampilan motorik (Chernenko, S, 2015).

Perkembangan sebagai suatu proses perubahan secara kualitatif maupun kuantitatif pada setiap individu dalam rentang kehidupannya, dimulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, sampai masa dewasa. Perkembangan dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan pada setiap individu atau organisme, menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik secara fisik (rohani) maupun psikis (rohaniah) (Latifa, 2017).

Perkembangan merupakan akibat dari perubahan kematangan dan kesiapan fisik yang dalam melakukan suatu aktivitas terdapat potensi, sehingga seseorang telah dikatakan pengalaman. Dengan pengalaman ini, individu tersebut dapat melakukan suatu aktivitas yang sama dalam waktu mendatang. Perkembangan bisa diukur pada seseorang individu ketika aspek kemampuan yang dimiliki sesuai dengan tahap perkembangannya. Keadaan satu fase dengan fase berikutnya bisa kita bandingkan untuk melihat apabila terjadi peningkatan pada fase sesudah-nya dari pada fase sebelumnya, maka individu telah mengalami fase perkembangan (Hidayati, 2017).

Perkembangan tentu memiliki perbedaan dengan pertumbuhan. Ketika pertumbuhan identik dengan perubahan secara kuantitatif, maka perkembangan sendiri identik dengan perubahan secara kualitatif. Berdasarkan KBBI, perkembangan memiliki arti perihal berkembang. Kemudian arti bekembang sendiri berdasarkan KBBI ialah pertambah, memekar atau membentang (Syah, 2004)

Data dari kuesioner “Usia dan Tahapan” (ASQ-3) selesai dituntaskan pada 6 bulan, 1 tahun, 1,5 tahun, 2 tahun, 2,5 tahun, dan 3 tahun setelah kelahiran sebagai bagian dari kuesioner JECS digunakan untuk menunjukkan perkembangan anak (Squires et al., 2009). Batas untuk penilaian ASQ-3 versi Jepang digunakan (Mezawa et al., 2019, Tabel Tambahan 1). Skor ASQ-3 terdapat 5 macam bentuk (komunikasi, fungsi motorik kasar, pemecahan masalah, fungsi motoric halus dan personal al-sosial). Skor untuk lebih dari satu kategori yang lebih rendah dari nilai batas adalah definisi dari perkembangan yang tertunda (Masumoto et al., 2022).

Pendidikan fisik dalam hal merangsang pembentukan otot motorik anak dimulai dari usia yang sangat dini. Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang diberikan kepada anak dan ditujukan untuk merangsang setiap perkembangan dan pertumbuhan anak dalam memasuki pendidikan selanjutnya (Maslichatoen, 2016).

Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak dan sangat penting untuk dipelajari, karena perkembangan fisik akan berpengaruh terhadap perilaku sehari-hari. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otak dan spinal cord. (M. S. Sumantri, 2005) mengemukakan bahwa perkembangan motorik adalah perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak.

Pengukuran perkembangan dilakukan dengan mengukur : 1) Tes shuttle Run 4 x 10 meter (kelincahan), Kelincahan adalah kemampuan seseorang dalam arah tubuhnya dengan cepat dan tepat pada waktu tertentu, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi di lapangan tanpa kehilangan keseimbangan tubuh (Andrianto, 2015). (2) Tes lempar tangkap bola jarak 1 meter dengan tembok (koordinasi), Koordinasi merupakan kemampuan menggabungkan sistem saraf gerak yang terpisah dengan merubahnya menjadi suatu pola gerak yang efisien (Ismoko & Sukoco, 2013). (3) Tes stork stand positional balance (keseimbangan), Keseimbangan statis adalah kemampuan tubuh untuk dapat menjaga keseimbangan tubuhnya pada suatu posisi diam dan selama waktu tertentu, mi salnya saat diam dan berdiri. Sedangkan, keseimbangan dinamis adalah kemampuan tubuh untuk dapat menjaga keseimbangan tubuhnya pada saat bergerak, misalnya saat berjalan, berlari, dan bangkit berdiri dari posisi duduk (Tauhidman & Ramadan, 2018). (4) tes lari cepat 30 meter (kecepatan), kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan yang berkesinam-bungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yan sesingkat singkatnya (Cahyo B et al., 2012)

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah perubahan baik itu fisik maupun mental yang bersifat meningkat dari rendah ke tinggi artinya setiap pengalaman yang didapat itu bisa membuat seseorang menguasai suatu aktivitas dengan baik, namun permkembangan ini bisa terjadi dengan cepat maupun lambat tergantung individunya atau tergantung factor bakat (genetic), lingkungan ( gizi dan cara perawatan).

2.2.1.2 Motorik

Motorik merupakan gerak tubuh yang ditimbulkan oleh tindakan, sedangkan perkembangan motoric dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Keterampilan motorik adalah kemampuan dasar untuk melakukan perilaku dan gerakan terarah (misalnya, kontrol objek, koordinasi tangan-mata, koordinasi bilateral, keseimbangan dinamis, dan statis) membutuhkan keterlibatan operasi kognitif seperti persepsi, pengurutan, dan pemantauan. Best (2010) menunjukkan bahwa keterampilan motorik mempengaruhi kognisi melalui jalur yang berbeda daripada dimensi kebugaran lainnya (Lin et al., 2021).

Kemampuan motorik adalah suatu tahapan yang selalu melekat pada usia anak - anak. Maka dari itu motorik kasar berkembang sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Karena pertumbuhan dan perkembangan merupakan faktor penentu kemampuan motorik kasar pada anak usia dini (Nugroho & Rahayu, 2021).

Keterampilan motorik, adalah memungkinkan kita melakukan gerakan apa apapun dengan kualitas fisik yang kita miliki masing-masing. Hal ini untuk mengekspresikan tindakan motorik yang efektif dan sadar agar dimungkinkan, semakin maju tingkat perkembangan dan kinerja yang ingin dicapai maka semakin kompleks. Keterampilan motorik terbagi dua yaitu keterampilan bersyarat dan keterampilan koordinatif (Casolo, 2002).

Diawali penentuan oleh energi dan proses metabolism yaitu Kekuatan, Kecepatan, dan Perlawanan. Keterampilan koordinatif, bisa berguna untuk organisasi dan kontrol gerakan. Dan keterampilan koordinasi dibagi menjadi Keterampilan Koordinasi Umum (GCC) dan Keterampilan Koordinasi Khusus (SCC). 1. Motor Learning (dengan melakukan atau mengamatinya memungkinkan subjek untuk mempelajari gerakan motorik), Motor Control (mengelola dan mengatur gerakan motoric dimungkinkan sesuai dengan kinerja yang akan dilakukan), dan Transformasi dan Adaptasi gerakan (yang memungkinkan subjek dapat melakukan tanpa mengubah hasilnya dengan menyesuaikan gerakannya sesuai dengan situasi eksternal). Keterampilan Koordinasi Khusus adalah: Keseimbangan, Imajinasi Motorik, Orientasi, Diferensiasi Motorik, Kombinasi Motorik, dan Irama (Liparoti & Minino, 2021).

Program pembelajaran keterampilan motorik menunjukkan bahwa keterampilan yang terkonsolidasi dihasilkan dari latihan massal yang berulang, dilengkapi dengan tugas, tujuan, jadwal, dan umpan balik yang sesuai (Umanski et al., 2010). Cedera yang signifikan bisa terjadi akibat kesalahan pola dan keterampilan motorik dasar pada anak usia dini. Konsekuensi dari ketidakmatangan dalam fungsi saraf yang mengatur aktivitas dan gerakan otot dengan ekstensi hasil dari keterbelakangan : kontrol ini disebut koordinasi (Yoshimi et al., 2021).

Belajar keterampilan gerak cenderung lebih menekankan pada tingkat penguasaan (Singer, 1980) dalam (Chabib, 2016). Tahap ini dibagi menjadi tiga, antara lain:

1) Tahap kognitif/ Cognitive stage Tahap ini merupakan tahap pemahaman, bagaimana konsep-konsep dipahami. Tahap kognitif sifatnya lebih pada pengetahuan.

2) Tahap asosiatif/ Asosiative stage Dengan adanya pemahaman yang sudah dicoba diasosiasikan, dan diimplementasikan sesuai dengan kemampuannya yang masih banyak mengalami kesalahan.

3) Tahap otomatis/ Autonomous stage Pada tahap ini hasil gerakan merupakan suatu gerakan yang sudah otomatis, karena sudah banyak dilatih sehingga terlihat seakan- akan gerakan tersebut tanpa dipikir, padahal karena hasil dari latihan yang kontinyu.

Pada hakikatnya fisik merupakan kekuatan tubuh atau tenaga sedangkan motorik adalah kekuatan penggerak. Menurut (Wiyani, 2014b) fisik secara bahasa diartikan sebagai jasmani, badan, tubuh. Sedangkan motorik sebagai penggerak. Selanjutnya menurut (Mustamir & Sudrajad, 2009) motorik adalah semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh seluruh tubuh. Sedangkan perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerakan tubuh. Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak. Hal serupa menurut (Latif, 2009) menyatakan perkembangan motorik anak berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Koordinasi motorik adalah kombinasi gerakan tubuh yang dibuat dengan parameter kinematik (seperti arah spasial) dan kinetik (kekuatan) yang menghasilkan tindakan yang diinginkan (Olajos et al., 2020).

Beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa motorik adalah pondasi tubuh yang menjadi kekuatan bagi tubuh untuk menjadi penggerak bagi seluruh tubuh yang perkembangannya erat berkaitan dengan pusat motorik yaitu otak. Syaraf dan otot yang terkoordinasi ialah bagian pondasi dari bentuk gerakan motoric.

2.2.2 Motorik Kasar

Motorik kasar adalah aktivitas dengan menggunakan otot-otot besar, meliputi gerak dasar lokomotor, non lokomotor dan manipulatif. Gerakan motorik kasar merupakan bagian dari aktivitas yang mencakup keterampilan otot-otot besar, dengan mengutamakan kekuatan fisik dan keseimbangan (Samsudin, 2008a).

Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri (Novitasari et al., 2019). Motorik kasar berkaitan dengan gerakan yang membutuhkan koordinasi bagian tubuh, otot, dan syaraf (Sujiono, 2010).

Keterampilan motorik kasar (gross motor skill), meliputi keterampilan otot-otot besar lengan, kaki, dan batang tubuh, seperti berjalan dan melompat (Desmita, 2013). Gerak motorik kasar adalah gerak anggota badan secara kasar atau keras. Menurut Berk (Suyadi, 2010) semakin anak bertambah dewasa dan kuat tubuhnya, maka gaya geraknya semakin sempurna. Keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar meliputi kegiatan seluruh tubuh atau sebagian tubuh. Keterampilan koordinasi motorik kasar mencakup ketahanan, kecepatan, kelenturan, ketangkasan, keseimbangan dan kekuatan.

Penguasaan keterampilan motorik, termasuk kemampuan motorik kasar dan halus, tidak hanya terbukti berkontribusi pada kesehatan fisik dan perkembangan fisik, tetapi juga secara substansial berkontribusi pada perkembangan kognitif dan perkembangan sosial (Dapp et al., 2021).

Jadi dari beberapa pendapat diatas pengertian motoric kasar adalah aktivitas yang dilakukan dengan menggunakan otot – otot besar atau kasar yang dilakukan oleh sebagian atau seluruh anggota tubuh serta perubahannya dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Motoric kasar ini juga membutuhkan koordinasi bagian tubuh, otot, dan syaraf yang mencakup ketahanan, kecepatan, kelenturan, ketangkasan, keseimbangan dan kekuatan.

Perkembangan berkaitan dengan kepribadian yang terintegrasi. Anak sekolah dasar yang berusia diantara 6-11 tahun berada pada fase kanak-kanak tengah (M. Sumantri, 2014) Fase kanak-kanak tengah, anak memiliki kemampuan dasar berhitung, menulis, serta membaca. Fase perkembangan anak SD dapat dilihat dari beberapa aspek utama kepribadian individu anak, yaitu aspek 1) fisik-motorik, 2) kognisi, 3) sosio-emosional, 4) bahasa, dan 5) moral keagamaan yang akan Fase perkembangan anak dijelaskan sebagai berikut :

1) Fisik-motorik

Pertumbuhan fisik anak pada usia SD ditandai dengan anak menjadi lebih tinggi, berat, dan kuat dibandingkan pada saat anak berada di PAUD/TK, hal ini tampak pada perubahan sistem tulang, otot dan keterampilan gerak. Anak lebih aktif dan kuat untuk melakukan kegiatan fisik seperti berlari, memanjat,melompat, berenan dan kegiatan luar rumah lainnya. Kegiatan fisik ini dilakukan oleh anak dalam upaya melatih koordinasi, motorik, kestabilan tubuh maupun penyaluran energi yang tertumpuk (Izzaty, 2008).

Perkembangan fisik anak SD laki-laki dan perempuan berbeda. Anak perempuan biasanya lebih ringan dan lebih pendek daripada anak laki-laki (Slavin, 2011). Aspek perkembangan fisik-motorik ini berpengaruh terhadap aspek perkembangan lainnya, sebagai contoh, keadaan fisik anak yang kurang normal misalnya anak terlalu tinggi atau terlalu pendek, anak terlalu kurus atau gemuk akan mempengaruhi rasa kepercayaan diri anak. Rasa kepercayaan ini akan berkaitan dengan emosi, kepribadian, dan sosial anak (Latifa, 2017)

2) Kognisi

Aspek perkembangan kognisi merupakan perkembangan yang berhubungan dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh anak, yakni kemampuan untuk berpikir dan memecahkan masalah. Anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik berpikir yang khas. Cara berpikir mereka berbeda dengan anak pra sekolah dan orang dewasa. Cara mengamati lingkungan sekitar dan mengorganisasi dunia pengetahuan yang mereka dapatpun berbeda dengan anak prasekolah dan orang dewasa. Teori perkembangan Piaget merupakan salah satu teori perkembangan kognitif yang terkenal. Dalam teorinya, Piaget menjelaskan anak usia SD yang pada umumnya berusia 7 sampai 11 tahun, berada pada tahap ketiga dalam tahapan perkembangan kognitif yang dicetuskannya yaitu tahap operasional konkret. Pada tahap ini, anak dinilai telah mampu melakukan penalaran logis terhadap segala sesuatu yang bersifat konkret, tetapi anak belum mampu melakukan penalaran untuk hal-hal yang bersifat abstrak (Trianingsih, 2016). Anak usia SD akan mengalami perkembangan kognitif yang pesat. Anak akan mulai belajar membentuk sebuah konsep, melihat hubungan, dan memecahkan masalah terhadap situasi yang bersifat konkret (Slavin, 2011). Untuk itu, Guru hendaknya dapat membangun suasana belajar yang konkret bagi anak sebagai guna memudahkan anak dalam berpikir logis serta dapat memecahkan masalah. (Trianingsih, 2016). Menurut (Magistro et al., 2022) dalam jurnalnya yang membahas tentang meningkatkan keterampilan kognitif dan keterampilan motorik kasar menyatakan bahwa perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan kognitif pada anak-anak saling berkaitan erat sebagai mekanisme mediasi yang dapat menjelaskan hal positif pada kinerja akademik akibat dari aktivitas fisik.

3) Perkembangan sosio-emosional.

Ciri khas dari fase ini ialah meningkatnya intensitas hubungan anak dengan teman-teman sebayanya serta ketergantungan anak terhadap keluarga menjadi berkurang. Pada fase ini hubungan atau kontak sosial lebih baik dari sebelumnya sehingga anak lebih senang bermain dan berbicara dalam lingkungan sosialnya. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa teman sebaya memiliki peranan yang penting dalam perkembangan sosial anak, karena melalui teman sebaya anak bisa belajar dan mendapat informasi mengenai dunia anak di luar keluarga (Murni, 2017). Hal lainnya yang tampak pada fase ini ialah anak sudah mulai membentuk konsep diri sebagai anggota kelompok sosial di luar keluarga. Hubungan sosial anak dengan orang dewasa di luar keluarga memberikan pengaruh penting dalam pengembangan kepercayaan diri anak. Ketidakpercayaan diri pada anak akan timbul jika anak tidak mampu mengerjakan tugas seperti temannya. Dalam kegiatan pembelajaran peran guru sangat penting dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak serta semangat berkarya sesuai dengan kemampuan masing-masing anak.

4) Perkembangan Bahasa

Bahasa merupakan suatu alat untuk berkomunikasi dalam suatu interaksi sosial. Perkembangan bahasa anak akan berkembang dari awal masa sekolah dasar dan mencapai kesempurnaan pada akhir masa remaja. Dalam percakapan sehari-hari, bahasa dan tindakan linguistik sering menjadi topik pembicaraan. Dalam praktik linguistik kita berbicara tentang bahasa yang terdiri dari kata, makna, kalimat, dan ucapan. Kita berbicara tentang tindakan linguistik dari diri kita sendiri dan orang lain mengacu pada peristiwa, objek dan ide-ide, memberitahu orang-orang tentang hal-hal, bertanya dan menjawab pertanyaan, membuat permintaan dan keluhan, berarti atau mengklaim ini atau itu, memiliki nama ini atau itu, mengerti (atau tidak mengerti) apa yang dikatakan seseorang, benar atau salah (Taylor & Herik, 2021).

Pada usia late primary (7-8 tahun), bahasa anak mengalami perkembangan yang sangat pesat. Anak telah memahami tata bahasa, sekalipun terkadang menemui kesulitan dan menunjukkan kesalahan tetapi anak dapat memperbaikinya. Anak telah mampu menjadi pendengar yang baik. Anak mampu menyimak cerita yang didengarnya, dan selanjutnya mampu mengungkapkan kempali dengan urutan dan susunan yang logis. Anak telah menunjukkan niatanya terhadap puisi, dan juga mampu mengungkapkan perasaan dan pikirannya dalam bentuk puisi. Anak memiliki kemampuan untuk memahami lebih dari satu arti, dan memperkaya kata menjadi sebuah humor (Surna, 2014). Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak SD ialah faktor lingkungan. Anak SD telah banyak belajar dari orang disekitar lingkungannya khususnya lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan terdekat anak. Oleh karena itu, hendaknya orang tua dan masyarakat menggunakan istilah-istilah bahasa yang lebih selektif dan lebih baik jika berada disekitar anak, karena pada dasarnya bahasa anak akan dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggalnya (Adriana, 2008)

5) Perkembangan Moral keagamaan

Lingkungan keluarga dan lingkungan sosial yang lebih luas di luar keluarga menjadi pusat dari pelajaran perkembangan moral bagi anak. Konsep perkembangan moral menjelaskan bahwa norma dan nilai yang ada dilingkungan sosial siswa akan mempengaruhi diri siswa untuk memiliki moral yang baik atau buruk (Trianingsih, 2016).

Pada masa perkembangan kanak-kanak awal, moral anak belum berkembang pesat karena disebabkan oleh perkembangan kognitif anak yang belum mencapai pemahaman menganai prinsip benar salah menganai suatu hal, pada masa ini anak belum mampu membedakan hal-hal yang benar untuk dilakukan dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan (Murni, 2017).

Berdasarkan periodesasi perkembangan Piaget, anak sekolah dasar kelas I, II, III, dan IV berada dalam periode transisi, yaitu meninggalkan periode moral realisme memasauki periode moral otonom. Akibat periode transisi itu tingkah laku moral anak kadang-kadang seperti tingkah laku moral anak periode heterenom dan kadang-kadang seperti tingkah laku anak yang otonom. Bagi anak kelas II, III, dan IV yang masih berada dalam perkembangan moral heterenom, yaitu anak mulai melihat tingkah laku baik atau buruk yang dipanang dari akibat yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu, dan bukan dari niat atau maksud si pelaku. Misalnya, ketika 12 buah gelas secara tidak sengaja dipecahkan oleh anak, hal ini akan dipandang anak sebagai tingkah laku yang lebih buruk dibandingkan dengan memecahkan sebuah gelas yang maksudnya untuk mencuri kue. Bagi anak yang dalam periode perkembangan moral otonom justru berpandang sebaliknya, bahwa memecahkan 12 buah gelas secara tidak sengaja lebih baik daripada memecahkan sebuah gelas karena ingin mencuri kue. Bagi anak itu kesalahan tingkah laku dilihat dari maksud orang bertingkah laku, bukan dari akibat yang ditimbulkan dari oleh tingkah laku itu. Sehubungan dengan aspek perkembangan moral anak, guru hendaknya dapat menanamankan moral pada anak yang dilakukan. tanpa disadari anak sehingga mendorong kesadaran dalam diri anak untuk berbuat sesuai dengan moral yang baik (Trianingsih, 2016).

2.2.3 Motorik Halus

Motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek (Yulianto & Awalai, 2017).

Anak lebih ditekankan pada karakteristik pengembangan motorik halus pada gerakan-gerakan tubuh yang lebih spesifik seperti menulis, menggambar, menggunting dan melipat (Indraswati, 2012).

Motorik halus merupakan aktivitas fisik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus.gerakan lebih mengarah terhadap gerak koordinasi mata, tangan dan kemampuan pengendalian yang baik, yang memungkinkannya untuk melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerakannya (Rubiyatno, 2014). Demikian pula menurut (Yulianto & Awalai, 2017) menyatakan bahwa motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil. Sedangkan motorik halus menurut (Pinatih et al., 2015) adalah “kemampuaan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot-otot kecil, koordinasi mata dan tangan”.

Motorik halus merupakan suatu gerakan yang melibatkan bagian tubuh yang dilakukan oleh otot-otot kecil. Meskipun begitu pada gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Contoh keterampilan menggunakan gerakan pergelangan tepat, jari jemari tangan, menyusun balok, kemampuan memindahkan benda dari tangan dan lain sebagainnya (Utami, 2016).

Dari pernyataan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik halus adalah perkembangan gerak yang lebih mengutamakan pada perkembangan otot-otot kecil atau halus yang selalu dialami setiap individu melalui aktivitasnya. Gerakan motorik kasar ini memerlukan koordinasi antara mata dan tangan yang cermat.

2.2.4 Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan berfokus pada ukuran, dan pematangan berfokus pada kemajuan mencapai ukuran. Perkembangan anak mengacu pada munculnya secara bertahap pola semakin kompleks diantaranya kemampuan berpikir, memahami,bergerak, berbicara dan pemahaman, dan yang berkaitan (Burhaein, 2017). Berkaitan dengan hal tersebut, pertumbuhan dan perkembangan senantiasa dinamis seiring bertambahnya usia anak dari lahir hingga dewasa. Perkembangan fisik anak bekaitan dengan seperangkat pertumbuhan fisik mereka, pengobatan penyakit yang menyertai pertumbuhan dan deteksi dini, pencegahan. Sejak masa kanak-kanak, laki-laki mengalaim perubahan signifikan pada usia prasekolah dan sekolah (Mitova, 2015).

Secara umum, definisi perkembangan dan pertumbuhan memiliki pengertian yang sama yakni keduanya mengalami perubahan. Tetapi secara khusus, pertumbuhan adalah mengacu pada perubahan yang bersifat kuantitas, sedang perkembangan lebih mengarah kepada kualitas. Artinya konsep pertumbuhan mengandung definisi sebagai perubahan ukuran fisik yang bersifat pasti, akurat yakni dari kecil menjadi besar, dari sempit menjadi lebar. Selain itu, yang terpenting dalam pertumbuhan ialah terjadinya proses pematangan fisik yang ditandai dengan makin kompleksnya sistem jaringan otot, sistem syaraf maupun sistem fungsi organ tubuh. Kematangan tersebut, menyebabkan organ fisik merasa siap untuk dapat melakukan tugas-tugas dan aktivitas sesuai dengan tahap perkembangan individu. Jadi perkembangan dapat diartikan sebagai akibat dari perubahan kematangan dan kesiapan fisik yang memiliki potensi untuk melakukan suatu aktivitas, sehingga individu telah mempunyai suatu pengalaman (Hasanah, 2016).

Prinsip-prinsip pertumbuhan dan perkembangan anak terbagi menjadi tujuh sebagai berikut (Ruffin, 2019) :

1) Proses Perkembangan dari the head downward (cephalocaudle principle)

Hal ini disebut prinsip cephalocaudle, prinsip ini menggambarkan arah pertumbuhan dan perkembangan. Menurut prinsip ini, dari bayi menuju anak-anak tumbuh kembang pada koordinasi lengan selalu mendahului koordinasi kaki.

2) Proses Perkembangan dari the center of the body outward (proximodistal development)

Prinsip ini, pada sumsum tulang belakang berkembang sebelum bagian luar dari tubuh. Lengan anak berkembang sebelum tangan dan tungkai berkembang sebelum kaki serta jari kaki. Jari tangan dan otot tangan (digunakan dalam keterampilan motorik halus) adalah yang terakhir untuk mengembangkan secara fisik perkembangan anak tersebut.Perkembangan berdasar pada pematangan dan pembelajaran

3) Pematangan mengacu pada karakteristik berurutan perkembangan dan pertumbuhan biologis.

Perubahan biologis terjadi berurutan dan memberikan anak-anak kemampuan (ability) baru. Perubahan-perubahan dalam otak dan sistem saraf membantu anak-anak untuk meningkatkan di aspek berpikir (kognitif) dan keterampilan motorik (fisik). Pola pematangan ditentukan oleh program bawaan yaitu genetik, lingkungan anak, dan pembelajaran yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman anak. Sebuah stimulus rangsangan lingkungan dan beragam pengalaman memungkinkan anak untuk mengembangkan untuk potensi dirinya.

4) Proses Perkembangan dari sederhana (konkrit) hingga kompleks

Anak-anak mengembangkan keterampilan kognitif dan bahasa mereka melalui pemecahan masalah. Misalnya, belajar menghubungkan antara hal-hal (bagaimana hal-hal yang serupa), atau klasifikasi, adalah kemampuan penting dalam perkembangan kognitif. Proses belajar kognitif bagaimana membedakan apel dan jeruk meskipun dengan bentuk yang sama dimulai dengan yang paling sederhana atau pemikiran konkret menggambarkan dua konsep yang sama namun berbeda.

5) Pertumbuhan dan Perkembangan adalah proses berkelanjutan

Seorang anak berkembang, dimana adanya proses menambah keterampilan yang sudah diperoleh dan keterampilan baru menjadi dasar untuk mengoptimalkan prestasi dan penguasaan keterampilan. Sebagian besar anak-anak mengikuti pola yang sama. Juga, salah satu tahap perkembangan meletakkan dasar untuk tahap perkembangan berikutnya. Misalnya, dalam perkembangan motorik, diprediksi urutan perkembangan yang terjadi sebelum berjalan. Bayi mampu mengangkat kepala dan dapat membalikkan lagi. Bayi bisa menggerakkan anggota tubuh mereka (lengan dan kaki) sebelum memegang suatu benda. Tahapan penguasaan melibatkan dan meningkatkan keterampilan dari berpegangan hinggaberjalan sendiri. Pada usia empat tahun, kebanyakan anak-anak bisa berjalan naik dan turun tangga dengan kaki bergantian. Pematangan tahapan ini, agar anak-anak untuk menulis atau menggambar, mereka harus telah mengembangkan kemampuan manual (tangan) kontrol untuk memegang pensil dan krayon.

6) Pertumbuhan dan Perkembangan berproses dari umum (general) hingga spesifik

Dalam perkembangan motorik, bayi akan dapat memahami sebuah objek dengan seluruh tangan sebelum menggunakan hanya ibu jari dan telunjuk. Gerakan motorik pertama bayi sangat umum, diarahkan, dan refleksif, melambaikan tangan atau menendang sebelum dapat mencapai atau merayap menuju obyek. Pertumbuhan terjadi dari besar gerakan otot untuk lebih halus otot (lebih kecil) gerakan.

7) Tingkatan individu dalam pertumbuhan dan perkembangan.

Setiap anak berbeda dan tingkat di mana individu anak-anak tumbuh berbeda. Meskipun pola dan urutan untuk pertumbuhan dan perkembangan biasanya sama untuk semua anak-anak, tingkat di mana individu anak mencapai tahap perkembangan akan berbeda. Memahami fakta ini dari perbedaan individu tingkat perkembangan menyebabkan kita untuk berhati-hati tentang menggunakan dan memperhatikan pada usia dan tahap karakteristik untuk menggambarkan atau memberi label sesuai tahapan anak-anak. Ada berbagai usia untuk setiap tugas perkembangan berlangsung. Konsekuensi dari perkembangan juga tidak seragam dalam individu anak. Pemahaman tentang prinsip-prinsip perkembangan membantu kita untuk merencanakan kegiatan dan stimulasi tepat dan memperkaya pengalaman untuk anak-anak, dan menyediakan dasar untuk memahami bagaimana untuk mendorong dan dukungan belajar anak pada usia dini.

Tabel 2. 1 Perkembangan Motorik kasardan Motorik halus anak usia 6-8 tahun

NO.

Lingkup Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan

Usia 6 – 8 Tahun

1.

Motorik Kasar

1.Berdiri dengan satu kaki tanpa jatuh, 2. Berlari lurus tanpa jatuh dan zigzag/bervariasi, misalnya melalui rintangan, 3. Berjalan lurus dan bervariasi, 4. Melompat dari ketinggian 20 cm, 5. Melempar dan menangkap bola kecil dengan jarak 5-10 meter, 6. Mengkombinasikan gerakan jalan dan lari, 7. Mengkombinasikan gerakan jalan, lari, melompat dan melempar, 8. Berguling kedepan/koprol. 9. Sudah dapat mengendarai sepeda roda dua. 10. Dapat menari dan mengikuti gerakan dalam senam irama.

2.

Motorik Halus

1.Menggambar orang dengan anggota tubuh lengkap, 2. Mampu makan, minum dan berpakaian sendiri, 3. Membuat atau menulis angka, 4. Membuat bentuk wajik, segitiga dan segi empat, 5. Memotong dan menggunting dengan sempurna, 6. Menggambar sesuai dengan penglihatan, 7. Meniru kalimat dengan tulisan tangan

Sumber : Yuliani Nurani Sujiono, 2009. Hlm. 161-162 (Hasanah, 2016)

2.2.5 Pembelajaran Senam

Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan yang menyeluruh telah disadari oleh banyak pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan. Namun, dalam pelaksanaannya proses pengajaran pendidikan jasmani berjalan belum efektif seperti yang diharapkan. Pembelajaran pendidikan jasmani cenderung tradisional dan minim inovasi dan kreatifitas. Selain itu, pengertian pendidikan jasmani seringkali disamakan dengan konsep lain. Salah satunya menyamakan pendidikan jasmani dengan setiap usaha atau kegiatan yang mengarah pada pengembangan organ-organ tubuh manusia (body building), kesegaran jasmani (physical fitness), kegiatan fisik (physical activities), dan pengembangan keterampilan (skill development). Menurut Samsudin berpendapat bahwa “pendidikan jasmani adalah suatu proses sebagai perorangan masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan perkembangan watak, serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia berkualitas berdasarkan pancasila” (Abdullah et al., 2020).

Kesehatan fisik anak adalah masalah sentral saat ini. Aktivitas fisik dan pelatihan anak kian menurun setiap tahun. Anak mudah terserang penyakit akibat Kekebalan tubuh yang lemah. Para ilmuwan, ahli teori dan praktisi berpendapat aktivitas motorik anak-anak perlu ditingkatkan. Sekolah adalah wadah yang paling berperang penting, karena mata pelajaran anak anak wajib hadir. Dalam waktu 40 menit dan ada dua kelas seminggu 1-3 (Polevoy, 2020).

Olahraga merupakan salah satu cara penghilang kecemasan yang baik. Berdasarkan artikel yang dipublikasikan oleh Better Health Channel (2011) berjudul Healthy ageing – stay physically active menyatakan bahwa aktivitas fisik (olahraga) dapat membantu orang tua menjaga independensi, sembuh dari penyakit dan mengurangi risiko penyakit. Massa otot dan kekuatan tulang dapat ditingkatkan dengan olahraga teratur. Berjalan, berenang, senam, dan bersepeda adalah semua bentuk latihan yang baik juga bisa bersosialisasi (Saputra, 2016).

Sedangkan menurut Firsty, menyatakan kegiatan pengembangan motorik kasar yang dapat dikembangkan pada seorang anak sejak dini yaitu kegiatan memutar badan dengan benar, ancang-ancang sebelum berlari dan melompat, membungkukan pinggul, lutut dan pergelangan kaki terintegrasi dalam semua kegiatan pengembangan motorik kasar anak melalui kegiatan bermain, Salah satu kegiatan bermain aktivitas jasmani dalam mengembangkan fisik motorik kasarnya adalah senam (Lestariningrum, 2019).

Senam irama dapat diartikan bentuk atau konsep senam yang dilakukan dengan mengikuti irama musik atau nyanyian yang membentuk suatu koordinasi gabungan gerak anggota badan dengan alunan irama (Ulfah et al., 2021). Pendidikan jasmani dipandang penting apalagi pembelajaran senam irama yang berufnsi untuk membantu anak dalam memenuhi hasrat dalam bergerak, kemudian sebagai wahana mengembangkan kebugaran jasmani anak, dan juga memiliki kegunaan untuk mengembangkan berbagai jenis keterampilan gerak dasar yang berorientasi pada proses, dan sebagai pengayaan berbagai macam keterampilan gerak dasar. Kegiatan senam adalah kegiatan yang tak tersentuh dalam fungsinya sebagai perkembangan biologis – psikologis – social - motorik bagi yang mempraktekkannya. Perkembangan motorik, sensorik, afektif, dan intelektual siswa, apa pun kategorinya berkontribusi pada pengalamn fisik. (Popescu et al., 2014).

Senam ritmik muncul sebagai olahraga pertama kali pada tahun 1940-an dan debutnya terjadi sebagai olahraga Olimpiade pada Olimpiade 1984. Gerakan estetika, komponen artistic, kompetitif dan fleksibilitas adalah bukanlah karakteristik dari pesenam ritmik. (Bobo Arce & Méndez Rial, 2013) mengemukakan bahwa senam ritmik adalah olahraga dengan proses latihan tertentu, spesialisasi lebih awal, atlet yang sangat muda, banyak pengulangan dan tingkat stres fisik dan psikologis yang tinggi dalam kompetisi, volume latihan yang banyak. Kesegaran jasmani memiliki bagian seperti kekuatan, kelenturan dan kapasitas aerobik penentu kinerja dalam senam ritmik yang telah terbukti, sehingga, keterampilan fisik, psikologis, teknis, harmoni gerakan dan kontrol motorik merupakan faktor kunci dalam kinerja dari senam (Esteban garcia et al., 2021).

Aktivitas ritmik ataupun senam irama merupakan istilah baru yang dipergunakan dalam pendidikan jasmani di Indonesia. Dengan hadirnya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Tahun 2004 secara tegas memasukkan aktivitas ritmik atau senam irama sebagai salah satu muatan materi dalam pendidikan jasmani khususnya di Sekolah Dasar yang mesti harus direspon oleh guru-guru pendidikan jasmani. Kehadiran aktivitas ritmik dalam kurikulum pendidikan jasmani dianggap oleh sebagian guru sebagai sesuatu yang memberatkan. Hal ini dapat diketahui dari sebagian guru mata pelajaran pendidikan jasmani yang tidak melaksanakan pembelajaran aktivitas ritmik atau senam irama kepada peserta didik sebagaimana yang diharapkan oleh kurikulum. Alasannya bermacam-macam, seperti karena tidak memiliki media pembelajaran pendukung, serta guru yang tidak menguasai materi aktivitas ritmik, terlebih guru yang tidak suka membelajarkan aktivitas ritmik. Senam merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah tidak asing lagi di telinga kita, baik itu di lingkungan masyarakat, maupun lingkungan sekolah. Pada dasarnya senam memang sudah ada pada zaman dahulu, tetapi gerakannya masih sangat sederhana dan disesuaikan pada waktu itu.

Kegiatan senam irama merupakan sebuah pembelajaran pengembangan motorik pada anak yang dilakukan dengan bermain sambil belajar. Aktifitas yang dilakukan dalam senam irama diharapkan dapat menyenangkan sekaligus menyentuh kepekaan akan irama musik dan perkembangan motorik kasar, sehingga menunjang pertumbuhan jasmani yang sehat, kuat dan terampil. Senam ritmik dicirikan oleh rentang gerakan, elemen, dan kombinasi yang sangat luas, dari yang paling sederhana hingga yang secara teknis sangat kompleks dan sulit.(Cristina & Vasilica, 2012). Banyak sudah mengerti bahwa senam telah menghasilkan berbagai spin-off yang luar biasa, program kebugaran yang terkenal, seperti "Pilates", "senam aerobik" dan banyak lainnya adalah bentuk dari kontribusi senam. Dari latihan senam, jika latihan dipilih dengan baik dan disesuaikan dengan kebutuhan praktisi senam akan memberikan banyak manfaat (Hidi, 2014).

Pembelajaran senam irama, semua anak diberikan kesempatan untuk bergerak dan berperan aktif di dalam pelaksanannya. Standar yang digunakan dalam mengamati ketercapaian tingkat capaian perkembangan adalah berdasarkan usia anak, bukan berasal dari jenis kelamin anak. Jadi, di dalam pembelajaran senam irama tidak membedakan antara anak laki-laki dan anak perempuan. Untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar anak dalam melakukan senam irama perlu adanya latihan-latihan lebih dahulu. Kemudian strategi dan model pengajaran yang disampaikan oleh guru diharapkan mampu menarik minat anak serta mudah dipahami dan diikuti oleh anak terutama dalam penyampaian gerakan ayunan tangan, gerakan ayunan kaki, gerak koordinasi antara tangan dan kaki,serta menyesuaikan ketepatan gerakan dengan alunan irama musik. Materi pembelajaran dalam senam irama yang pelaksanaannya dilakukan di sekolah harus mengacu pada muatan tujuan pendidikan jasmani. Menurut Bucher yang mengutip beberapa tujuan khusus pendidikan jasmani dari beberapa sumber yang kemudian dirangkum menjadi lima tujuan, yaitu diantaranya dengan mengembangkan kesehatan fisik dan organik, mengembangkan mental, mengembangkan neuromoskular, mengembangkan aspek sosial, dan mengembangkan aspek intelektual (Zulfahmi, 2016)

Pengertian Senam Istilah senam berasal dari Bahasa Inggris “Gymnastic” dalam bahasa aslinya merupakan kata serapan dari bahasa Yunani “Gymnos” yang berarti telanjang, sedangkan tujuan dari senam adalah meningkatkan daya tahan tubuh, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh (Mahendra, 2001).

Senam ialah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan sengaja dan berencana, disusun secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis (Imam, 1981).

Senam merupakan latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana, disusun sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara keseluruhan dengan harmonis (Wuryati Soekarno, 1986) dalam (Farida, 2016).

Senam ialah kegiatan utama yang paling bermanfaat dalam mengembangkan komponen fisik dan kemampuan gerak (motorability) (Mahendra, 2004).

Senam adalah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan terencana disusun secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis (Imam Hidayat et al) yang dikutip oleh (Mahmudi, 1992).

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut tentang hakikat senam maka dapat disimpulkan bahwa senam merupakan latihan tubuh yang disusun secara sistematis, berencana dan diawali oleh gerakan dasar yang membangun pola gerak lokomotor sekaligus manipuatif dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis. Selain itu senam juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika dan perkembangan sosial. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali. Kegiatan senam irama merupakan sebuah pembelajaran pengembangan motorik pada anak yang dilakukan dengan bermain sambil belajar. Aktifitas yang dilakukan dalam senam irama diharapkan dapat menyenangkan sekaligus menyentuh kepekaan akan irama musik dan perkembangan motorik kasar, sehingga menunjang pertumbuhan jasmani yang sehat, kuat dan terampil.

Kegiatan senam irama dapat digunakan dalam pembelajaran motorik di sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sujiono, 2014) yang menyatakan bahwa gerak berirama menempati posisi yang penting bagi anak dalam pengembangan fisik secara keseluruhan. Melalui aktivitas gerak anak mendapat kesempatan merespon atau menanggapi lingkungan seperti warna, bunyi, ruang, gerak, irama, dan orang-orang di sekelilingnya yang diharapkan dapat mengembangkan potensi anak secara optimal.

Gerak menjadi hal yang sangat kreatif bila dipadukan dengan musik yang diinterprestasikan anak menurut caranya masing-masing. Akan tetapi, sebelum anak mampu melakukan gerak yang ekspresif ini, terlebih dahulu ia harus menguasai variasi-variasi dari gerakan tubuhnya (Purnamasari, 2015).

Belajar melalui gerakan, maka anak dapat belajar tentang dirinya dan dunianya. seperti senam irama yang dilakukan di sekolah akan memberikan pengalaman langsung kepada anak, sehingga melalui pengalaman itulah yang nantinya dapat meningkatkan motorik kasar anak (Mutiah, 2012).

Aktivitas yang dilakukan melalui kegiatan senam irama sangat menyenangkan bagi anak dan membuat anak tidak jenuh atau bosan ketika anak berlatih gerak tubuh. Walaupun latihan gerakan tersebut dilakukan berulang-ulang anak akan tetap antusias melakukannya karena anak merasa senang dan dapat dengan bebas melakukan gerakannya. Selain berlatih gerak dasar, melalui senam irama anak juga dapat menyalurkan kebutuhannya untuk bergerak secara ekspresif dan kreatif. Sehingga melalui senam irama perkembangan motorik kasar anak dapat berkembang dengan baik

Kegiatan senam irama berpengaruh terhadap proses pengembangan motorik kasar anak. Karena proses tumbuh kembang motorik anak berhubungan dengan tumbuh kembang kemampuan gerak anak, pengaruh kegiatan senam irama akan berdampak positif bagi perkembangan motorik kasar anak. Di dalam kegiatan senam irama, anak belajar keterampilan gerak dasar yang harus dikuasai oleh anak sesuai dengan tugas tugas dalam tahap perkembangan motorik kasar.

2.2.5.1. Manfaat Senam

Manfaat senam irama bagi anak usia dini menurut (Mahendra, 2010) yaitu kegiatan utama yang paling bermanfaat untuk mengembangkan komponen fisik dan kemampuan gerak (motor ability). Lewat berbagai kegiatannya, anak yang terlibat dalam senam irama akan berkembang daya tahan ototnya, kekuatannya, powernya, kelentukannya, kelincahan, serta keseimbangannya. Menurut (Sumarjo, 2010) anak-anak akan memperoleh ketrampilan dalam fisik maupun sosial serta mengalami peningkatan dalam perkembangan motorik kasar, anak juga memperoleh kesenangan partisipasi dalam sebuah kegiatan yang menyenangkan dan menantang. Manfaat senam irama yang dilakukan dengan cara yang benar dan teratur dalam jangka waktu yang cukup memungkinkan untuk, menciptakan suasana menyenangkan selama pelajaran dan peningkatan keadaan emosial, dapat menciptakansebuah rangsangan optimal untuk sistem syaraf yang bermanfaat bagi proses pendidikan, merangsang anak untuk bergerak, mendorong keadaan relaksasi dan ketenangan, menfasilitasi kinerja ritmis gerakan, memudahkan internalisasi kemampuan motorik dan kemampuan khusus untuk senam irama, memberikan kontributi untuk pengembangan memori dan perhatian distributif.

Manfaat senam yang diperoleh antara lain: 1) manfaat fisik berkaitan pengembangan fisik dan kemampuan gerak, antara lain daya tahan otot, kekuatan power, kelentukan, koordinasi, kelincahan, serta keseimbangan. 2) manfaat mental dan sosial, dalam mengikuti latihan senam secara kreatif melalui pemecahan masalah-masalah gerak, dengan demikian akan berkembang mentalnya (Septiana et al., 2020).

Manfaat senam menurut (Mahendra, 2001) terdiri dari dua bagian, yaitu : 1) Manfaat Fisik Melalui barbagai kegiatan anak yang terlibat dalam senam akan berkembang daya tahan ototnya, kekuatannya, powernya, kelentukannya, koordinasinya, kelincahannya, serta keseimbangannya. Apalagi jika ditekankan pada kegiatan yang menurut sistem kerja jantung dan paru (cardiovasculer system) program senam akan menyumbang bagi perkembangan fisik yang seimbang. 2) Manfaat mental dan sosial Ketika mengikuti program senam, siswa dituntut untuk berfikir sendiri tentang perkembangan keterampilannya.

Untuk itu, siswa harus mampu menggunakan kemampuan berpikirnya secara kreatif melalui pemecahan masalah gerak. Dengan demikian, siswa akan berkembang kemampuan mentalnya.

Dengan demikian, senam bermanfaat secara fisik maupun mental. Manfaat senam secara fisik dapat meningkatkan daya tahan otot, kekuatan, power, kelentukan, kelincahan, serta keseimbangan, sedangkan manfaat senam secara mental dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa untuk berfikir kreatif mengenai pemecahan masalah gerak.

2.2.5.2. Karakteristik Senam

Senam adalah salah satu aktivitas gerak yang disusun dengan tujuan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan mengembangkan potensi anak. Senam dapat membantu perkembangan kemampuan gerak lokomotor seperti berjalan, berlari, meloncat, melompat, skipping, berlari cepat, dan berjalan, sedangkan kemampuan gerak nonlokomotor seperti keseimbangan, memutarkan badan, berbalik arah, dan melipat badan. Kegiatan tersebut membantu anak-anak untuk dasar-dasar kecerdasan otak, keseimbangan, dan koordinasi.(Pradipta & Sukoco, 2013).

Senam adalah kegiatan utama paling bermanfaat untuk mengembangkan komponen fisik dan komponen gerak. Senam mempunyai banyak jenis, diantaranya adalah senam lantai senam ketangkasan, senam aerobic, maupun senam ritmik (Purnama, 2016). Disamping untuk mengembangkan potensi anak, dengan membiasakan anak-anak untuk berolah raga (senam) sejak dini, diharapkan nantinya anak-anak gemar berolahraga, mengingat olah raga merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk menjaga kebugaran tubuh. Senam aerobik, salah satu disiplin olahraga dengan perkembangan spektakuler di kompetisi dunia, membedakan dirinya dengan kemampuannya untuk melakukan gerakan spesifik yang berkesinambungan dengan kompleksitas, intensitas, dan keahlian yang tinggi pada latar belakang musik yang berkelanjutan (Dobrescu & Dobreci, 2014)

Ciri-ciri senam menurut (Mahendra, 2001) adalah sebagai berikut: 1) Apik, rapi, pasti, dan anggun. 2) Gerakan ritmis dan harmonis. 3) Banyak menggunakan kemampuan fisik dan kemampuan motorik. 4) Menggunakan gerakan yang melatih kelentukan. 5) Menggunakan kegiatan yang menantang siswa untuk berjuang melawan dirinya sendiri. 6) Menggunakan kegiatan-kegiatan gerak yang ekspresif.

Menurut Federation International de Gymnastique (FIG) yang kemudian dikutip oleh (Mahendra, 2001) senam dibagi menjadi enam kelompok yaitu:

1) Senam Artistik (artistic gymnastics).

Senam artistik diartikan sebagai senam yang menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik untuk mendapatkan efek-efek artistik dari gerakan-gerakan yang dilakukan pada alat-alat, contohnya: lantai, kuda, pelana, gelang-gelang, kuda lompat, palang sejajar, palang tunggal. Senam artistik, disiplin kompetitif yang paling umum, melibatkan pesenam yang melakukan rutinitas pendek pada peralatan berbeda yang membutuhkan fleksibilitas dan kekuatan. Pada tingkat elit, pesenam dihadapkan pada beban yang intens, pelatihan 21-37 jam per minggu. Kombinasi keterampilan teknis, kompetensi fisik, dan beban latihan yang tinggi berarti pesenam kompetitif memiliki risiko cedera yang tinggi. Cedera pada kompleks pergelangan kaki menyumbang 17,9% dari semua cedera senam dan umumnya dilaporkan sebagai area yang paling sering cedera (Glynn et al., 2022)

2) Senam Ritmik Sportif (sportive ritmic gymnastics).

Senam irama merupakan senam yang terdiri dari komposisi gerak yang diantarkan melalui tuntunan irama musik dalam menghasilkan gerak-gerak tubuh. Peran penting lainnya dari musik adalah untuk mengiringi rutinitas olahraga yang terdiri dari unsur-unsur koreografi, seperti senam ritmik, renang sinkron, figure skating, seni bela diri dan sebagainya. Untuk kategori olahraga ini, musik sangat diperlukan dalam segala bentuk acara kompetisi dan memiliki pengaruh besar pada rutinitas individu. Keterampilan akrobatik atau gerakan tertentu dari para olahragawan tidak diragukan lagi memberikan kontribusi faktor kemenangan utama, tetapi korelasi antara koreografi dan musik secara tidak langsung mempengaruhi keseluruhan kinerja. Penonton dari berbagai bidang dan latar belakang mungkin atau mungkin tidak fokus pada masalah ini, tetapi dari perspektif musikologis kami berpendapat bahwa korelasi antara musik yang dipilih dan koreografi patut mendapat perhatian dalam keilmuan (Chiat & Ying, 2012).

3) Senam Akrobatik (acrobatic gymnastics).

Senam akrobatik adalah senam yang mengandalkan akrobatik dan tumbling, sehingga latihannya mengandung salto dan putaran yang harus mendarat ditempat-tempat sulit, misalnya mendarat di atas tangan atau bahu pasangan yang melakukan senam. Senam akrobatik biasanya dilakukan secara tunggal dan berpasangan. Kemampuan untuk menahan posisi statis yang sangat berbeda, baik terbalik maupun berdiri, menjadi ciri khas Senam Akrobatik [14,15]. Dalam olahraga beregu ini, pesenam melakukan postur statis individu (ditahan selama dua detik) dan posisi kelompok statis wajib (disebut piramida, ditahan selama tiga detik) dengan pasangan teratas dalam posisi berbeda di atas pesenam lainnya. Dua peran dibedakan selama pembentukan piramida; salah satu pesenam di pangkalan (base gymnast) sambil mendukung pasangannya di atas (top gymnast) [14] (Gómez-Landero et al., 2021).

4) Senam aerobic sport (sport aerobic gymnastics).

Senam aerobic sport merupakan senam yang berupa tarian atau kalestenik tertentu digabungkan dengan gerakan akrobatik yang sulit. Senam ini dilakukan empat kategori, yaitu: single putra, single putri, pasangan dan campuran. Mulai dari karakteristik aerobik, dan dari tuntutan yang semakin meningkat untuk sukses besar, "kinerja atletik yang tinggi tidak hanya dikondisikan oleh keterampilan fisik dan motorik, tetapi juga mental. Pesenam memiliki ciri-ciri kepribadian yang mendukung kegiatan tertentu, memiliki perilaku yang efektif mengenai adaptasi terhadap stres dan tuntutan yang berbeda, temperamen yang kuat, karakter yang kuat, pengetahuan diri, dan motivasi (Dobrescu et al., 2014).

Senam aerobik, cabang olahraga terbaru yang diperkenalkan oleh Federasi Senam Internasional dalam kompetisi resmi, merupakan salah satu cabang olahraga di mana Rumania selalu diakui di tingkat internasional, karena teknisi yang berharga yang secara permanen berinovasi isi sesi pelatihan, tetapi juga karena pesenam yang luar biasa, mampu meningkatkan potensi bio-motrik mereka dan akurasi teknik eksekusi. Sehubungan dengan ini, kami ingin menyebutkan kontribusi Marcela Fumea, Gabriel Popescu, Claudiu Varlam, pelatih Rumania yang diakui secara internasional, yang, dengan visi dan keuletan mereka, mulai tahun '95-an, mempromosikan cabang olahraga ini di tingkat nasional dan berkontribusi pada pengembangan senam aerobik di tingkat dunia, dengan kehadiran mereka dalam komite teknis di IGF atau dengan memasukkan beberapa elemen teknis yang sulit dalam Kode poin. (Mariana & Orlando, 2014).

5) Senam Trampolin (trompolin gymnastics).

Senam trompolin adalah senam yang menggunakan alat yang dinamakan trompolin. Trompolin adalah sejenis alat pantul yang terbuat dari rajutan kain yang dipasang pada kerangka besi berbentuk segi empat, sehingga memiliki daya pantul yang sangat besar.

6) Senam Umum (general gymnastics).

Senam umum merupakan sejenis senam diluar kelima jenis di atas. Contohnya: Senam Kebugaran Jasmani (SKJ), senam aerobik, dan lain-lain. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa senam merupakan gerakan ritmis yang mengandung unsur keindahan dan bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, kelincahan dan unsur-unsur kebugaran lainnya.

Karakteristik gerak dasar senam menurut (Fitri, 2010) keterampilan senam selalu dibangun di atas keterampilan dasar lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif

a) Keterampilan lokomotor Lokomotor diartikan sebagai gerak berpindah tempat, seperti jalan, lari, lompat, berderap, beringkat, leaping, skipping, dan sliding. Dalam senam, gerak-gerak di atas sangat penting digunakan, karena hakikatnya hampir seluruh keterampilan atau gerakan senam merupakan gerak lokomotor, seperti kip, handspring, baling-baling, atau flic-flac. Gerak lokomotor dalam senam terutama sangat diperlukan untuk menambah momentum horizontal, seperti berlari pada saat melakukan awalan. Gerak awalan ini diperlukan karena sebagian daya yang diperoleh dari adanya momentum ini digunakan untuk menyempurnakan gerak keterampilan senam itu sendiri. Untuk bisa memperoleh daya yang kuat, pesenam harus mengkontraksikan otot-ototnya untuk mengerahkan daya internal, yang kemudian digabungkan dengan daya eksernal yang bisa jadi dihasilkan dari alat yang dipakai, misalnya papan tolak. Melatih macam-macam keterampilan lokomotor, karenanya akan sangat berguna dalam menanamkan dasar pembentukan keterampilan senam. Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus dari pelatih agar macam-macam gerak lokomotor bisa diajarkan, terutama yang berkaitan dengan keterampilan senam.

b) Keterampilan non lokomotor Keterampilan nonlokomotor adalah gerak yang tidak berpindah tempat, mengandalkan ruas-ruas persendian tubuh yang membentuk posisi-posisi berbeda yang tetap tinggal di satu titik. Contoh-contoh gerakan nonlokomotor adalah melenting, meliuk, membengkok, dsb Dalam senam, keterampilan nonlokomotor banyak dipakai dalam gerak-gerak kalestenik, terutama yang berkaitan dengan pengembangan kelentukan. Demikian juga dengan sikap- sikap bertumpu dan keseimbangan statis, yang tidak perlu berpindah tempat. Justru dalam senam lah gerak-gerak nonlokomotor lebih banyak mendapat penekanan, karena berhubungan dengan penguasaan ketrampilan. Untuk mengambil manfaat yang optimal dari gerak-gerak nonlokomotor ini, proses pelatihan senam perlu ditekankan pada upaya mengembangkan kekuatan, kelentukan dan keseimbangan. Banyak variasi yang bisa dilakukan, baik dilakukan secara perorangan maupun berpasangan.

c) Keterampilan manipulatif Keterampilan manipulatif sering diartikan sebagai kemampuan untuk memanipulasi objek tertentu dengan anggota tubuh: tangan, kaki, atau kepala. Keterampilan yang termasuk ke dalamnya di antaranya adalah menangkap, melempar, memukul, menendang, mendribling, dsb. Dalam senam artistik, keterampilan ini jarang ditemui, kecuali bahwa beberapa alat perlu dipegang dengan tangan dan pesenam ―bermain-main di atasnya. Tetapi dalam senam ritmik, keterampilan manipulatif seolah menjadi ciri utamanya. Semua alat senam ritmik – bola, tali, pita, gada, dan simpai –keterampilannya didasarkan pada kemampuan memanipulasi semua alat itu; apakah dilemparkan kemudian ditangkap lagi, diputar, diayun, dipuntir, digelindingkan, dan banyak lagi, baik oleh tangan, oleh badan, bahkan oleh kaki sekalipun.

2.2.6 Senam Bedincak

Senam Bedincak merupakan salah satu senam irama dengan gerakan sederhana tetapi menggunakan power yang tepat dalam setiap gerakannya. Senam Bedincak merupakan gabungan gerakan tari Melayu dan gerakan olahraga (Disparbud, 2019).

Senam Bedincak dengan gerakan sederhana ini terinspirasi dari Tari Bedincak yang merupakan tarian Melayu khas Babel, yang tentu juga memerlukan power yang tepat dalam setiap gerakannya. Bedincak itu artinya bergoyang atau berjoget badan lincah dan rancak. Senam bedincak merupakan paduan dari gerakan tari “Dincak Dambus” khas urang melayu Bangka Belitung berpola dinamis dengan gerakan – gerakan senam ritmis yang sederhana.

Tarian senam bedincak dilengkapi dengan beragam unsur pendukung yang merupakan ciri khas daerah negeri serumpun sebalai Bangka Belitung diantaranya seperti lantuan irama musik, gerakan tari, memiliki sisipan unsur kebudayaan, tradisi dan sebagainya. Tarian senam bedincak ini memang tergolong baru karena pada bulan September dan Oktober tahun 2019, pemerintah provinsi kepulauan Bangka Belitung dengan gencarnya memperkenalkan senam ini ke seluruh masyarakat bangka belitung terutama pada instansi pemerintahan, sekolah sekolah, masyarakat umum melalui serangkain agenda, perlombaan dan sebagainya. Khususnya di Bangka Selatan Kecamatan Simpang Rimba di sekolah saya mengajar Senam Bedincak sudah dijadikan senam rutin setiap hari sabtu pagi. Selain itu, kegiatan tari kreatif mengajarkan, bukan hanya pengembangan kecerdasan yang mudah, otonomi kebebasan berekspresi dan kesadaran akan kondisi kerjasama tim yang baik. Program gerakan dan tari membuat anak mengalami dan mengambil manfaat dari pengalaman motorik yang kreatif dan kompleks, terlepas dari kemampuan mereka dan memberi anak-anak kesempatan. Gerakan adalah pengalaman dan komunikasi dari bentuk dasar (Lykesas et al., 2014).

Senam ini pertama kali dipopulerkan oleh Bapak Kapolda Babel Istiono Salah satu orang yang diajak oleh Brigjen Pol Istiono mengembangkan dan mengenalkan Senam Bedincak adalah praktisi seni Sukma Wijaya. Bahkan saat ini Sukma Wijaya terus "bergerilya" mengajarkan senam bedincak di berbagai instansi. Menurut Sukma Wijaya gerakan Senam Bedincak ini digarap bersama Rian Perkasa, seorang Sarjana Olahraga kelahiran Sungailiat yang juga atlit senam berprestasi Sedangkan Lagu Bedincak diciptakan oleh Artono dengan Vokalis Joe Askaband yg merupakan putra daerah asli Kenanga, Bangka (Marjaya, 2019).

Bedincak dapat diartikan menari ataupun bergoyang dalam bahasa melayu, dalam babak ini bedincak bermakna pengekpresian diri atas rasa suka cita dan bahagia dengan menari bersama-sama (Nugraha et al., 2021). Senam ini berdurasi 5 menit dan terdiri dari gerakan pembuka, gerakan pola 1, gerak rangkai pola, gerak dasar bedincak, gerak pola 2, gerak pola 3 dan gerakan penutup. Setiap gerakan terdiri dari 1x8 dan 2x 8 hitungan.

Berikut adalah langkah langkah gerakan senam bedincak menurut (Lusia et al., 2022) :

1) Gerakan Pembukaan

a) Diawali dengan gerakan jalan ditempat sambil mengayunkan tangan kedepan dada bergantian kanan dan kiri dengan ditekuk hitungan 2 x 8.

b) Kemudian lakukan gerakan kedidi (kaki ditekuk dan tangan direntangkan ke depan dan belakang 1x 8 hadap kanan dan 1x 8 hadap kiri) ditutup dengan gerakan penghormatan.

Gambar 2. 1 Gerakan Pembukaan

(sumber : youtobe eeg greeng)

2) Gerakan Pola 1

a) Melangkah ke samping sambil menekuk tangan kanan dan kiri secara bergantian ketika melangkah 2x dan melakukan gerakan pemisah dengan mengayunkan kaki ke depan dan belakang baru kemudian berganti kearah samping berikutnya dilakukan 4 x 8.

Gambar 2. 2 Gerakan Pola 1

(Sumber : Egg greeng)

3) Gerakan Rangkai Pola

a) Digunakan setiap habis melakukak gerakan pola 1, pola 2 dan pola 3.

b) Berjalan lenggak lenggok ke depan sambil menekuk tangan seperti gerakan pembukaan dengan hitungan 1 x 8.

c) Kemudian berganti dengan gerakan melangkah ke samping kanan dan kiri secara bergantian sambil mengangkat kedua tangan hitungan 1 x 8.

Gambar 2. 3 Gerakan Rangkai Pola

(Sumber : Egg greeng, 2019)

4) Gerakan Dasar Bedincak

a) Hadap kanan setiap 1 x 8 dirangkai dengan gerakan melangkah ke samping kanan dan kiri sambil bertepuk tangan dan diakhiri dengan gerakan lompatan kecil kekanan dan kekiri diiringi ayunan tangan.

Gambar 2. 4 Gerakan Dasar Bedincak

(Sumber : egg greeng, 2019)

5) Gerakan Pola 2

a) Terdiri dari 3 variasi gerakan.

b) Gerakan awal seperti gerakan dasar bedincak.

c) Kemudian maju ke depan salah satu tangan digenggam menekuk di depan dada dan satu lagi direntangkan ke samping, geraka ini dilakukan secara bergantian.

d) Diakhiri dengan gerakan melompat ke belakang sambil mengayunkan tangan ke samping atas secara bergantian.

Gambar 2. 5 Gerakan Pola 2

(Sumber : egg greeng, 2019)

6) Gerakan Pola 3

a) Maju ke depan sebanyak 4 langkah, saat langkah keempat bertepuk tangan ke atas dan kaki kanan kesamping kemudian dengan gerakan yang sama mundur ke belakang sebanyak 4 langkah ketika langkah keempat bertepuk tangan dan kaki kiri ke samping.

b) Melangkah ke samping kanan dengan mengayunkan tangan sebanyak 4 langkah, kemudian melangkah ke kiri dengan gerakan yang sama sebanyak 4 langkah.

c) Lakukan gerakan memutar ke kanan sampai hitungan keempat bertepuk tangan dan memutar kearah sebaliknya kemudian ditutup dengan gerakan gerakan kesamping kanan dan kiri kedua tangan dipinggang.

d) Gerakan a – c dilakukan 2 x 8.

Gambar 2. 6 Gerakan Pola 3

(Sumber : egg greeng, 2019)

7) Gerakan Penutup

a) Menggunakan gerakan kedidi memutar 2 x 8 dan diakhiri dengan gerakan penghormatan.

Gambar 2. 7 Gerakan Penutup

(Sumber : egg greeng, 2019)

Penilaian pada senam bedincak ini sama dengan senam ritmik pada umumnya yang memerlukan Harmonisasi gerak, teknik, dan kreasi penampilan. Biasanya pada ajang perlombaan Peserta dipersilahkan untuk membuat variasi dan formasi dengan ketentuan tidak merubah gerakan-gerakan inti pada senam bedincak. Senam bedincak dilakukan oleh sebuah tim Peserta berjumlah 10-15 orang (Putra atau putri, bisa juga dicampur dan senam bedincak ini sudah diperlombakan di Provinsi Bangka Belitung baik tingkat SD, SMP, Umum dan Instansi se- Kepulauan Bangka Belitung.

Keunggulan dari senam bedincak yaitu: (a) gerakannya mudah ditiru, (b) irama senam bedincak menggunakan lagu daerah yang mendepankan ke khasan daerah Bangka belitung, jadi sambil senam anak dapat bernyanyi dan sekaligus menjaga lagu daerah dan bahasa daerah, (c) gerakan-gerakan senam tersebut apabila dilakukan dengan teratur dapat meningkatkan kesehatan, kebugaran, motorik dan juga pertumbuhan fisik pada anak. Kelemahan pada senam bedincak tersebut gerakannya sangat bervariasi sehingga sulit bagi anak untuk menghafalkan gerakan pada senam bedincak tersebut.

Tujuan melakukan senam bedincak yaitu diharapkan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa dapat berolahraga dengan diiringi musik yang gembira sekaligus menjaga budaya daerah agar tetap dilestarikan dan dapat membina sifat percaya diri serta optimisme pada anak-anak. Gerakan-gerakan senam bedincak ini apabila dilakukan dengan teratur dapat meningkatkan kesehatan, kebugaran, motorik dan juga pertumbuhan fisik pada anak.

2.2.7 Senam PGRI

Senam PGRI merupakan program PGRI pusat untuk peningkatan kebugaran peserta didik di semua sekolah. Para guru olahraga diajarkan pemanasan, peregangan, inti, dan pendinginan. Senam PGRI ini jauh dari unsur goyang yang saat ini trend. Gerakan senam PGRI lebih tegas, simpel, dan sangat bermanfaat untuk kesehatan, Senam dengan durasi 16 menit tersebut, ditambahkannya, sangat baik dilakukan rutin setiap harinya. “Jika setiap hari dilakukan terus bisa melunturkan kolesterol. Selain itu bisa melatih kesehatan jantung” (Sultoni, 2017)

Senam PGRI merupakan program yang ditawarkan oleh Organisasi Profesi PGRI dalam membantu Pemerintah untuk membentuk karakter siswa. Jika siswa telah memiliki karakter yang telah diharapkan, maka pembelajaran dikelas lebih mudah, karena fisik dan mentalnya sehat. Tentu saja, senam ini akan membutuhkan sarana yang lebih baik jika dilakukan secara kolosal, seperti pengeras suara dan LCD proyektor. Namun kebersamaan dalam olahraga senam selalu menghasilkan karya nyata berupa peningkatan karakter siswa.

Senam PGRI adalah sebuah program yang dirancang oleh PGRI untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan seluruh guru dan siswa sekolah. Gerakan senam PGRI tidak sulit dan dapat dilakukan oleh semua orang. Meskipun begitu gerakan senam PGRI harus dilakukan dengan tegas dan penuh dengan totalitas. Hal ini perlu dilakukan agar manfaat dari senam PGRI dapat dirasakan secara maksimal oleh tubuh kita. Senam pgri merupakan senam yang termasuk ke dalam jenis senam umum.

Senam PGRI ini termasuk senam massal yang diwajibkan oleh pemerintah indonesia, khususnya untuk anak sekolah. Karena dalam senam PGRI ini mengandung suatu gerakan yg merelaksasi tubuh. Senam PGRI biasanya diringi oleh sebuah musik senam. Berbeda dengan senam kebugaran jasmani atau lainnya, untuk senam PGRI ini musik yang mengiringi terbilang khusus, astinya bukan diiringi dengan lagu daerah ataupun lagu yang sedang tren di zaman sekarang. Senam pgri biasanya dilaksanakan di sekolah-sekolah, khususnya jenjang sekolah dasar. Sering sekali senam PGRI dimainkan atau diajarkan kepada siswa jenjang sekolah dasar. Senam PGRI biasanya dilakukan dilapangan. Senam PGRI yang terbaru yaitu senam PGRI 2017.

a) Petunjuk umum pelaksanaan senam PGRI

1) Peserta haruslah orang sehat

2) Pelaksaan senam pgri haruslah bertahap, khususnya bagi orang - orang yang kurang aktif dalam berolahraga supaya menanyakan dulu kepada pelatih sebelum melaksanakan senam PGRI tersebut. Latihan harus secara teratur dan terarah.

3) Latihan yang diberikan harus aman, menyenangkan, serta memenuhi target yang diinginkan.

4) Apabila saat melakukan latihan Senam PGRI timbul rasa lelah berlebihan, pusing, kram otot, ataupun sesak nafas, maka latihan diistirahatkan terlebih dahulu. Lebih baiknya segera diperiksakan ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.

5) Peserta harus memakai pakaian olahraga yang pantas, agar terlihat seragam jika dilihat oleh orang lain, seragaman ini akan lebih enak untuk dipandang.

6) Bagi yang menginginkan lanjutan latihan senam PGRI maka dapat melanjutkan jumlah set latihan sesuai dengan yang ditetapkan.

b) Hakikat senam PGRI

Senam PGRI terdiri dari tiga bagian, yaitu pemanasan, inti, dan pendinginan. Keseluruhan waktu untuk melaksanakan senam PGRI yaitu 16 menit dengan perincian sebagai berikut : latihan pemanasan selama 5 menit, latihan inti selama 6 menit, latihan pendinginan selam 5 menit. Gerakan senam PGRI melatih semua gerakan tubuh, mulai dari kepala sampai dengan telapak kaki. Gerakannya sangat bervariasi, ada melangkah, melompat, jalan, dan juga tepuk tangan. Terdapat beberapa otot yang bisa dilatih pada senam PGRI ini yaitu meliputi : otot-otot leher, bahu, badan bagian atas, perut, pinggang, paha dan juga otot kaki.

c) Rincian gerakan senam PGRI

1) pemanasan

Gerakan ini dilakukan selama 5 menit, terdiri dari 13 gerakan. Tujuan dari gerakan pemanasan ini yaitu untuk mengkondisikan tubuh untuk siap dalam menerima gerakan yang lebih komplek dan tubuh lebih siap untuk menerima beban latihan pada tahap berikutnya. Aspek yang ditonjolkan pada gerakan pemanasan ini yaitu melatih mobilitas gerak sendi dan otot.

Gambar 2. 8 Gerakan Pemanasan

(Sumber : Commander Arthur, 2019)

2) gerakan inti

Gerakan inti dilakukan selama 6 menit terdiri dari 9 gerakan. Walaupun gerakannya lebih sedikit daripada gerakan pemanasan, pada gerakan ini setiap gerakan lebih lama dan lebih komplek. Terbilang lebih sulit daripada gerakan pemanasan. Gerakan inti bertujuan untuk melatih kerja jantung, paru - paru/kardiovaskuler),dan seluruh anggota tubuh serta otot-otot. Aspek yang dilakukan pada gerakan inti ini meliputi gerakan penguluran, keseimbangan, jalan, lari, lompat dan meloncat.

Gambar 2. 9 gerakan pendinginan

(Sumber : Commander Arthur, 2019)

3) gerakan pendinginan

Gerakan pendinginan ini dilakukan selama 5 menit, terdiri dari 4 gerakan. Pada gerakan pendinginan ini peserta lebih bisa mendalami gerakan, lebih bisa menghayati dari gerakan yang dilakukan. Tujuan dari gerakan pendinginan yaitu untuk mengembalikan fungsi fisik pada keadaan semula, ini ditandai dengan penurunan suhu tubhh, berkurangnya keringat, dan kinerja jantung bisa normal kembali.

Gambar 2. 10 Gerakan Penutup

(Sumber : Commander Arthur, 2019)

Gerakan Pemanasan Senam PGRI

Senam PGRI dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pemanasan, inti, dan pendinginan. Setiap tahapan dari gerakan senam PGRI mempunyai karakteristiknya sendiri-sendiri. Berikut ini contoh gerakan pemanasan senam PGRI:

Mengayunkan kedua tangan lurus kedepan kemudian diayunkan ke kanan dan kekiri. Lakukan gerakan ini beberapa kali secara perlahan-lahan. Jalan di tempat. Gerakan selanjutnya adalah dengan melakukan jalan di tempat. Gerakan jalan di tempat harus dilakukan dengan tegas dan mantap. Jalan di tempat kemudian menghadap kanan dan kiri. Gerakan jalan di tempat selanjutkan dikombinasikan dengan menghadap kanan dan kiri. Gerakan ini dapat dilakukan sebanyak 3-5 kali. Mengayunkan tangan ke depan. Masih pada posisi jalan ditempat. Tapi pada bagian ini kita kombinasikan dengan mengayunkan kedua tangan lurus kedepan. Setelah tangan naik sampai di depan dada, ayunkan tangan ke kanan ke kekiri dan kemudian turunkan. Lakukan gerakan ini 3 sampai 5 kali. 2.2.8 Latihan

Pengertian latihan yang berasal dari kata practice adalah aktifitas untuk meningkatkan keterampilan berolahraga dengan menggunakan beberapa peralatan sesuai dengan tujuan dangerakannya kebutuhan cabang olahraganya. Sehingga dalam berlatih agar dapat menguasai keterampilan gerak cabang olahraganya selalu dibantu dengan menggunakan berbagai peralatan pendukung (Sukadianto, 2005)

Latihan adalah aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri ciri fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan (Bompa, 1994).

Latihan adalah bagian dari fisik aktivitas yang direncanakan, terstruktur, dan berulang – ulang serta memiliki tujuan akhir atau menegah peningkatan atau memelihara kebugaran fisik. Kebugaran jasmani adalah seperangkat atribut yang bersambungan dengan kesehatan dan keterampilan yang dilakukan terus menerus tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Deifinisi ini ditawarkan sebagai kerangka interprestasi untuk membandingkan studi yang berkesinambungan aktivitas fisik, olahraga, dan kebugaran fisik hingga kesehatan (Caspersen et al., 1902). Tahun 1968, Kolonel Angkatan Udara Cooper menulis buku aerobik pertamanya, Aerobik, dan memicu revolusi kebugaran. Masyarakat memiliki pedoman bermacam-macam manfaat aktivitas fisik dan olahraga untuk meningkatkan atau memulihkan kesehatan dan fungsi. Dia memberikan pengembangan pengetahuan dan prinsip-prinsip latihannya di militer, bertujuan untuk tetap membuat tentara bugar dan sehat. Penelitiannya mengarah pada pengembangan tes kebugaran yang kita sudah pahami dengan baik: tes Cooper 12 menit (Boris, 2019).

Rekomendasi WHO agar melakukan selama rata-rata 60 menit aktivitas fisik sedang hingga kuat (MVPA) setiap hari untuk anak usia sekolah dan remaja agar menunjang pertumbuhan dan perkembangan maximal (Widyastari et al., 2022).

Senam meningkat tinggi dalam hal kinerjanya, Kesulitan elemen-elemen penyusunnya mampu mengesankan karena tingkat rutinitasnya, kombinasinya, serta keahlian eksekusi dan keanggunan gerakannya. Beberapa pendapat ahli mengatakan bahwa pelatihan senam dimulai dengan usia 5 - 6 tahun dengan sistematis. Dengan demikian, konten teknis yang sangat kaya dan beragam disorot berorientasi menuju pelatihan dasar yang lebih baik (Corlaci, 2014).

Senam Aerobik adalah kemampuan untuk melakukan gerakan kompleks yang dihasilkan oleh latihan aerobic tradisional, secara terus menerus, dengan intensitas tinggi, terintegrasi sempurna dengan soundtrack. Olahraga ini dilakukan dalam kondisi aerobik/anaerobik laktat dan mengharapkan eksekusi gerakan kompleks yang dihasilkan oleh latihan aerobik tradisional yang terintegrasi dengan unsur-unsur kesulitan yang dilakukan dengan tingkat teknis yang tinggi. Ketidaktepatan tentang olahraga ini terkait dengan nama itu sendiri "aerobik" karena Senam Aerobik tidak hanya menggunakan latihan aerobik selama kompetisi, karena latihan berlangsung antara 1'30" dan 1'45" dengan ritme tinggi (Raiola et al., 2013).

Jadi dari beberapa pendapat ahli tersebut latihan dapat diartikan sebuah aktivitas yang dilakukan secara terprogram dan dilakukan secara berulang ulang yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan individu maupun tim yang diarahkan pada ciri ciri fisiologis dan psikologis demi memenuhi sasaran yang telah ditentukan sesuai cabang olahraga masing – masing.

Beberapa komponen yang secara langsung berpengaruh terhadap hasil latihan menurut (Bompa, 1994)yang secara ringkas penulis sajikan sebagai berikut:

1) Volume latihan.

Volume latihan adalah jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam tiap sesi latihan, karena itu secara integral volume latihan selalu berhubungan dengan waktu kerja efektif, jarak, tegangan yang dapat diselesaikan, dan jumlah pengulangan suatu bentuk latihan atau elemen teknik dalam waktu tertentu. Dalam kegiatan latihan volume tertinggi adalah pada TPU-TPK. Dalam uraian di atas nampak antara kerja dan waktu mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan dalam latihan. Karena itu bila seorang pelatih ingin memperbaiki atau meningkatkan kualitas penampilan atletnya, terutama untuk cabang olahraga yang dominan aerobik harus selalu memperhitung jumlah aktivitas kerja fisik yang dilakukan dalam satuan waktu tertentu. Sebagai gambaran jumlah jam latihan atlet top dunia yang menempati urutan 1-20 umumnya lebih dari 1000 jam per tahun. Atlet yang memersiapkan diri untuk kejuaran internasional memerlukan 800 jam latihan per tahun. Atlet nasional minimal memiliki 600 jam latihan per tahun.

2) Intensitas latihan.

Intensitas latihan lebih mengarah kepada berat atau ringanya kegiatan fisik yang dilakukan atlet dalam setiap sesi latihan, umumnya berhubungan dengan satuan waktu dan kecepatan. Kemudian dapat juga dinyatakan dalam bentuk kilogram. Untuk menentukan intensitas kerja suatu cabang olahraga dalam latihan yang paling penting diperhatikan adalah sistem kerja fisologis atau sistem energy kecabangan. Secara umum dapat dikatagorikan sebagai berikut; (a) Dominan aerobik, (b) Dominan anaerobik, dan (c) Gabungan aerobik dengan anerobik. Sedangkan untuk mengetahui/menentukan tinggi atau rendah intensitas latihan prinsip dasarnya dapat menggunakan Tabel 2.1.

Tabel 2. 2 Intensitas Latihan Kecepatan dan Kekuatan

Tabel 2. 3 Lima Zona Intensitas Olahraga Siklis

Tabel 2. 4 Empat Zona Intensitas Berdasarkan Denyut Nadi Latihan

2.2.8.1 Tujuan Latihan

Tujuan utama dari latihan adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasi olahraganya semaksimal mungkin. (Takudung, 2006) tujuan umum latihan antara lain :

1) Untuk mencapai dan meningkatkan perkembangan fisik secara multiteral.

2) Untuk meningkatkan dan mengamankan perkembangan fisik yang spesifik, sesuai dengan kebutuhan olahraga yang ditekuni.

3) Untuk menghasilkan dan menyempurnakan tekhnik dari cabang olahraganya.

4) Untuk meningkatkan dan menyempurnakan tekhnik maupun strategi yang diperlukan.

5) Untuk mengolah kualitas kemampuan.

6) Untuk menjamin dan mengamankan persiapan inidividu maupun tim secara optimal.

7) Untuk memperkuat tingkat kesehatan tiap atlet.

8) Untuk mencegah cedera.

9) Untuk meningkatkan pengetahuan teori.

Pembelajaran gerak adalah serangkaian proses yang dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubaban-perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil (Richard, 1991). Secara umum, definisi yang diajukan di atas, mengandung 3 aspek penting sebagai berikut:

1) Belajar merupakan Pengaruh Latihan atau Pengalaman Perkembangan kemampuan memang bisa berkembang tanpa dilatih. Kemampuan tersebut berkembang misalnya, karena pengaruh kematangan dan pertumbuhan. Perubahan kemampuan semacam ini tentu akan meningkatkan keterampilan, walaupun hanya sampai pada batas minimal. Contoh sederhana kasus ini adalah keterampilan berlari. Tanpa berlatih dalam arti sebenarnya, kemampuan berlari tetap akan berkembang karena adanya pengaruh kematangan. Siapapun anak yang normal pasti akan menguasai keterampilan berlari tanpa harus berlatih. Namun perlu dipertanyakan sampai dimanakah tingkat keterampilan ini bisa berkembang jika tidak dilatih khusus. Perubahan keterampilan anak karena faktor kematangan anak, jelas tidak bisa dikatakan sebagai hasil belajar. Hal ini disebabkan perubahan tersebut bukan karena hasil dari latihan. Dalam definisi di atas dikatakan bahwa perubahan yang terjadi harus melibatkan adanya latihan atau pemberian pengalaman tertentu.

2) Belajar Tidak Langsung Teramati Ketika latihan berlangsung, terjadi banyak perubahan dalam system saraf pusat. Perubahan tersebut terjadi karena penganyaman berbagai kemampuan dan pengalaman gerak dalam sistem memori otak. Proses inilah yang biasanya memantapkan perubahan yang terjadi agar relatif menetap. Proses demikian umumnya tidak bisa langsung teramati. Apa yang bias dilakukan adalah dengan cara melihat perubahan-perubahan yang terjadi lewat penampilan geraknya. Latihan menyebabkan berubahnya "papan panel" di dalam otak yang berkaitan dengan program gerak, sehingga gerakan yang ditampilkan tampak lebih baik.

3) Perubahan yang Terjadi Relatif Melekat

Agar perubahan yang terjadi dalam penampilan dianggap sebagai hasil belajar, perubahan tersebut harus melekat. Ini perlu ditekankan, sebab hanya berpedoman pada perubahan yang terlihat dalam penampilan bias menyesatkan. Banyak perubahan dalam penampilan terjadi oleh sebab lain yang sifatnya hanya sementara, seperti oleh kelelahan, obat-obatan, atau kondisi lingkungan.Perubahan dalam diri individu yang bersifat sementara secara umum dapat diibaratkan sebagai air. Air akan mendidih jika dipanaskan, sehingga bentuknya pada saat itu berubah dari bentuk semula. Akan tetapi ketika air itu dingin kembali, ujudnya akan kembali berubah menjadi air yang tenang. Ketika dilihat, tidak ada ciri apapun yang bisa menandai bahwa air itu pernah berubah. Pengibaratan ini sama seperti seorang individu yang berubah penampilannya secara kebetulan, sehingga ketika saat lain penampilannya diamati, sudah tidak berbekas lagi. Orang yang berubah penampilannya sebagai hasil dari latihan, diibaratkan sebagai telur. Telur akan matang jika direbus. Telor yang sudah matang, wujudnya sudah berubah total dari keadaannya semula. Dan perubahan itu tetap melekat walaupun telor itu didinginkan kembali. Artinya, telor itu sudah berubah dari telur mentah menjadi telur matang. Ini mempersyaratkan bahwa orang yang belajar sebaiknya mengikuti perumpamaan telur di atas. Proses belajar akan merubahnya menjadi orang yang benar-benar baru. Luarnya tetap sama, tetapi kemampuannya sudah berubah. Kemanapun orang itu pergi, dalam kondisi apapun ia berada, kemampuannya tetap melekat. Adalah penting untuk meyakini bahwa faktor latihanlah yang akan mempengaruhi penampilan secara menetap. Perubahan kemampuan itu akan menjadi ciri dari orang bersangkutan yang akan berguna ketika suatu waktu dibutuhkan. Kemampuan yang baru itu akan terbawa kemanapun orang yang bersangkutan berpindah tempat.

2.2.8 Pembelajaran Di Sekolah Dasar

Siswa Sekolah Dasar (SD) pada hakikatnya memiliki keinginan untuk selalu bergerak, karena bergerak adalah kebutuhan penting, bergerak dan bermain adalah sebagian waktu yang akan mereka habiskan. Berbagai bentuk gerakan yang dilakukan siswa merupakan dasar dalam pengetahuan sikap, dan keterampilan gerak (kognitif, afektif dan psikomotorik). Keterampilan dan pengalaman didapatkan siswa dari kesempatan yang cukup untuk mencoba berbagai bentuk gerakan hendaknya guru memberikan porsi itu. (Naheria et al., 2015). Perlunya pembentukan kelas buadaya fisik, karena kebugaran fisik, tingkat kesehatan , kesiapan teoritis dan mental anak-anak yang berbeda untuk mengatasi masalah utama dari proses pendidikan (Amiranovich et al., 2017).

Siswa Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang paling dasar dalam pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar dilaksanakan dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Masa sekolah dasar, merupakan periode keserasian bersekolah, artinya anak sudah matang untuk bersekolah. Adapun kriteria keserasian bersekolah adalah sebagai berikut :

1) Anak harus dapat bekerjasama dalam kelompok dengan teman-teman sebaya, tidak boleh bergantung pada ibu, ayah atau anggota keluarga lain yang dikenalnya.

2) Anak memiliki kemampuan sineik-analitik, artinya dapat mengenal bagian-bagian dari keseluruhannya, dan dapat menyatukan kembali bagian-bagian tersebut.

3) Secara jasmaniah anak sudah mencapai bentuk anak sekolah.

Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas atau dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, diantaranya, perbedaan intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak. Anak usia sekolah dasar merupakan individu yang sedang berkembang, barang kali tidak perlu diragukan keberaniannya. Setiap anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental mengarah yang lebih baik. (Septyaning Lusianti, 2019)

Masa usia sekolah dasar sering disebut intelektual atau masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif, anak-anak lebih mudah untuk di didik dari pada masa sebelum dan sesudahnya (Yusuf, 2004). Masa ini diperinci lagi menjadi dua fase, yaitu:

a) Masa kelas-kelas rendah skolah dasar, kira-kira usia 6 atau 7 tahun sampai 9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak pada masa ini antara lain: 1) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi (apabila jasmaninya sehat banyak prestasi yang diperoleh). 2) Sikap tunduk pada peraturan-peraturan permainan yang tradisional. 3) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri (menyebut namanya sendiri). 4) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain. 5) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal maka soal itu dianggap tidak penting. 6) Pada masa ini (terutama anak usi 6-8 tahun) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya pantas diberi nilai baik atau tidak.

b) Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira usia 9 atau 10 sampai 12 atau 13 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada usia ini adalah: 1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis. 2) Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar. 3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori faktor ditafsikan sebagai nilai menonjolnya faktor-faktor (bakat khusus). 4) Sampai usia kira-kira 11 tahun anak membutuhkan seorang guru atau orang-orang dewasa lainya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tuganya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya. 5) Pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah. 6) Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan itu 16 anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang tradisional (yang sudah ada), membuat peraturan sendiri.

Karakteristik pada anak pada usia sekolah dasar terbagi menjadi tujuh fase, yaitu: perkembangan intelektual, perkembangan bahasa, perkembangan sosial, perkembangan emosi, perkembangan moral, perkembangan penghayatan keagamaan dan perkembangan motorik (Yusuf, 2004). Dari tujuh fase tersebut dapat disimpulkan bahwa masa anak usia sekolah dasar ini adalah masa-masa yang sangat penting karena pada masa ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah pemikiran kongkrit dan rasioal (dapat diterima akal), sehingga segala bentuk perkembangan, baik perkembangan dalam bentuk fisik, mental dan sosial terjadi pada masa usia sekolah dasar ini akan menjadi masa persiapan dan penyesuaian diri terhadap kehidupan dimasa dewasa nanti. Pada masa sekolah dasar anak diharapkan memperoleh pengetahuan dasar yang sangat penting (esensial) bagi persiapan dan penyesuaian diri terhadap kehidupan dimasa dewasa. Masa ini juga disebut masa suka berkelompok karena bagi anak usia ini berkelompok sebaya sangat berarti baginya, dan sangat medambakan penerimaan oleh kelompoknya, baik dalam penampilan maupun dalam ungkapan diri (bahasa) dan cenderung meniru kelompok sebaya. Kesehatan anak usia sekolah paling penting tentang masalah medis-sosial, karena potensi intelektual negara dan pembentukan tenaga kerja mempengaruhinya. perlunya perbaikan kondisi perkembangan anak-anak harus dijadukan prioritas sebagai prasyarat demografis negara yang menguntungkan dan masa depan sosial-ekonomi. Selain itu, perlu untuk menganggapnya sebagai masalah signifikansi nasional, yang membutuhkan solusi paling terdepan (Andrieieva et al., 2017).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia sekolah dasar adalah Proses perkembangan individual yang melibatkan anak dalam usia emas (golden age). Anak pada golden age tidak boleh terabaikan tanpa pendidikan yang berkualitas, sebab pada golden age itulah potensi perkembangan anak seperti motorik kasar terbentuk dengan baik. Proses pembelajaran melalui aktivas senam irama bedincak sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak dengan memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak. Adapun anak usia siswa SD dalam penelitian Pengaruh Latihan Senam Bedincak dan Senam PGRI Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Siswa Laki-Laki dan Perempuan SD Di Kecamatan Simpang Rimba Usia 11-15 Tahun (Kelas 6 SD Kecamatan Simpang Rimba) yang dimana anak tersebut akan diikutertakan dalam aktivitas gerak senam bedincak dan senam PGRI lewat pemilihan sampelnya adalah sebagian kelas 6 SD di kecamatan simpang rimba.

2.3 Kerangka Berpikir

Senam irama merupakan aktivitas fisik yang menyenangkan yang bertujuan menyehatkan tubuh serta menjadi kontak antara guru dan siswa di sekolah dalam rangka mencapai tujuan tertentu yakni tujuan pendidikan dan pengajaran. Dalam proses ini bukan hanya guru yang aktif memberi aktivitas senam dalam perkembangan motorik siswa sedangkan siswa secara pasif menerimanya, melainkan keduanya harus aktif. Karena ketika anak mengikuti gerakan senam dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas senam yang dilakukan tersebut.

Dunia anak adalah dunia bermain, tapi tidak semua anak menyukai semua permainan meskipun pada awalnya ia suka dengan permainan tersebut, tapi seiring berjalannya waktu pasti ada titik jenuhnya. Dengan keterbatasannya permainan yang diminati anak untuk mengembangkan motorik kasar sehingga membuat anak merasa jenuh dengan permainan yang diterapkan maka peneliti mengusulkan senam irama tradisional daerah yaitu senam bedincak dan senam PGRI untuk mengembalikan motivasi anak dalam aktivitas gerak yang pasif selama pandemi, karena senam ini diharapkan dapat menjadi sebuah solussi yang tepat dalam perkembangan gerak siswa kelas 6 di SD Kecamatan Simpang Rimba sehingga menjadi lebih aktif yang berakibat pada perkembangan motorik kasar anak seperti: berlari, berjalan, melompat, meloncat, mendarat, berbelok, berputar, memukul, dan menghentikan. Serta melakukan kemampuan gerak lokomotor dengan sempurna digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau untuk mengangkat tubuh, melakukan kemampuan gerak non-lokomotor dengan lincah dilakukan ditempat tanpa ada ruang gerak yang memadai, dan melakukan kemampuan gerak manipulatif dengan baik dikembangkan ketika anak tengah menguasai macam-macam objek.

Masalah :

Kurangnya antusias anak dalam melakukan gerakan dalam membentuk perkembangan motorik kasar. Serta kurangnya bentuk latihan

Kerangka Berpikir

Obatnya/mekanisme :

Dengan menerapkan senam bedincak dan senam PGRI diharapkan motorik kasar dan motoric halus anak dapat berkembang maksimal sesuai harapan.

Penyebab :

Anak tidak fokus pada saat melakukan senam bedincak yang dilakukan setiap sabtu dikarenakan anak merasa jenuh dan bosan karena dilakukan secara berulang-ulang.

Output : • Anak melakukan kemampuan gerak lokomotor dengan sempurna untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau untuk mengangkat tubuh (berlari, berjalan, melompat, meloncat).

• Anak melakukan kemampuan gerak non-lokomotor dengan lincah dilakukan ditempat, tanpa ada ruang gerak yang memadai (mendarat, berbelok, berputar).

• Anak melakukan kemampuan gerak manipulatif dengan baik dikembangkan ketika anak tengah menguasai macam-macam objek (memukul, dan menghentikan.

Gambar 2. 11 Peta konsep kerangka berpikir dalam penelitian

2.4 Hipotesis Peneliitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1) Terdapat perbedaan pengaruh Latihan Senam Bedincak dan Senam PGRI terhadap perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan

2) Terdapat perbedaan pengaruh jenis kelamin Laki-Laki dan Perempuan terhadap perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan.

3) Terdapat interaksi antara Pengaruh Latihan Senam dan Jenis Kelamin Terhadap Perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan pretest- posttest design. Prosedur penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan bentuk Two Factor Design. Desain factor ini sering disebut dengan factorial 2 x 2. Perlakuan disusun sedemikian rupa sehingga setiap individu dapat menjadi subjek bersamaan dalam dua faktor yang berbeda yang setiap faktornya terdiri atas beberapa level. Data dalam penelitian ini disusun suatu kerangka desain penelitian dengan rancangan factorial 2 x 2 yang digambarkan sebagai berikut :

Tabel 3. 1 Ordinal Pairing

Jenis Kelamin

(B)

Model Latihan (A)

Latihan Senam Bedincak (A1)

Latihan Senam PGRI (A2)

Laki – Laki (B1)

AIB1

A2B1

Perempuan (B2)

A1B2

A2B2

Keterangan : A1 B1 : Kelompok yang berjenis kelamin laki-laki dilatih dengan menggunakan model latihan senam bedincak. A2 B1 : Kelompok yang berjenis kelamin laki-laki dilatih dengan menggunakan model latihan senam PGRI.

A1 B2 : Kelompok yang berjenis kelamin perempuan dilatih menggunakan model latihan senam bedincak. A2 B2 : Kelompok yang berjenis kelamin perempuan dilatih menggunakan model latihan senam PGRI.

Penelitian ini seluruh subjek pertama diberikan tes awal atau pretest. Setelah itu subjek diberikan perlakuan (treatment) berupa Senam Bedincak dan Senam PGRI sebanyak 16 kali dengan frekuensi latihan Senam bedincak 3 kali per pertemuan dengan total durasi 16 menit banding 1 kali latihan senam PGRI dengan durasi 16 menit perlakuan. Setelah subjek yang diberi perlakuan selanjutnya seluruh subjek atau sample dilakukan tes akhir atau posttest.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode ini digunakan untuk mengetahui pengaruh atau sebab dan akibat dari suatu perlakuan. menurut (Sugiyono, 2013) “metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.

Metode ini kita melakukan suatu perlakuan (treatment) sehingga mendapatkan hasil penelitian. Berdasarkan sifat dari metode ini bahwa dalam metode eksperimen ada dua faktor yang dicobakan, dalam hal ini faktor yang dicobakan dan merupakan variabel bebas dalam bentuk latihan senam Bedincak dan senam PGRI untuk mengetahui pengaruh dan perbedaanya terhadap peningkatan motorik kasar dan motorik halus. Penelitian ini memfokuskan pada kemampuan motorik kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar di Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan teknik tes sebagai alat pengumpulan data. Penelitian ini diadakan di Sekolah Dasar Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan. Teknik Tes untuk mengukur kemampuan motorik kasar yang digunakan yaitu Tes shuttle run 4x10 meter, lempar tangkap bola tenis , lari 30 meter, tes strok stand positional balance. Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi produk moment.

Penelitian kontribusi adalah perbaikan dari metode, ilmu pengetahuan, cara, model dan algoritma. Hal tersebut sering disebut method improvement yang dilakukan oleh peneliti. Jadi pada intinya kontribusi penelitian adalah kontribusi kepada pengetahuan yang mencakup penyempurnaan atau perbaikan yang dilaksanakan, atau kontribusi kepada orisinalitas atau kebaruan pada penelitian yang sedang dilaksanakan.

Hasil penelitian kontribusi dalam penelitian ini adalah latihan senam bedincak yaitu senam gabungan antara tarian dan gerakan olahraga artinya metode latihan ini adalah hal yang baru dalam penelitian ini sebab pada umumnya senam yang biasa digunakan dalam sebuah penelitian untuk melatih motorik kasar adalah gerakan senam irama pada umumnya yang sangat berbeda dengan senam bedincak yang selain melatih motorik kasar namun juga dapat memperkenalkan kekhasan daerah Bangka Belitung dan juga memiliki dasar dari gerakan tarian daerah. Jadi kesimpulannya judul penelitian ini adalah kontribusi penelitian pada metode.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 6 SD Simpang Rimba 11-15 Tahun Kabupaten Bangka Selatan yang berjumlah 472 orang yang terbagi 259 Laki Laki dan 213 Perempuan.

Tabel 3. 2 Jumlah Siswa SD Se kecamatan Simpang Rimba

No.

Nama Sekolah

JML ROMBEL

JML RUANG KELAS

JUMLAH MURID

LAKI - LAKI

PEREMPUAN

1.

SDN 1 SP. RIMBA

12

9

27

22

2.

SDN 2 SP. RIMBA

5

6

13

4

3.

SDN 3 SP. RIMBA

12

12

29

10

4.

SDN 4 SP. RIMBA

6

6

9

8

5.

SDN 5 SP. RIMBA

9

8

17

16

6.

SDN 6 SP. RIMBA

14

14

41

38

7.

SDN 7 SP. RIMBA

10

11

18

15

8.

SDN 8 SP. RIMBA

17

14

40

27

9.

SDN 9 SP. RIMBA

12

12

22

26

10.

SDN 10 SP. RIMBA

8

8

16

11

11.

SDN 11 SP. RIMBA

15

12

27

36

12.

SDN 12 SP. RIMBA

4

4

JUMLAH

125

116

259

213

472

(Sumber : Korwil Simpang Rimba Bangka Selatan)

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Mengingat populasi relatif banyak, maka sebagian populasi dijadikan sampel. Sampel penelitian ini sebagian dari siswa kelas 6 SD Simpang Rimba 11-15 Tahun Kabupaten Bangka Selatan, berjumlah 60 orang terdiri dari 3 sekolah di Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan yaitu SD Negeri 9 Simpang Rimba sebanyak 20 siswa, SD Negeri 10 Simpang Rimba sebanyak 20 siswa, SD Negeri 11 Simpang Rimba sebanyak 20 siswa. Dalam penelitian teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik perekrutan sampel sesuai kebutuhan yang diperlukan dalam penelitian dan bedasarkan jenis kelamin. Sampel yang diambil harus memenuhi ketentuan guna memenuhi tujuan penelitian. Ketentuan untuk menjadi sampel adalah diantaranya sebagai berikut :

1) Laki-Laki dan Perempuan

2) Siswa Laki-Laki dan Perempuan SD Di Kecamatan Simpang Rimba Usia 11-15 Tahun (Kelas 6 SD Kecamatan Simpang Rimba)”

3) Bersedia untuk menjadi sampel dan mengikuti program latihan yang diberikan Teknik dalam sampel ini diawal dengan pemberian tes kepada sampel yang berjumlah 138 orang dengan tes mengukur kemampuan motorik atau tes motor ability untuk mengetahui kemampuan motorik masing-masing subyek. Kemudian dari hasil ranking tes tersebut diambil 30 siswa yang berkelamin perempuan (perlakuan 1 dan 2) dan 30 siswa yang berkelamin laki - laki (perlakuan 1 dan 2), Kelompok A senam bedincak dan senam PGRI yang terdiri dari 30 siswa yang berkelamin perempuan dan kelompok B senam bedincak dan senam PGRI yang terdiri dari 30 siswa yang berkelamin laki – laki. Masing - masing kelompok diberikan metode latihan senam bedincak, senam PGRI, sehingga terbentuk 2 kelompok eksperimen.

Tabel 3. 3 Jumlah Sampel Siswa Kelas 6 SD se Kecamtan Simpang Rimba

No

Nama Sekolah

Laki - Laki

Perempuan

Jumlah

Keterangan

1

SD Negeri 9 Simpang Rimba

10

10

20

Perlakuan 1 dan 2

2

SD Negeri 10 Simpang Rimba

10

10

20

Perlakuan 1 dan 2

3

SD Negeri 11 Simpang Rimba

10

10

20

Perlakuan 1 dan 2

Total

30

30

60

Sumber : Data Observasi SD se Kecamatan Simpang Rimba 2022

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).

3.3.1 Variabel Bebas (Independent)

1) Variabel manipulatif yaitu jenis senam yang terdiri dari dua taraf yaitu :

(i) Latihan senam bedincak

(ii) Latihan senam PGRI

2) Variabel bebas atributif (yang dikendalikan) dalam penelitian ini yaitu terdiri dari :

(i) Laki-Laki

(ii) Perempuan.

3.3.2 Variabel Terikat (Dependent)

Penelitian ini variabel terikatnya (dependen) terdiri dari Motorik Kasar dan tes motor ability (Y). Dalam penelitian ini untuk mengukur kemampuan motorik anak kelas 6 mengacu pada tes motor ability untuk sekolah dasar yang meliputi tes shuttle Run 4 x 10 meter untuk mengukur kelincahan, Tes lempar tangkap bola jarak 1 meter dengan tembok untuk mengukur koordinasi, Tes stork Stand position balance untuk mengukur keseimbangan, Tes lari cepat 30 meter untuk mengukur kecepatan.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasionl variabel dari masing-masing variabel penelitian perlu dijelaskan agar tidak menimbulkan penafsiran berbeda :

1) Senam Bedincak merupakan salah satu model senam irama dengan gerakan sederhana tetapi setiap gerakannya menggunakan power yang tepat. Gerakan tari Melayu dan gerakan olahraga adalah gabungan dari Senam Bedincak. Senam bedincak ini dilakukan sebanyak 16 kali pertemuan seminggu 3 kali pertemuan dengan frekuensi latihan Senam bedincak 3 kali per pertemuan dengan total durasi 16 menit. Sebab senam bedincak memiliki durasi 5,28 menit .

2) Senam PGRI merupakan senam massal yang diwajibkan oleh pemerintah indonesia, khususnya untuk anak sekolah. Karena dalam senam PGRI ini mengandung suatu gerakan yg merelaksasi tubuh. Senam PGRI biasanya diringi oleh sebuah musik senam. Senam PGRI ini dilakukan sebanyak 16 kali pertemuan seminggu 3 kali pertemuan dengan frekuensi latihan Senam bedincak 1 kali per pertemuan dengan total durasi 16 menit.

3) Motorik kasar adalah aktivitas dengan menggunakan otot-otot besar, meliputi gerak dasar lokomotor, non lokomotor dan manipulatif. Gerakan motorik kasar merupakan bagian dari aktivitas yang mencakup keterampilan otot-otot besar, dengan mengutamakan kekuatan fisik dan keseimbangan. Misalnya pada gerak lokomotor berjalan, berlari, melompat. Sedangkan pada gerak non lokomotornya terdapat gerakan memutar, menggeleng, membungkuk, mengayun.

3.4.1 Program Latihan

Kelompok Eksperimen 1 : Latihan Senam Bedincak dan Senam PGRI kelompok yang berkelamin Perempuan. Kelompok Eksperimen 2 : Latihan Senam Bedincak dan Senam PGRI kelompok yang berkelamin Laki-Laki

No

PERTEMUAN

EKSPERIMEN 1

EKSPERIMEN 2

1.

Pertemuan I

Tes Awal

Tes Awal

2.

Pertemuan II Senin/ 18 Juli 2022 ( 15:00- selesai )

Pertemuan III Rabu / 20 Juli 2022 ( 15:00- selesai )

Pertemuan IV Jumat / 22 Juli 2022 ( 15:00- selesai )

Pertemuan V Minggu / 24 Juli 2022 ( 15:00- selesai )

1. Pendahuluan

1) Dibariskan

2) Doa

3) Penjelasan materi latihan

4) Berlari keliling lapangan 2 kali

5) Pemanasan

2. Latihan Inti

Latihan Senam Bedincak (3 Set)

Istirahat 3 menit.

1. Pendahuluan

1) Dibariskan

2) Doa

3) Penjelasan materi latihan

4) Berlari keliling lapangan 2 kali

5) Pemanasan

2. Latihan Inti

Latihan Senam Bedincak ( 3 Set) Istirahat 3 menit

Latihan Senam PGRI (1 Set)

3. Penutup

1) Colling Down

2) Koreksi/evaluasi

Latihan Senam PGRI (1 Set)

3. Penutup

1) Colling Down

2) Koreksi/evaluasi

3.

Pertemuan VI Selasa / 26 Juli 2022 ( 15:00- selesai )

Pertemuan VII Kamis / 28 Juli 2022 ( 15:00- selesai )

Pertemuan VIII Sabtu / 30 Juli 2022 ( 15:00- selesai )

Pertemuan IX Senin / 1 Agustus 2022 ( 15:00- selesai )

Pendahuluan

1) Dibariskan

2) Doa

3) Penjelasan materi latihan

4) Berlari keliling lapangan 2 kali

5) Pemanasan

Latihan Inti

Latihan Senam Bedincak (6 Set)

Istirahat 3 menit.

Pendahuluan

1) Dibariskan

2) Doa

3) Penjelasan materi latihan

4) Berlari keliling lapangan 2 kali

5) Pemanasan

Latihan Inti

Latihan Senam Bedincak ( 6 Set) Istirahat 3 menit

Latihan Senam PGRI (2 Set)

4. Penutup

1) Colling Down

2) Koreksi/evaluasi

Latihan Senam PGRI (2 Set)

4. Penutup

1) Colling Down

2) Koreksi/evaluasi

4.

Pertemuan X Rabu / 3 Agustus 2022 ( 15:00- selesai )

Pertemuan XI Jumat / 5 Agustus 2022 ( 15:00- selesai )

Pertemuan XII Minggu / 7 Agustus 2022 ( 15:00- selesai )

Pertemuan XIII Selasa / 9 Agustus 2022 ( 15:00- selesai )

Pendahuluan

1) Dibariskan

2) Doa

3) Penjelasan materi latihan

4) Berlari keliling lapangan 2 kali

5) Pemanasan

Latihan Inti

Latihan Senam Bedincak (9 Set)

Istirahat 3 menit.

Pendahuluan

1) Dibariskan

2) Doa

3) Penjelasan materi latihan

4) Berlari keliling lapangan 2 kali

5) Pemanasan

Latihan Inti

Latihan Senam Bedincak ( 9 Set) Istirahat 3 menit

Latihan Senam PGRI (3 Set)

Penutup

1) Colling Down

2) Koreksi/evaluasi

Latihan Senam PGRI (3 Set)

Penutup

1) Colling Down

2) Koreksi/evaluasi

5.

Pertemuan XIV Kamis / 11 Agustus 2022 ( 15:00- selesai )

Pertemuan XV Sabtu / 13 Agustus 2022 ( 15:00- selesai )

Pertemuan XVI Senin / 15 Agustus 2022 ( 15:00- selesai )

Pertemuan XVII Rabu / 17 Agustus 2022 ( 15:00- selesai )

Pendahuluan

1) Dibariskan

2) Doa

3) Penjelasan materi latihan

4) Berlari keliling lapangan 2 kali

5) Pemanasan

Latihan Inti

Latihan Senam Bedincak (12 Set)

Istirahat 3 menit.

Pendahuluan

1) Dibariskan

2) Doa

3) Penjelasan materi latihan

4) Berlari keliling lapangan 2 kali

5) Pemanasan

Latihan Inti

Latihan Senam Bedincak ( 12 Set) Istirahat 3 menit

Latihan Senam PGRI (4 Set)

Penutup

1) Colling Down

2) Koreksi/evaluasi

Latihan Senam PGRI (4 Set)

Penutup

1) Colling Down

2) Koreksi/evaluasi

5.

Pertemuan XVIII

Jumat / 19 Agustus 2022 ( 15:00- selesai )

Tes Akhir

Tes Akhir

3.5 Validitas Rancangan

Validitas penelitian adalah kemampuan suatu penelitian untuk mengungkapkan secara tepat mengenai apa yang ingin diteliti. Validitas penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu validitas eksternal dan validitas internal

1) Validitas Eksternal

Validitas eksternal penelitian mengacu pada sejauh mana suatu hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Dengan kata lain, validitas eksternal menyangkut tingkat (kualitas) kerepresentatifan hasil penelitian digeneralisasikan pada populasinya. Sehubungan dengan hal itu, ada beberapa ancaman terhadap validitas eksternal perlu diperhatikan, sebagai berikut :

(1) Subjek

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling

(2) Pre Test Sensivity

Penelitian ini menggunakan purposive sampling yang telah ditentukan secara sengaja untuk menentukan sampel dan untuk mendapatkan homogenitas sampel. Menggunakan hasil pre test test motor ability untuk menggabungkan kelompok pada sampel.

(3) Overgeneralizing

Penelitian ini menggunakan kajian relevan lainnya untuk mendukung penelitian berupa jurnal internasional dan jurnal nasional.

(4) Experimenter Effect

Penelitian ini akan dibantu oleh pelatih guru PJOK SD Kecamatan Simpang Rimba.

2) Validitas Internal

(1) History

Peneliti menyusun jadwal penelitian yang tidak bersamaan dengan kegiatan pembelajaran, kompetisi, les dan ujian

(2) Pematangan

Menghindari ada efek pengaruh pematangan, maka dikontrol dengan memberikan perlakuan relative singkat 16 pertemuan dilakukan dalam 4 kali dalam 1 minggu selama 4 minggu

(3) Pre test dan Post Test

Untuk menghindari terjadinya penyimpangan pengambilan hasil pengukuran test motor ability dan Perkembangan Motorik kasar dan Motoric halus.

(4) Instrument

Untuk menghindari penyimpangan dalam penggunaan instrument untuk mengukur tes kemampuan menggiring bola dengan menggunakan model latihan senam bedincak.

(5) Defferential Selection Of Subjects

Penelitian ini, sampel akan di kontrol berdasarkan jenis kelamin, usia dan tingkat kesehatan. Sampel dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, usia rentang umur 11-15 tahun serta sehat jasmani dan rohani

(6) Experimental Mortality

Menghindari factor experimental mortality, maka sampel dikontrol dengan cara memonitor kehadiraan subjek penelitian selama treatment berlangsung, apabila subjek dalam penelitian mengalami cidera atau sakit maka data subjek tidak akan diikut sertakan dalam analisis statistik

(7) Jhon Henry Effect

Peneliti untuk menghindari jhon henry effect peneliti akan menggunakan instruktur yang terlatih untuk memberikan perlakuan kepada sampel sesuai dengan program latihan yang telah ditentukan kepada sampel dan memberikan penjelasan pada sampel bahwa penelitian ini hanya perlakuan biasa tidak dipertandingkan antar kelompok.

3.6 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 3.6.1 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data (Arikunto, 2002). Instrumen dalam penelitian ini mengacu pada modul tes dan pengukuran keolahragaan (Nurhasan, 2009).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes motor ability untuk sekolah dasar. Tes motor ability digunakan untuk mengetahui kemampuan gerak dasar bagi peserta didik sekolah dasar yang terdiri dari 4 butir tes yaitu :

1) Tes shuttle Run 4 x 10 meter (kelincahan), Kelincahan adalah kemampuan seseorang dalam arah tubuhnya dengan cepat dan tepat pada waktu tertentu, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi di lapangan tanpa kehilangan keseimbangan tubuh (Andrianto, 2015).

2) Tes lempar tangkap bola jarak 1 meter dengan tembok (koordinasi), Koordinasi merupakan kemampuan menggabungkan sistem saraf gerak yang terpisah dengan merubahnya menjadi suatu pola gerak yang efisien (Ismoko & Sukoco, 2013).

3) Tes stork stand positional balance (keseimbangan), Keseimbangan statis adalah kemampuan tubuh untuk dapat menjaga keseimbangan tubuhnya pada suatu posisi diam dan selama waktu tertentu, mi salnya saat diam dan berdiri. Sedangkan, keseimbangan dinamis adalah kemampuan tubuh untuk dapat menjaga keseimbangan tubuhnya pada saat bergerak, misalnya saat berjalan, berlari, dan bangkit berdiri dari posisi duduk (Tauhidman & Ramadan, 2018).

(4) tes lari cepat 30 meter (kecepatan), kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan yang berkesinam-bungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yan sesingkat singkatnya (Cahyo B et al., 2012).

Tes ini mempunyai reliabilitas sebesar 0,93 dan validitasnya sebesar 0,87. Reliabilitas diperoleh dengan cara tes ulang, sedangkan validitasnya diperoleh dengan cara mengkorelasikan tes itu dengan kriteria yang digunakan yaitu skor gabungan dari butir- butir tes tersebut ( Nurhasan 2004: 6.6 ) dalam (Ardiansyah, 2016).

1. Pengumpulan data pada penelitian ini dengan teknik tes dan pengukuran. Adapun tes yang digunakan sebagai berikut:

a) Tes Shuttle Run 4 x 10 meter

Tujuan : Mengukur kelincahan dalam bergerak mengubah arah

Alat/fasilitas : Stop watch, lintasan yang lurus dan datar dengan jarak 10 meter

Pelaksanaan : Start dilakukan dengan berdiri. Pada aba-aba “bersedia” orang coba berdiri dengan salah satu ujung jari sedekat mungkin dari garis start.setelah aba-aba “siap” dan kemudian “ya” subjek berlari bolak-balik 4 x dengan catatan start dan finish kembali digaris start.

Skor: Dihitung waktu yang ditempuh dalam lari bolak-balik sejauh 10 meter.

Gambar 3. 1 Tes Shutle Run

(Sumber : Safitri, 2013)

b) Tes Lempar Tangkap Bola jarak 1 meter dengan tembok

Tujuan : Mengukur kemampuan koordinasi mata dan tangan

Alat/fasilitas : Bola tenis, stop watch dan tembok yang rata.

Pelaksanaan : Subjek berdiri di belakang garis batas sambil memegang bola tenis dengan kedua tangan didepan dada. Aba-aba “ya” subyek dengan segera melakukan lempar tangkap ke dinding selama 30 detik.

skor : Dihitung jumlah tangkapan bola yang dapat dilakukan selama 30 detik

Gambar 3. 2 Tes Lempar Tangkap Bola jarak 1 meter dengan tembok.

(Kirkendall, 1987)

c) Tes Stork Stand Positional Balance

Tujuan : Mengukur keseimbangan tubuh

Alat/ fasilitas : Stop watch

Pelaksanaan : Subjek berdiri dengan tumpuan kaki kiri, kedua tangan bertolak pinggang, kedua mata dipejamkan, lalu letakkan kaki kanan pada lutut kaki kiri sebelah dalam. Pertahankan sikap tersebut selama mungkin.

Skor : Dihitung waktu yang dicapai dalam mempertahankan sikap di atas sampai dengan tanpa memindahkan kaki kiri dari tempat semula.

Gambar 3. 3 Tes Stork Stand Positional Balance

(Sumber : (Izzo et al., 2018)

d) Lari cepat 30 meter

Tujuan : Mengukur kecepatan lari

Alat/fasilitas : Stop watch, lintasan lurus tanah rata sejauh 30 meter, bendera

Pelaksanaan : Start dilakukan dengan berdiri. Pada aba-aba "bersedia" subyek berdiri dengan salah satu ujung jari kakinya sedekat mungkin dengan garis start. Aba-aba "siap" subjek siap untuk lari menuju garis finish dengan jarak 30 meter, sampai melewati garis finish.

Skor : Dihitung waktu yang ditempuh dalam melakukan lari sejauh 30 meter.

Gambar 3. 4 Lari cepat 30 meter.

(Safitri, S. M, 2013)

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan sebanyak 2 kali yaitu saat pretest dan posttest. Pertama setelah dilakukan tes awal, siswa diberikan perlakukan berupa senam bedincak dan senam PGRI sebanyak 16 kali dengan frekuensi 4 kali dalam 1 minggu. Hal ini penting karena untuk dapat menguasai keterampilan dengan baik dan relatif menetap diperlukan aktivitas latihan dengan pengulangan latihan yang relatif lebih banyak, teratur dan terukur. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah instrumen tes.

a) Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2011), langkah-langkah atau proses pengambilan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Melakukan persiapan tes atau persiapan pengumpulan data. Persiapan pengumpulan data adalah memberikan pengertian kepada peserta didik tentang tes yang akan dilakukan. Tujuan persiapan pengumpulan data adalah untuk melakukan pengumpulan data disesuaikan dengan masalah yang ada. Dalam penelitian ini persiapan yang harus dilakukan penyiapan alat-alat, penyiapan bahan, penyiapan peserta didik yang akan diambil datanya.

b) Pelaksanaan Tes

Dalam tahap pelaksanaan tes dalam penelitian ini peserta didik terlebih dahulu peserta didik dibariskan, berdoa, pemanasan dan dilanjutkan dengan pemberian penjelasan pelaksanan tes. kemudian peserta didik diinstruksikan untuk melakukan tes kemampuan motorik (Nurhasan, 2009) dimulai dari: 1) Tes shuttle-run 4 x 10 meter, 2) Tes lempar tangkap bola jarak 1 meter dengan tembok, 3) Tes stork stand positional balance, dan 4) Tes lari cepat 30 meter. Pada masing-masing pos secara bergantian, data yang diperoleh kemudian dicatat secara sistematis. Pembantu pelaksanaan tes:

1) Donny Firmansyah, S.Pd (Guru Penjaskes SD Negeri 10 Simpang Rimba) sebagai petugas tes pada pos shuttle-run 4 x 10 meter.

2) Ahmad Ramadhan S.Pd (Guru Penjaskes SD Negeri 11 Simpang Rimba) sebagai petugas tes pada pos lempar tangkap bola jarak 1 meter dengan tembok.

3) Suhairi S.Pd.SD (Guru Kelas SD Negeri 10 Simpang Rimba) sebagai petugas tes pada pos stork stand positional balance.

4) Bagus Prakoso, S.Pd (Guru Penjaskes SD Negeri 9 Simpang Rimba) sebagai petugas tes pada pos lari cepat 30 meter.

5) Dewi Ayu Puspitasari (Guru Mata pelajaran IPA Man 1 Bangka) sebagai petugas dokumentasi kegiatan.

c) Pencatatan data tes Pada tahap ini merupakan proses terakhir dari pengumpulan data, dimana data dalam pengukuran dicatat sistematis.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif dengan presentase. Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2003) Langkah-langkah untuk mengklasifikasikan sebagai berikut :

1) Hasil Kasar

Hasil setiap butir tes yang dicapai oleh setiap peserta didik yang telah mengikuti tes ditersebut hasil kasar. Tingkat kemampuan motorik anak tidak dapat dinilai secara langsung berdasarkan hasil tes yang telah dicapai, karena satuan ukuran yang digunakan masing-masing butir tidak sama, yaitu :

Untuk butir tes lari cepat 30 meter menggunakan satuan ukur (detik)

Untuk butir tes melompat jauh tanpa awalan, (cm)

Untuk butir tes melempar sasaran menggunakan (frekuensi)

2) Nilai Tes

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data kemudian dilakukan penyortiran dari data yang diperoleh untuk mengetahui persamaan dan perbedaan ukuran. Setelah itu data dimasukkan ke dalam program SPSS untuk dilakukan proses analisis.

3) Analisis deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya,tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiono, 2014). Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan skor dari semua variabel dalam penelitian ini. Pada teknik ini penyajian data berupa : 1) Membuat tabel distribusi frekuensi 2) Menentukan nilai rata-rata skor : Keterangan : = mean (rata-rata) Fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas xi xi = tanda kelas interval atau nilai tengah dari kelas interval.

Menentukan standar deviasi :

Keterangan : S = standar deviasi

= mean (rata-rata) Fi = frekuensi yang sesuai dengan kelas Xi Xi= tanda kelas interval atau nilai tengah dari kelas interval n = jumlah responden

Menghitung Varians

Analisis Inferensial 1) Uji Asumsi Dasar / Uji Prasyrat Analisis a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diteliti berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan metode Kolmogorov – Smirnov dan uji Shaviro Wilk, dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan : D = Nilai Kolmogorov – Smirnov hitung fo(x) = Frekuensi komulatif teoritis s(x) = Frekuensi komulatif observasi (Purwanto,2011:179).

Kaidah pengujian, jika D hitung < D tabel, maka data dinyatakan berdistribusi normal pada taraf signifikan tertentu. Dalam penelitian ini digunakan taraf signifikan α = 0.05. Selain dianalisis secara manual, pengujian normalitas juga dihitung dengan menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistic versi 24.0 for Windows dengan analisis Kolmogorov-Smirnov pada taraf signifikansi α = 0,05. dengan kriteria pengujian sebagai berikut. a) Nilai sig. ≥ 0,05; H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b) Nilai sig.< 0,05; H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Rumus yang digunakan untuk uji Shapiro-Wilk adalah sebagai berikut :

(∑ 𝑎i𝑥i)2

i

W = ∑(𝑥 − 𝑥̅)2

Keterangan :

W = Nilai statistik Shapiro-Wilk

ai = Koefisien test Shapiro-Wilk

xi = Data sampel ke-i

𝑥̅ = Rata-rata data sampel

Perhitungannya digunakan software SPSS 24.0 for windows. Output uji normalitas menjelaskan apakah hasil analisis itu berdistribusi normal atau tidak. Data yang baik dan layak untuk model-model penelitian tersebut adalah data yang berdistribusi normal. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5% dengan aturan nilai sebagai berikut :

Nilai signifikansi (sig) < 0,05, populasi berdistribusi tidak normal.

Nilai signifikansi (sig) ≥ 0,05, populasi berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas Varians

Pengujian homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui bahwa kedua sampel yang dibandingkan merupakan kelompok-kelompok yang mempunyai varians yang sama atau homogen. Dalam penelitian ini, pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji-Fmax dari Hartley - Pearson, dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

Fmax : Nilai F hitung

S2max : Varians terbesar

S2min : Varians terkecil

(Purwanto, 2011:179)

Kriteria pengujian,jika nilai Fhitung<Ftabel maka dikatakan homogen pada taraf kesalahan tertentu. Selain dianalisis secara manual, pengujian homogenitas juga dihitung dengan menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistic versi 24.0 for Windows, untuk taraf signifikan α = 0.05. 2) Pengujian Hipotesis

Setelah uji prasyarat dilakukan dan terbukti bahwa data-data yang diolah berdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis varians dua jalur (Two Way Anova) pada taraf signifikan α = 0.05. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan penelitian faktorial 2x2. Teknik analisis data menggunakan general linear model multivarian MANOVA dengan bantuan SPSS 24.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05 (Sardiman et al., 2017).

Langkah-langkah dalam pengujian dengan menggunakan analisis varians dua arah (Two Way Anova) adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan hipotesis secara statistik Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : μA1= μA2 H1 :μA1≠ μA2

Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut : Ho: Tidak terdapat perbedaan pengaruh Senam Bedincak dan Senam PGRI terhadap perkembangan Motorik Kasar pada siswa Laki-Laki dan Perempuan SD di Kecamatan Simpang Rimba Usia 11-15 Tahun Kelas 6 SD Kecamatan Simpang Rimba. H1: Terdapat perbedaan pengaruh Senam Bedincak dan Senam PGRI terhadap perkembangan Motorik Kasar pada siswa Laki-Laki dan Perempuan SD di Kecamatan Simpang Rimba Usia 11-15 Tahun Kelas 6 SD Kecamatan Simpang Rimba.

H0 : μB1= μB2 H1 :μB1≠ μB2

Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: Ho : Tidak terdapat perbedaan perkembangan Motorik Kasar pada siswa Laki-Laki dan Perempuan SD di Kecamatan Simpang Rimba Usia 11-15 Tahun Kelas 6 SD Kecamatan Simpang Rimba. H1 : Terdapat perbedaan perkembangan Motorik Kasar pada siswa Laki-Laki dan Perempuan SD di Kecamatan Simpang Rimba Usia 11-15 Tahun Kelas 6 SD Kecamatan Simpang Rimba.

Ho : A1 X A2 = 0

H1 : A1 X A2 ≠ 0

Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: Ho : Tidak terdapat perbedaan interaksi antara Pengaruh Latihan Senam Bedincak dan Senam PGRI Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Siswa Laki-Laki dan Perempuan SD Di Kecamatan Simpang Rimba Usia 11-15 Tahun Kelas 6 SD Kecamatan Simpang Rimba. H1 : Terdapat interaksi perbedaan interaksi antara Pengaruh Latihan Senam Bedincak dan Senam PGRI Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Siswa Laki-Laki dan Perempuan SD Di Kecamatan Simpang Rimba Usia 11-15 Tahun Kelas 6 SD Kecamatan Simpang Rimba.

H0 : μA1B1= μA2 B1 H1 : μA1B1 ≠ μA2 B1

Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut : H0 : Tidak terdapat Perbedaan Pengaruh Latihan Senam Bedincak dan Senam PGRI dengan Jenis Kelamin Laki-Laki dan Perempuan Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Sekolah Dasar Di Kecamatan Simpang Rimba

H1 : Terdapat perbedaan Perbedaan Pengaruh Latihan Senam Bedincak dan Senam PGRI dengan Jenis Kelamin Laki-Laki dan Perempuan Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Sekolah Dasar Di Kecamatan Simpang Rimba 2) Analisis Varian 2 Arah (Two Way Anova)

Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis varians dua jalur (Two Way Anova) pada taraf signifikan α = 0.05. Selain perhitungan secara manual,uji hipotesis juga dihitung dengan bantuan program IBM Statistic v.24.0 for Windows. 3) Uji Lanjut

Uji perbandingan secara keseluruhan dilakukan perbandingan diteruskan dengan uji lanjut yaitu dengan membandingkan antar kelompok satu persatu. Tujuan uji lanjut adalah untuk mengetahui lebih jauh kelompok-kelompok mana saja yang berbeda secara signifikan dan kelompok- kelompok mana saja yang tidak berbeda signifikan. Uji lanjut yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji- t Dunnet karena kelompok sampel memiliki jumlah yang berbeda. Adapun langkah-langkah uji t Dunnet, sebagai berikut: a) Menyiapkan nilai rata-rata setiap kelompok sampel. b) Menentukan harga studentized range (SR). SR = q(α)(K)(N-K) c) Menghitung uji t dunnet

Keterangan: t(Ai-Aj) : Nilai t hitung (t-Dunnet) RJK (D) : Rata-rata jumlah kuadrat dalam kelompok Ni : Jumlah sampel kelompok I NJ : Jumlah sampel kelompok II

d) Membandingkan mean antar kelompok e) Membandingkan beda atau selisih mean dengan beda kritik. f) Pengambilan kesimpulan Jika beda mean antar kelompok lebih besar dari beda kritik maka dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan (Purwanto, 2011).

Hasil kasar yang masih merupakan satuan ukuran yang berbeda tersebut, perlu diganti dengan ukuran yang sama. Satuan ukuran pengganti ini dengan menggunakan T-Skor. Menurut (Lutan, 1999) rumus T-Skor sebagai berikut :

Rumus T-Skor untuk tes shuttle run 4 x 10 meter dan lari cepat 30 meter perhitungan waktu dengan satuan waktu semakin sedikit waktu yang dibutuhkan semakin bagus hasil yang diperoleh.

Rumus T-Skor untuk tes stork stand positional balance dan lempar tangkap bola tenis ke dinding jarak 1 meter.

Sumber : (Nurgiyantoro, 2000).

Kemudian dari nilai T-Skor dari kelima item dijumlahkan sehingga didapatkan total T-Skor. Hasil T-Skor menjadi dasar untuk menentukan klasifikasi kemampuan motorik peserta didik. Untuk mengetahui batas nilai T-Skor tiap masing-masing kategori yaitu menggunakan skor baku (T-Skor). Untuk memudahkan dalam mendistribusikan data digunakan skor baku (TSkor) dengan penilaian 5 kategori. Pengkategorian menggunakan mean dan standar deviasi. (Saifuddin, 2016) menyatakan bahwa untuk menentukan kriteria skor dengan menggunakan Penilaian Acuan Norma (PAN) sebagai berikut:

1. Kelincahan (Tes Shutle Run 4x10 m)

Tabel 2. 5 Norma Penilaian Kelincahan Siswa

No

Interval Siswa Putra

Interval Siswa Putri

Kategori

1

14,55 < detik

14,45 < detik

Sangat kurang

2

13,40 – 14,54 detik

13,32 – 14,44 detik

Kurang

3

12,25 – 13,39 detik

12,19 – 13,31 detik

Cukup

4

11,10 – 12,24 detik

11,06 – 12,18 detik

Baik

5

≤ 11,09 detik

≤ 11,05 detik

Sangat baik

2. Koordinasi (Tes Lempar Tangkap Bola)

Tabel 2. 6 Norma Penilaian Koordinasi Siswa

No

Interval Siswa Putra

Interval Siswa Putri

Kategori

1

14,16 <

13,07 <

Sangat Baik

2

11,39 – 14,15

10,18 – 13,06

Baik

3

8,62 – 11,38

7,29 – 10,17

Cukup

4

5,85 – 8,61

4,40 – 7,28

Kurang

5

≤ 5,84

≤ 4,39

Sangat Kurang

3. Keseimbangan (Tes Stork Stand Positional Balance)

Tabel 2. 7 Norma Penilaian Keseimbangan Siswa

No

Interval Siswa Putra

Interval Siswa Putri

Kategori

1

29,37 <

30,36 <

Sangat Baik

2

22,37 – 29,36 detik

21,75 – 30,35 detik

Baik

3

15,37 – 22,36 detik

13,15 – 21,74 detik

Cukup

4

8,37 – 15,36 detik

4,56 – 13,14 detik

Kurang

5

≤ 8,36 detik

≤ 4,55 detik

Sangat Kurang

4. Kecepatan (Tes Lari 30 m)

Tabel 2. 8 Norma Penilaian Kecepatan Siswa

No

Interval Siswa Putra

Interval Siswa Putra

Kategori

1

8,25 <

7,58 < detik

Sangat Kurang

2

7,31 – 8,24 detik

6,98 – 7,57 detik

Kurang

3

6,37 – 7,30 detik

6,38 – 6,97 detik

Cukup

4

5,43 – 6,36 detik

5,78 – 6,37 detik

Baik

5

≤ 5,42 detik

≤ 5,77 detik

Sangat Baik

Kategori Kemampuan Motorik

Tabel 2. 9 Norma Penilaian Kategori Kemampuan Motorik

(Sumber : Azwar, 2016: 163)

Keterangan :

X : skor yang diperoleh

SD : standar Deviasi

M : mean

Langkah berikutnya adalah menganalisis data untuk menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Analisis data yang digunakan dari penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dengan persentase. (Arikunto, 2006) menyatakan bahwa rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

P : persentase

F : frekuensi perolehan

N : jumlah seluruh frekuensi

Sumber : (Arikunto, 2006).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perbedaan pengaruh Latihan Senam Bedincak dan Senam PGRI terhadap perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan. 4.1.1 Hasil Penelitian

Bab ini akan dibahas pengujian hipotesis penelitian berdasarkan pada hasil dan interpretasi pengolahan data dengan menggunakan program komputer SPSS 24 dari hasil penelitian mengenai Pengaruh Latihan Senam dan Jenis Kelamin Terhadap Perkembangan Motorik Kasar.

1) Deskripsi Data

Deskripsi hasil analisis data hasil tes perkembangan motorik kasar pada siswa Sekolah Dasar se kecamatan Simpang Rimba yang dilakukan sesuai dengan kelompok yang dibandikan. Perlakuan mulai dilakukan dengan latihan senam bedincak dan senam PGRI, sedangkan jenis kelamin dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu laki-laki dan perempuan. Hasil deskripsi data tiap kelompok disajikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 4. 1 Rangkuman Deskripsi Data perkembangan motorik kasar kelompok latihan senam Bendincak dan Senam PGRI

LATIHAN

N

PRE TEST

POST TEST

PENINGKATAN

Mean ± SD

Mean ± SD

Mean ± SD

SENAM BEDINCAK

30

10.38±4.15

14.79±8.41

4.40±4.26

SENAM PGRI

30

10.05±3.81

16.77±9.32

6.72±5.51

PERBEDAAN Mean ± SD

60

0.33±0.34

1.98±-0.91

2.31±-1.25

(Sumber : data penelitian, 2022)

Berdasarkan tabel diatas diperoleh keterangan perbedaan rata-rata perkembangan motorik kasar pada kelompok yang diberi latihan senam bedincak sebesar 14,79 sedangkan rata-rata perkembangan motorik kasar kelompok senam PGRI sebesar 16,77 dan juga terjadi peningkatan pada senam Bedincak sebesar 4.4075 sedangkan senam PGRI sebesar 6.7217.

2) Analisis Data A. Uji Normalitas Sampel

Perhitungan uji normalitas dalam penelitian menggunakan uji Lillieefors atau Kolmogorov smirnov sesuai dengan teknik analisis data. Hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4. 2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data

Data

Statistic

Siginifikansi

Keterangan

Perkembangan Motorik Kasar

0.190

0.100

Normal

(Sumber : data uji normalitas dapat dilihat pada lampiran)

Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa uji normalitas untuk hasil perkembangan motorik kasar α > 0,05, sehingga dapat diambil kesimpulan untuk semua data berasal dari populasi yang berditribusi normal.

B. Uji Homogenitas Varians Data

Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji levene’s test homogenity of variance. Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara kelompok sampel 1 dengan kelompok sampel 2.

Tabel 4. 3 Hasil Uji Homogenitas

Data

df1

df2

Siginifikansi

Keterangan

Perkembangan Motorik Kasar

3

58

0.683

Homogen

(Sumber : data penelitian, 2022)

Tabel 4.3 menunjukan bahwa nilai signifikansi > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap kelompok memiliki varian dari populasi yang sama (homogen).

C. Hasil Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan teknik analisis anova dua jalur dengan taraf siginfikansi sebesar 95% (α = 0,05). Hasil pengujian hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 4 Rangkuman Hasil Perhitungan Anova Dua Jalan pada Taraf Siginifikansi α = 0,05

Effect

Mean Square

Fhitung

Ftabel

Signifikansi

Latihan

16.114

18.204

4,11

0.000

(Sumber : data penelitian, 2022)

Berdasarkan hasil perhitungan pada variabel Latihan Senam diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh Latihan Senam Bedincak dan Senam PGRI terhadap perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan.

Pengujian hipotesis yang pertama yaitu terdapat Perbedaan pengaruh Latihan Senam Bedincak dan Senam PGRI terhadap perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan. Hasil perhitungan analisis varians menunjukkan bahwa nilai Fhitung = 18,204, sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh sebesar 4,11. Nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel (Fhitung > Ftabel). Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa terdapat Perbedaan pengaruh Latihan Senam Bedincak dan Senam PGRI terhadap perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan.

Mean kelompok latihan dengan menggunakan latihan senam bedincak sebesar x̄ = 14,79, sedangkan nilai ± = 8,41 dan kelompok yang menggunakan senam PGRI sebesar x̄ = 16,77 sedangkan ± = 9,32 menunjukkan bahwa kelompok yang menggunakan latihan senam PGRI memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap Perkembangan motorik kasar dibandingkan dengan menggunakan latihan senam bedincak pada siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan.

4.1.2 Pembahasan

Berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada tes awal dan tes akhir perkembangan motorik kasar. Berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian tentang pengaruh latihan senam bedincak dan senam pgri terhadap perkembangan motorik kasar.

Penelitian ini membagi sampel menjadi 2 yaitu kelompok laki-laki dan perempuan. Baik kelompok laki-laki maupun perempuan akan dilakukan penelitian berupa perlakuan latihan senam. Kelompok laki-laki dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok laki-laki 1 akan melakukan latihan senam bedincak dan kelompok laki-laki 2 melakukan latihan senam PGRI. Begitu pula dengan kelompok perempuan, kelompok perempuan 1 akan melakukan latihan senam bedincak dan kelompok perempuan 2 melakukan latihan senam Bedincak.

Pengujian hipotesis yang pertama yaitu terdapat Perbedaan pengaruh Latihan Senam Bedincak dan Senam PGRI terhadap perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan. Hasil perhitungan analisis varians menunjukkan bahwa nilai Fhitung = 18,204, sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh sebesar 4,11. Nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel (Fhitung > Ftabel). Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan perbedaan pengaruh antara latihan senam bedincak dan senam PGRI terhadap perkembangan motorik kasar pada siswa Sekolah Dasar usia 11-15 tahun Kecamatan Simpang Rimba, Kabuaten Bangka Selatan “diterima”.

Mean kelompok latihan dengan menggunakan latihan senam bedincak sebesar 14,79 dan kelompok yang menggunakan senam PGRI sebesar 16,77 menunjukkan bahwa kelompok yang menggunakan latihan senam PGRI memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap Perkembangan motorik kasar dibandingkan dengan menggunakan latihan senam bedincak pada siswa sekolah Dasar se Kecamatan Simpang Rimba usia 11-15 tahun di Kabupaten Bangka Selatan.

Hal tersebut sesuai landasan teori yang menyatakan bahwa Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Anak-anak membutuhkan stimulus atau pembelajaran observasional serta pengetahuan tentang hal-hal yang ia perlukan untuk melatih perkembangan motoriknya. Ada 5 prinsip perkembangan motorik yaitu kematangan urutan, motivasi, pengalaman, dan praktik, selain kelima prinsip itu ada juga kebutuhan yang harus dipenuhi yang berkaitan dengan pengembangan motorik kasar, antara lain: ekspresi melalui gerakan bermain, kegiatan yang berbentuk drama, kegiatan yang berbentuk irama (Kristanto & Pratii, 2014).

Hal ini didapat sesudah melakukan perhitungan dan juga kenyataan di lapangan terlihat jenis kelamin memiliki peran yang memberikan pengaruh hasil dari kedua latihan senam. Dalam latihan yang dilakukan dilapangan, dimana siswa yang memiliki jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama-sama diberikan latihan senam bedincak dan senam pgri dapat memberikan hasil yang memuaskan dimana terlihat perkembangan motorik yang dihasilkan dari hasil tes yang diberikan pada akhir dari penelitian. Siswa yang memiliki gender laki -laki lebik baik dari siswa yang memiliki gender perempuan sebelum perlakuan dilakukan.

Penelitian terdahulu yang dilakukan (Sari, 2018) menyatakan bahwa Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari latihan Senam Poco-poco 12,46 > 3,23) dan latihan Senam Ayo Bersatu (4,15 > 3,23) terhadap kemampuan peningkatan VO2max pada siswi kelas XI SMK Negeri Sukoharjo Pringsewu. Dan latihan senam bedincak memberikan pengaruh yang paling baik pada instrument tes kecepatan dan kelincahan namun pada instrument tes keseimbangan dan koordinasi senam pgri memiliki pengaruh yang lebih baik.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Abdillah, 2020) Tingkat Kemampuan Motorik Siswa Kelas V Dan Vi Di Sd Negeri Kraton Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan motorik siswa putra lebih baik daripada siswa putri. Siswa putra lebih banyak beraktivitas di luar rumah dan lebih melibatkan otot kasar dalam aktivitasnya, misalnya mengikuti ekstrakurikuler atau latihan di klub, seperti sepakbola, bolavoli, maupun futsal, sedangkan siswa putri cenderung di rumah. Hal tersebut tentunya sangat mempengaruhi kemampuan motorik yang dimiliki oleh siswa. Namun penelitian ini hanya melihat tingkat kemampuan motorik tanpa diberikan perlakuan.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Nur et al., 2017) Pengaruh Metode Latihan dan Power Otot Tungkai terhadap Kelincahan, Hasil penelitian (1) ada perbedaan pengaruh metode latihan zig-zag drill dan latihan lateral cone hops terhadap kelincahan dengan rata-rata metode zig-zag drill sebesar 12,76 dan rata-rata kelincahan metode lateral cone hops sebesar 13,78. Metode latihan zig-zag drill dapat meningkatkan power otot tungkai siswa.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Puspitasari et al., 2017) Pengaruh Latihan Senam Dan Daya Tahan Tubuh terhadap Respon Nyeri Haid (Dysmenorrhea), Hasil analisis data diperoleh jawaban hipotesis 1 yaitu terdapat perbedaan pengaruh antara senam pilates dan yoga terhadap respon nyeri haid dengan keterangan nilai Fhitung > Ftabel atau 74,462>4,20 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Terdapat perbedaan tingkat kepercayaan diri anak sebelum dan sesudah dilakukan treatment dengan senam irama yang melatih keseimbangan tubuh, kekuatan tubuh, kelenturan dan koordinasi gerakan tubuh.

Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa terjadi perkembangan motorik kasar anak. Jadi dapat disimpulakan bahwa Latihan Senam Bedincak Dan Senam PGRI memiliki pengaruh terhadap hasil kelincahan, kecepatan, koordinasi dan keseimbangan Terhadap Perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan.

4.2 Perbedaan pengaruh jenis kelamin Laki-Laki dan Perempuan terhadap perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan 4.2.1 Hasil Penelitian 1) Deskripsi Data

Deskripsi hasil analisis data hasil tes perkembangan motorik kasar pada siswa Sekolah Dasar se kecamatan Simpang Rimba yang dilakukan sesuai dengan kelompok yang dibandikan. Perlakuan mulai dilakukan dengan latihan senam bedincak dan senam PGRI, sedangkan jenis kelamin dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu laki-laki dan perempuan. Hasil deskripsi data tiap kelompok disajikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 4. 5 Deskripsi Data perkembangan motorik kasar kelompok jenis kelamin laki-laki dan perempuan

JENIS KELAMIN

N

PRE TEST

POST TEST

PENINGKATAN

Mean ± SD

Mean ± SD

Mean ± SD

LAKI-LAKI

30

10.46±3.77

17.25±10.18

6.79±6.41

PEREMPUAN

30

9.96±4.17

14.30±7.14

4.33±2.97

PERBEDAAN Mean ± SD

60

0.50±-0.4

2.95±3.04

2.45±3.44

(Sumber : data penelitian, 2022)

Berdasarkan tabel diatas diperoleh keterangan perbedaan rata-rata perkembangan motorik kasar pada jenis kelamin laki-laki x̄ 17,25 sedangkan ± 10,18 dan kelompok yang berjenis kelamin perempuan sebesar x̄ 14,30 sedangkan ± 7,14.

2) Analisis Data A. Uji Normalitas Sampel

Perhitungan uji normalitas dalam penelitian menggunakan uji Lillieefors atau Kolmogorov smirnov sesuai dengan teknik analisis data. Hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4. 6 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data

Data

Statistic

Siginifikansi

Keterangan

Perkembangan Motorik Kasar

0.276

0.200

Normal

(Sumber : data uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 11)

Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa uji normalitas untuk hasil perkembangan motorik kasar α > 0,05, sehingga dapat diambil kesimpulan untuk semua data berasal dari populasi yang berditribusi normal.

B. Uji Homogenitas Varians Data

Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji levene’s test homogenity of variance. Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara kelompok sampel 1 dengan kelompok sampel 2.

Tabel 4. 7 Hasil Uji Homogenitas

Data

df1

df2

Siginifikansi

Keterangan

Perkembangan Motorik Kasar

3

58

0.747

Homogen

(Sumber : data penelitian, 2022)

Tabel 4.7 menunjukan bahwa nilai signifikansi > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap kelompok memiliki varian dari populasi yang sama (homogen).

C. Hasil Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan teknik analisis anova dua jalur dengan taraf siginfikansi sebesar 95% (α = 0,05). Hasil pengujian hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 8 Uji hipotesis hasil perhitungan dua jalur

Effect

Mean Square

Fhitung

Ftabel

Signifikansi

Jenis_Kelamin

3.956

15.081

4,11

0.000

(Sumber : data penelitian 2022)

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

Ho : Tidak terdapat perbedaan pengaruh jenis kelamin Laki-Laki dan Perempuan terhadap perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan.

H1 : Terdapat perbedaan pengaruh jenis kelamin Laki-Laki dan Perempuan terhadap perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan.

Berdasarkan hasil perhitungan pada variabel jenis kelamin diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh jenis kelamin Laki-Laki dan Perempuan terhadap perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan

Pengujian hipotesis kedua yaitu terdapat perbedaan pengaruh antara Jenis kelamin laki-laki dan perempuan terhadap perkembangan motorik kasar pada siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan. Hasil perhitungan analisis varians menunjukkan bahwa Fhitung = 15.081 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh nilai sebesar 4,11. Nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel (Fhitung > Ftabel) hasil data lengkap bisa dilihat pada tabel 4.1, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan pengaruh jenis kelamin Laki-Laki dan Perempuan terhadap perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan.

Mean kelompok perbedaan rata-rata perkembangan motorik kasar pada jenis kelamin laki-laki x̄ = 17,26 sedangkan ± = 10,18 dan kelompok yang berjenis kelamin perempuan sebesar x̄ = 14,30 sedangkan ± = 7,14. Menunjukkan bahwa kelompok yang memiliki jenis kelamin laki-laki memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap perkembangan motorik kasar dibandikan dengan kelompok yang berjenis kelamin perempuan siswa kelas 6 SD Kecamatan Simpang Rimba usia 11-15 Tahun di Kabupaten Bangka Selatan.

4.2.2 Pembahasan

Senam irama merupakan salah satu aktifitas yang dapat mengoptimalkan perkembangan motorik kasar. Senam irama merupakan salah satu jenis olahraga yang diiringi dengan irama musik, mudah untuk dilaksanakan dan efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani. Selain itu, senam ritmik adalah gerakan senam dilakukan dengan irama musik,atau latihan bebas dilakukan secara berirama (Rohma Saputri et al., 2017).

Senam adalah aktifitas fisik yang dilakukan sebagai cabang olahraga tersendiri maupun sebagai latihan untuk cabang olahraga lainnya. Berlainan dengan cabang olahraga lain pada umumnya yang mengukur aktifitas pada obyek tertentu, senam mengacu pada bentuk gerak yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap bagian anggota tubuh dari komponen-komponen kemampuan motorik seperti; kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan agility dan ketepatan (Darsi, 2018). salah satu potensi anak usia dini yang harus dikembangkan adalah mengembangkan motorik kasar anak, gerak dasar motorik kasar Yaitu terdiri dari rangkaian gerak pemanasan, pembukaan, inti dan pendinginan. Senam sangat menarik untuk dipelajari apabila gerakan-gerakan senam mudah dilakukan dan menarik, sehingga anak senang melakukan senam tersebut dan tidak mudah bosan untuk menggerakkan tubuhnya. Senam yang menarik biasanya dengan diiringi irama, senam dengan irama mengandung unsur irama yaitu : Kelenturan, keseimbangan, keluwesan, dan ketepatan dengan irama. Rangkaian senam irama dapat dilakukan dengan cara berjalan, berlari, melompat, serta ayunan dan putaran tangan. Senam dapat dilakukan memakai irama dan tanpa irama. Senam yang tidak menggunakan irama yaitu senam menggunakan hitungan 1 sampai 8 setiap gerakan tubuh dan senam memakai irama yaitu senam yang diiringi alunan music setiap pergerakan tubuh. Namun, Manfaat senam irama dan tanpa irama tidak berbeda, yaitu untuk mengembangkan motorik dan menumbuhkan semangat anak.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Kurniawan, 2016) Perbedaan Pertumbuhan fisik Dan Perkembangan Motorik Kasar Siswa Kelas Atas SDN Kalongan 4, Ungaran Timur. Skripsi. Jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dr. Setya Rahayu, M.S., Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan rumus t-test dapat diperoleh hasil sebagai berikut. Hasil tes diperoleh keterangan siswa laki-laki rata-rata pertumbuhan berat badan 30,9 kg dan perempuan berat badan 28,7 kg dengan selisih rerata 2,2 kg. Untuk tinggi badan siswa laki-laki rerata 136,6 cm dan perempuan 133,9 cm dengan selisih 2,7 cm.panjang tungkai laki-laki rerata 78 cm dan perempuan 79,5 cm dengan selisih -1,5 cm .Sedangkan rata-rata perkembangan motorik kasar kelincahan pada laki-laki rerata 11,5 detik dan sedangkan perempuan 12,5 detik. Tidak terdapat perbedaaan tingkat pertumbuhan pada siswa laki-laki dan siswa perempuan, Terdapat perbedaaan tingkat perkembangan pada siswa laki-laki dan siswa perempuan, Ada hubungan yang signifikan antara pertumbuhan dengan perkembangan pada siswa laki-laki, Tidak Ada hubungan yang signifikan antara pertumbuhan dengan perkembangan pada siswa perempuan.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Sardiman et al., 2017) Pengaruh Model Pembelajaran dan Jenis Kelamin terhadap Hasil Belajar Passing Bola Voli Hasil penelitian ini menunjukan tidak terdapat perbedaan pengaruh antara laki-laki dan perempuan dengan keterangan nilai signifikansi 0,614 dan Fhitung (0,258).

Jadi dapat disimpulakan bahwa kelompok yang memiliki jenis kelamin laki-laki memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap perkembangan motorik kasar dibandikan dengan kelompok yang berjenis kelamin perempuan siswa kelas 6 SD Kecamatan Simpang Rimba usia 11-15 Tahun di Kabupaten Bangka Selatan.

4.3 Tidak Terdapat interaksi antara Pengaruh Latihan Senam dan Jenis Kelamin Terhadap Perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan 4.3.1 Hasil Penelitian 1) Deskripsi Data

Deskripsi hasil analisis data hasil tes perkembangan motorik kasar pada siswa Sekolah Dasar se kecamatan Simpang Rimba yang dilakukan sesuai dengan kelompok yang dibandikan. Perlakuan mulai dilakukan dengan latihan senam bedincak dan senam PGRI, sedangkan jenis kelamin dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu laki-laki dan perempuan. Hasil deskripsi data tiap kelompok disajikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 4. 9 Deskripsi Data perkembangan motorik kasar interaksi antara latihan senam dan jenis kelamin

LATIHAN

JENIS KELAMIN

N

PRE TEST

POST TEST

PENINGKATAN

Mean ± SD

Mean ± SD

Mean ± SD

SENAM BEDINCAK

LAKI- LAKI

15

10.57±3.82

16.65±9.99

6.08±6.17

PEREMPUAN

15

10.18±4.49

12.79±5.76

2.21±1.27

PERBEDAAN

30

0.39±0.67

3.85±4.23

3.86±4.9

SENAM PGRI

LAKI- LAKI

15

10.35±3.75

17.85±10.41

7.50±6.66

PEREMPUAN

15

9.75±3.88

15.70±8.02

5.94±4.14

PERBEDAAN

30

0.59±-0.13

2.15±2.39

1.55±2.52

(Sumber : data penelitian, 2022)

2) Analisis Data A. Uji Normalitas Sampel

Perhitungan uji normalitas dalam penelitian menggunakan uji Lillieefors atau Kolmogorov smirnov sesuai dengan teknik analisis data. Hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4. 10 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data

Data

Statistic

Siginifikansi

Keterangan

Perkembangan Motorik Kasar

0.276

0.200

Normal

(Sumber : data uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 11)

Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa uji normalitas untuk hasil perkembangan motorik kasar α > 0,05, sehingga dapat diambil kesimpulan untuk semua data berasal dari populasi yang berditribusi normal

B. Uji Homogenitas Varians Data

Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji levene’s test homogenity of variance. Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara kelompok sampel 1 dengan kelompok sampel 2.

Tabel 4. 11 Hasil Uji Homogenitas

Data

df1

df2

Siginifikansi

Keterangan

Perkembangan Motorik Kasar

3

58

0.747

Homogen

(Sumber : data penelitian, 2022)

Tabel 4.11 menunjukan bahwa nilai signifikansi > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap kelompok memiliki varian dari populasi yang sama (homogen).

C. Hasil Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan teknik analisis anova dua jalur dengan taraf siginfikansi sebesar 95% (α = 0,05). Hasil pengujian hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 12 Uji hipotesis hasil perhitungan dua jalur

Effect

Mean Square

Fhitung

Ftabel

Signifikansi

Jenis_Kelamin Dan Latihan

1.029

1.162

4.11

0.282

(Sumber : data penelitian, 2022)

Berdasarkan hasil perhitungan pada variabel Jenis_Kelamin Dan Latihan diperoleh nilai signifikansi 0,282 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara Pengaruh Latihan Senam dan Jenis Kelamin Terhadap Perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan.

Pengujian hipotesis ketiga yaitu tidak ada interaksi antara model latihan dan kelicahan terhadap kemampuan menggiring bola pada pemain sekolah sepakbola Terawas FC. Hasil perhitungan analisis varians menunjukkan bahwa nilai Fhitung = 1,162 sedangkan nilai Ftabel pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh 4,11. Nilai Fhitung lebih kecil dari nilai Ftabel (Fhitung < Ftabel). Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa tidak terdapat interaksi antara Pengaruh Latihan Senam dan Jenis Kelamin Terhadap Perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan.

4.3.2 Pembahasan

Perkembangan motorik kasar pada anak melatih gerak jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh pada anak, seperti merangkak, berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap, serta menjaga keseimbangan. Perkembangan motorik kasar merupakan hal yang sangat penting bagi anak usia dini khususnya anak kelompok bermain (KB), dan Taman Kanak-Kanak. Perkembangan motorik kasar anak perlu adanya bantuan dari para pendidik di lembaga pendidikan usia dini. Kemampuan melakukan gerakan dan tindakan fisik untuk seorang anak terkait dengan rasa percaya diri dan pembentuk konsep diri. Oleh karena itu perkembangan motorik kasar sama pentingnya dengan aspek perkembangan yang lain untuk anak usia dini (Ulfah et al., 2021).

Senam irama adalah salah satu jenis senam yang dilakukan dengan mengikuti irama musik atau nyanyian. Nanggala juga mengungkapkan bahwa musik, nyanyian dan hitungan merupakan aspek senam yang menjadikan menyenangkan untuk dilakukan. Kegiatan senam yang bisa dilaksanakan anak usia dini adalah senam yang diiringi dengan lagu atau disebut dengan senam irama. Dalam senam ini terbentuk suatu koordinasi gerak, antara gerak anggota badan seperti gerak tangan, kaki, dan kepala dengan alunan irama baik berupa lagu, musik dan nyanyian (Ubaedah et al., 2019).

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Didi Yudha et al., 2015) Pengaruh Metode Pembelajaran Eksplorasi Dan Kelincahan Siswa Terhadap Hasil Belajar Permainan Sepakbola Siswa Kelas Vii Di Mts Negeri 2 Kudus, Terdapat interaksi antara metode eksplorasi dan kelincahan siswa terhadap hasil belajar permainan sepakbola Fhitung (6,18) > Ftabel (4,35).

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Adhi et al., 2017) Pengaruh Metode Latihan dan Kekuatan Otot Tungkai terhadap Power Otot Tungkai, Tidak ada interaksi antara metode latihan dan kekuatan otot tungkai terhadap power otot tungkai.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (M A Noviudin et al., 2014) Pengaruh Metode Latihan Smash Dan Koordinasi Mata Tangan Dengan Menggunakan Umpan Langsung Dan Tak Langsung Umpan Pada Bulutangkis, Hasil penelitian ini menunjukan Tidak ada interaksi antara metode latihan smash dan koordinasi diperoleh nilai sig = 0,402 ≥ 5%. Tidak ada interaksi antara metode latihan smash dengan koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan smash. Saran Pelatih memberikan metode latihan smash dengan umpan langsung kepada para atletnya, pelatih menilai kemampuan koordinasi mata-tangan. Disini jelas memiliki perbedaan persamaan yaitu tidak ada interaksi metode latihan senam dan perkembangan motorik kasar. Jadi dapat disimpulakan bahwa Tidak ada interaksi antara latihan Senam Bedincak dan Senam PGRI dan Jenis Kelamin terhadap perkembangan motorik kasar.

4.4 Keterbatasan Penelitian

Langkah-langkah dan prosedur penelitian telah disusun sebaik-baiknya, namun masih ada faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan, baik di segi model latihan, pelaksanaan di lapangan, maupun dalam penyusunan latihan, kelemahan, dan keterbatasan yang sulit dihindari. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada siswa SD Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan usia 11-15 tahun sebanyak 60 orang, yang setiap kelompok terdiri 30 siswa perempuan dan 30 siswa laki-laki dari pemain dimana merupakan jumlah kecil bila digunakan untuk generalisasi yang lebih luas cakupanya.

2) Peneliti tidak melakukan pengesahan kode etik beban/dosis latihan berdasarkan pakar. Pembenahan latihan yang diberikan telah sesuai dengan kemampuan sampel dengan menggunakan kemampuan semaksimal mungkin.

3) Peneliti terbatas dan fokus kepada pada siswa SD Kecamatan Simpang Rimba usia 11-15 tahun. Perlu adanya penelitian lanjutan apakah model ini juga dapat dilakukan pada pencarian bibit atlet.

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan terdapat 3 hal pokok atau hasil peneliatan. Ketiga pokok hasil penelitan tersebut adalah:

1) Ada perbedaan pengaruh Latihan Senam Bedincak dan Senam PGRI terhadap perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan. Bahwa kelompok yang menggunakan latihan senam PGRI memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap Perkembangan motorik kasar dibandingkan dengan menggunakan latihan senam bedincak pada siswa sekolah Dasar se Kecamatan Simpang Rimba usia 11-15 tahun di Kabupaten Bangka Selatan.

2) Ada perbedaan pengaruh jenis kelamin Laki-Laki dan Perempuan terhadap perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan. Bahwa kelompok yang memiliki jenis kelamin laki-laki memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap perkembangan motorik kasar dibandingkan dengan kelompok yang berjenis kelamin perempuan siswa kelas 6 SD Kecamatan Simpang Rimba usia 11-15 Tahun di Kabupaten Bangka Selatan

3) Tidak Terdapat perbedaan interaksi antara Pengaruh Latihan Senam dan Jenis Kelamin Terhadap Perkembangan Motorik Kasar siswa kelas 6 Sekolah Dasar Usia 11-15 Tahun di Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian, maka dapat disarankan sebagai berikut:

1) Bagi anak yang hendak meningkatkan perkembangan motorik secara kontinu sesuai target latihan, dapat melakukan latihan minimal seminggu empat kali dengan durasi 16 menit per latihan senam.

2) Bagi pengajar, guru Sekolah Dasar, hendaknya dalam memberikan latihan Senam Bedincak dan Senam PGRI pada murid dilakukan dengan 3 set untuk Senam Bedincak dan 1 set untuk Senam PGRI dengan durasi 16 menit jika hendak melakukan peningkatan jarak latihan sebaiknya dilakukan secara periodik sehingga tetap memperhatikan kemampuan fisik dan psikis murid.

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, U. A. (2020). Tingkat Kemampuan Motorik Siswa Kelas V Dan Vi Di Sd Negeri Kraton Yogyakarta. Sell Journal, 5(1), 55.

Abdullah, K., Sujarwo, & Lubis, J. (2020). Model Pembelajaran Senam Irama Berbasis Media Pembelajaran Pada Siswa Smp. Jurnal Pendidikan Jasmani Dan Adaptif, 02(3), 61–68. Https://Doi.Org/10.21009/Jpja.V3i02.16271

Adhi, B. P., Sugiharto, & Soenyoto, T. (2017). Pengaruh Latihan Dan Kekuatan Otot Tungkai Terhadap Power Otot Tungkai. Journal Of Physical Education And Sports, 6(1), 7–13. Https://Journal.Unnes.Ac.Id/Sju/Index.Php/Jpes/Article/View/17315

Adriana, I. (2008). Memahami Pola Perkembangan Bahasa Anak Dalam Konteks Pendidikan. Tadris.

Amiranovich, A. G., Yuryevich Karpov, V., & Viktorovich Eremin, M. (2017). The Technology Of Differentiated Physical Education Of Primary-Age Pupils. 11(19), 113–117. Https://Doi.Org/10.5539/Ass.V11n19p329

Andrianto, J. R. (2015). Pengembangan Model Latihan Teknik Dasar Ball Feeling Sepakbola Menggunakan Media Pembelajaran Audio Visual Pada Siswa Usia 11 Tahun Sekolah Sepakbola Sanggar Kegiatan Belajar (Ssb Skb) Gudo Kabupaten Jombang. Bravo’s Jurnal, 3(4), 188–195. Https://Ejournal.Stkipjb.Ac.Id/Index.Php/Penjas/Article/View/240/181

Andrieieva, O., Galan, Y., Hakman, A., & Holovach, I. (2017). Original Article Application Of Ecological Tourism In Physical Education Of Primary School Age Children Jpes ®. 17(1), 7–15. Https://Doi.Org/10.7752/Jpes.2017.S1002

Ardiansyah, F. (2016). Kemampuan Motorik Dasar Siswa Kelas Iv Dan V Sd N. 2016, 1–9.

Arikunto, S. (2002). Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Pt. Rineka Cipta, 16.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rieneke Cipta.

Bailey, R. (2006). General Article Physical Education And Sport In Schools : A Review Of Benefits And Outcomes. 76(8), 397–401.

Basri. (2019). Meningkatkan Perkembangan Motorik Melalui Senam Ritmik Pada Siswa Kelas Vi Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 4(3), 387. Https://Doi.Org/10.17977/Jptpp.V4i3.12160

Bompa, T. (1994). Theory And Methodology Of Training (Third Edit). Ontorio Canada: Kendall/ Hunt Publishing Company.

Boris, G. (2019). «We Do Not Stop Exercising Because We Grow Old – We Grow Old Because We Stop Exercising.» Dr Kenneth Cooper – Editorial 4/2019. Swiss Sports & Exercise Medicine, 67(4), 11–13. Https://Doi.Org/10.34045/Ssem/2019/43

Burhaein, E. (2017). Indonesian Journal Of Primary Education Aktivitas Fisik Olahraga Untuk Pertumbuhan Dan Perkembangan Siswa Sd. Indonesian Journal Of Primary Education, 1(1), 51–58. Http://Ejournal.Upi.Edu/Index.Php/Ijpe/Index

Cahyo B, J., Waluyo, M., & Rahayu, S. (2012). Pengaruh Latihan Lompat Kijang Terhadap Kecepatan Lari. Journal Of Sport Sciences And Fitness, 1(1), 56–61.

Caspersen, C. J., Powell, K. E., & Christenson, G. M. (1902). Physical Activity, Exercise, And Physical Fitness: Definitions And Distinctions For Health-Related Research Carl. Notes And Queries, S9-Ix(228), 365–366. Https://Doi.Org/10.1093/Nq/S9-Ix.228.365-F

Chabib, A. (2016). Tingkat Keterampilan Dasar Bermain Bola Voli Siswa Putra Kelas Vii Di Smp Negeri 1 Puring Kabupaten Kebumen , Jawa Tengah. Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi, 5(5), 2–11.

Chernenko, S, O. (2015). Effectieness Of Junior Form Pupils’ Training Of Gymnastic Exercises In Different Modes Of Their Fulfillment Chernenko S.O. Donbass State Machine-Building Academy. 65–74.

Chiat, L. F., & Ying, L. F. (2012). Importance Of Music Learning And Musicality In Rhythmic Gymnastics. Procedia - Social And Behavioral Sciences, 46, 3202–3208. Https://Doi.Org/10.1016/J.Sbspro.2012.06.037

Corlaci, I. (2014). Efficiency In The Artistic Training Of The Beginners ’ Groups In The Men ’ S Artistic Gymnastics. 117, 408–413. Https://Doi.Org/10.1016/J.Sbspro.2014.02.236

Cristina, M., & Vasilica, G. (2012). Optimization Of Ball Rebound Technique In Rhythmic Gymnastics By Means Of Bi-Dimensional Analysis. Procedia - Social And Behavioral Sciences, 46, 3783–3787. Https://Doi.Org/10.1016/J.Sbspro.2012.06.146

Damanik, I. A., & Nurmaniah. (2017). Pengaruh Senam Irama Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun Di Ra. Fastabiqul Khairat Ptpn Ii Kabupaten Langkat Ta. 2016-2017. Jurnal Usia Dini, 3(1), 12–21. Https://Doi.Org/E-Issn: : 2502 7239 P-Issn: 2301-914x

Dapp, L. C., Gashaj, V., & Roebers, C. M. (2021). Physical Activity And Motor Skills In Children: A Differentiated Approach. Psychology Of Sport And Exercise, 54(June 2020), 101916. Https://Doi.Org/10.1016/J.Psychsport.2021.101916

Darsi, H. (2018). Pengaruh Senam Aerobic Low Impact Terhadap Peningkatan V02max. Gelanggang Olahraga: Jurnal Pendidikan Jasmani Dan Olahraga (Jpjo), 1(2), 42–51. Https://Doi.Org/10.31539/Jpjo.V1i2.134

Demitra, F. A. J. (2019). Pengaruh Senam Otak Dan Senam Irama Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Dini.

Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya.

Desmita. (2013). Psikologi Perkembangan. Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya.

Didi Yudha, P., Soegiyanto, K., & Soekardi. (2015). Pengaruh Metode Pembelajaran Eksplorasi Dan Kelincahan Siswa Terhadap Hasil Belajar Permainan Sepakbola Siswa Kelas Vii Di Mts Negeri 2 Kudus. Journal Of Physical Education And Sports, 4(1), 64–71.

Disparbud. (2019). Kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Prov. Babel Apresiasi Lomba Senam Bedincak Piala Kapolda Babel. Diakses Pada 21 November 2021 Pukul 22.27. Www.Visitbangkabelitung.Com/Amp/Senam-Bedincak”

Dobrescu, T., & Dobreci, L. D. (2014). Contributions Regarding The Learning Of The Specific Motor Content Of Artistic Training In The Aerobic Gymnastics. Procedia - Social And Behavioral Sciences, 137, 25–31. Https://Doi.Org/10.1016/J.Sbspro.2014.05.247

Dobrescu, T., Dobreci, L., & Raţă, G. (2014). Study Regarding The Motivation Of The Aerobic Gymnastics Team Members Of The “Vasile Alecsandri” University Of Bacau. Procedia - Social And Behavioral Sciences, 127, 386–391. Https://Doi.Org/10.1016/J.Sbspro.2014.03.276

Esteban Garcia, P., Jim, F., Abi, J., Bravo-S, A., & Rubio-Arias, J. Á. (2021). Effect Of 12 Weeks Core Training On Core Muscle Performance In Rhythmic Gymnastics. 2013, 1–12.

Farida, M. (2016). Analisis Senam Angguk Di Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, 12(2), 105–109.

Fatahilah, A., Rahayu, S., & Soekardi. (2017). Model Latihan Dengan Teknik Relaksasi Berbantuan Aromaterapi Dan Musik Instrumental Untuk Menurunkan Kecemasan Atlet. Journal Of Physical Education And Sports, 6(3), 211–217.

Fitri, M. (2010). Sistem Informasi Pengolahan Data Hasil Tes Pemanduan Bakat Cabang Olahraga Senam. Jurnal Manajerial, 9(1), 16–27. Https://Doi.Org/10.17509/Manajerial.V9i1.1197

Glynn, B., Laird, J., Herrington, L., Rushton, A., & Heneghan, N. R. (2022). Analysis Of Landing Performance And Ankle Injury In Elite British Artistic Gymnastics Using A Modified Drop Land Task: A Longitudinal Observational Study. Physical Therapy In Sport, 55, 61–69. Https://Doi.Org/10.1016/J.Ptsp.2022.01.006

Gómez-Landero, L. A., Leal Del Ojo, P., Walker, C., & Floría, P. (2021). Static Balance Performance Differs Depending On The Test, Age And Specific Role Played In Acrobatic Gymnastics. Gait And Posture, 90(April), 48–54. Https://Doi.Org/10.1016/J.Gaitpost.2021.07.023

Guntur, P. (2021). Pengaruh Senam Pgri Terhadap Kebugaran Jasmani Siswa Kelas V Sd Negeri Krandegan Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri S. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hakim, A. R., Soegiyanto, & Soekardi. (2013). Pengaruh Usia Dan Latihan Keseimbangan Terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Kelas Bawah Mampu Didik Sekolah Luar Biasa. Journal Of Physical Education And Sports, 2(1), 201–204.

Hasanah, U. (2016). Pengembangan Kemampuan Fisik Motorik Melalui Permainan Tradisional Bagi Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 5(1), 717–733. Https://Doi.Org/10.21831/Jpa.V5i1.12368

Hidayati, A. (2017). Merangsang Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Dengan Pembelajaran Tematik Terpadu. Sawwa: Jurnal Studi Gender, 12(1), 151. Https://Doi.Org/10.21580/Sa.V12i1.1473

Hidi, J. (2014). Gymnastics Program Involving Gym-Ball Exercises Meant To Prevent Heart Diseases. Procedia - Social And Behavioral Sciences, 117, 193–196. Https://Doi.Org/10.1016/J.Sbspro.2014.02.200

Husnah, A., & Hadi Prayogo, B. (2018). Pengaruh Senam Irama Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 4-5 Tahun Di Tk Muslimat Nu Gesang Kabupaten Lumajang. Jecie (Journal Of Early Childhood And Inclusive Education), 1(2), 108–116.

Ikalor, A. (2013). Pertumbuhan Dan Perkembangan. Jurnal Pertumbuhan Dan Perkembangan, 7 (1), 1–6.

Imam, H. (1981). Hukum Adat Sketsa Asas. (Second Edi). Yogyakarta: Liberty.

Indraswati, L. (2012). Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalaui Kegiatan Mozaik Di Taman Kanak-Kanak Pembina Agam. Jurnal Pesona Paud, Jurnal Pes(2), 1–13.

Ismoko, A. P., & Sukoco, P. (2013). Pengaruh Metode Latihan Dan Koordinasi Terhadap Power Tungkai Atlet Bola Voli Junior Putri. Jurnal Keolahragaan, 1(1), 1–12. Https://Doi.Org/10.21831/Jk.V1i1.2339

Izzaty, R. E. (2008). Perkembangan Anak Usia 7-12 Tahun. Jurnal Pengabdian. Https://Doi.Org/Universitas Negeri Yogyakarta

Izzo, R. E., Sebastianelli, M., I, C. H. V., & Power, M. (2018). Balance As Quality Of Motory-Sports Performance In A Target Evaluation Between Advanced Technology / Imu Balance As Quality Of Motory-Sports Performance In A Target Evaluation Between Advanced Technology / Imu Izzo R , Sebastianelli M And Hosseini Varde ’. 5(January), 7–11.

Kashuba, V., Goncharova, N., & Butenko, H. (2018). Practical Implementation Of The Concept Of Health- Forming Technologies Into The Process Of Physical Education Of Primary School Age Children. 8(6), 469–477.

Kashuba, V., Savliuk, S., Chalii, L., & Zakharina, I. (2020). Original Article Technology For Correcting Postural Disorders In Primary School-Age Children With Hearing Impairment During Physical Education. 20(2), 939–945. Https://Doi.Org/10.7752/Jpes.2020.S2133

Krismoni, E., T, A. J. Z., & Ulfah, S. M. (2020). Meningkatkan Perkembangan Motorik Kasar Melalui Senam Bebek Berenang Pada Anak Usia Dini Kelompok B Di Taman Kanak-Kanak Al-Fajri Desa Sekernan Kabupaten Muaro Jambi Doctoral Dissertation. Uin Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Kristanto, M., & Pratii, Y. (2014). Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar (Keseimbangan Tubuh) Melalui Permainan Engklek Di Kelompok B Tunas Rimbs Ii Tahun Ajaran 2014/2015.

Kurniawan, O. (2016). Kurniawan, Oki. (2016). Perbedaan Pertumbuhan Fisik Dan Perkembangan Motorik Kasar Siswa Laki-Laki Dan Perempuan Kelas Atas Sdn Kalongan 4 Ungaran Timur. Universitas Negeri Semarang.

Latif, A. (2009). Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung: Pt Refika Aditama.

Latifa, U. (2017). Perkembangan Pada Anak Sekolah Dasar: Masalah Dan Perkembangannya. Academica: Journal Of Multidisciplinary Studies, 1(2), 185–196. Https://Doi.Org/Issn: 2579-9703 (P) | Issn: 2579-9711 (E) Aspek

Lestariningrum, A. (2019). Pengaruh Senam Bebek Berenang Terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia 3-4 Tahun. Efektor, 6(1), 1–6.

Lie, I. R., Naufal, M. A., Paniza, M., & Kurniawan, A. B. (2022). Perancangan Aplikasi Raporku Sekolah Dasar Berbasis Android. 554–560.

Lin, C. C., Hsieh, S. S., Chang, Y. K., Huang, C. J., Hillman, C. H., & Hung, T. M. (2021). Up-Regulation Of Proactive Control Is Associated With Beneficial Effects Of A Childhood Gymnastics Program On Response Preparation And Working Memory. Brain And Cognition, 149, 105695. Https://Doi.Org/10.1016/J.Bandc.2021.105695

Liparoti, M., & Minino, R. (2021). Rhythm And Movement In Developmental Age. Winter Conferences Of Sports Science. Journal Of Human Sport & Exercise, 16(March), 22–23. Https://Doi.Org/10.14198/Jhse.2021.16.Proc3.10

Lismadiana. (2013). Peran Perkembangan Motorik Pada Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiah Keolahragaan.

Lopes, V. P., Martins, S. R., Gonçalves, C., Cossio-Bolaños, M. A., Gómez-Campos, R., & Rodrigues, L. P. (2022). Motor Competence Predicts Self-Esteem During Childhood In Typical Development Children. Psychology Of Sport And Exercise, 63(July). Https://Doi.Org/10.1016/J.Psychsport.2022.102256

Lusia, R. A., Janah, N., & Robakiah. (2022). Eksplorasi Etnomatematika Pada Senam Bedincak Sebagai Alternatif Pembelajaran Dan Wadah Refreshing Bagi Siswa. Fraction: Jurnal Teori Dan Terapan Matematika, 1(2), 14–20. Https://Doi.Org/10.33019/Fraction.V1i2.18

Lutan, R. (1999). Strategi Belajar Mengajar Penjaskes. Jakarta: Depdikbud.

Lydia, K. E. (2016). Bermain Dalam Rangka Mengembangkan Motorik Pada Anak Usia Dini Indria, Jurnal Ilmiah Pendidikan Prasekolah Dan Sekolah Awal Vol.1. No.1 September 2016 Issn 2528-004x. Jurnal Ilmiah Pendidikan Prasekolah Dan Sekolah Awal, Vol.1. No., 1.

Lykesas, G., Tsapakidou, A., & Tsompanaki, E. (2014). Creative Dance As A Means Of Growth And Development Of Fundamental Motor Skills For Children In First Grades Of Primary Schools In Greece. 02(01), 211–218.

M A Noviudin, P., Sugiharto, & Setya, R. (2014). Pengaruh Metode Latihan Smash Dan Koordinasi Mata Tangan Dengan Menggunakan Umpan Langsung Dan Tak Langsung Umpan Pada Bulutangkis M. Journal Of Physical Education And Sports, 3(1).

Magistro, D., Cooper, S. B., Carlevaro, F., Marchetti, I., Magno, F., Bardaglio, G., & Musella, G. (2022). Two Years Of Physically Active Mathematics Lessons Enhance Cognitive Function And Gross Motor Skills In Primary School Children. Psychology Of Sport And Exercise, 63(July), 102254. Https://Doi.Org/10.1016/J.Psychsport.2022.102254

Mahendra, A. (2001). Permainan Anak Dan Aktivitas Ritmik. In Jakarta : Erlangga.

Mahendra, A. (2004). Model Pendidikan Gerak. Bandung. Fpok Universitas Pendidikan Indonesia.

Mahendra, A. (2010). Menggagas Kurikulum Penjas Masa Depan. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Mahmudi, S. (1992). Olahraga Pilihan Senam. Surakarta: Direktorat Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Dan Tenaga Kependidikan.

Mareta, D. (2017). Pengaruh Senam Irama Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun Di Kb Fatimatuz Zahra Desa Pesayangan Kecamatan Talang Kabupaten Tegal. Fkip Unnes 2017.

Mariana, M., & Orlando, C. (2014). Performance Criteria In Aerobic Gymnastics – Impact On The Sportive Training. Procedia - Social And Behavioral Sciences, 117, 367–373. Https://Doi.Org/10.1016/J.Sbspro.2014.02.229

Marjaya, D. (2019). Brigjen Pol Istiono Sebarkan Virus Senam Bedincak Di Bangka Belitung” Diakses Pada 13 November 2021 Pukul 13:06. Https://Bangka.Tribunnews.Com/2019/09/17/Brigjen-Pol-Istiono-Sebarkan-Virus-Senam-Bedincak-Di-Bangka-Belitung

Maslichatoen. (2016). Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Malang: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Masumoto, T., Amano, H., Otani, S., Kamijima, M., Yamazaki, S., Kobayashi, Y., & Kurozawa, Y. (2022). Association Between Prenatal Cadmium Exposure And Child Development: The Japan Environment And Children’s Study. International Journal Of Hygiene And Environmental Health, 243. Https://Doi.Org/10.1016/J.Ijheh.2022.113989

Mitova, S. (2015). Frequency And Prevalence Of Postural Disorders And Spinal Deformities In Children Of. 43(1), 21–24.

Mostafavi, R., Ziaee, V., Akbari, H., & Hosseini., S. H. (2013). Short Communication The Effects Of Spark Physical Education Program On Fundamental Motor Skills In. Iranian Journal Of Pediatrics, 23(2), 216–219.

Mulyasa, E. (2012). Manajemen Paud. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya Offset.

Muriyan, O. (2018). Mengembangkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini 4-5 Tahun Melalui Gerakan-Gerakan Senam Di Tk Negeri Pembina Kalianda Lampung Selatan. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Murni. (2017). Perkembangan Fisik, Kognitif, Dan Psikososial Pada Masa Kanak-Kanak Awal 2-6 Tahun. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan, Iii No 1, 19–33.

Mustamir, P., & Sudrajad, H. (2009). Saatnya Bersekolah. Jogjakarta: Bukubiru.

Mutiah, D. (2012). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Naheria, Soegiyanto, & Wahyu, L. (2015). Pengembangan Permainan Bintang Gedalo Dalam Pembelajaran Atletikbagi Siswa Sekolah Dasar. Journal Of Physical Education And Sports, 4(2), 129–135. Http://Journal.Unnes.Ac.Id/Sju/Index.Php/Jpes

Nirwana, & Hiliani, R. (2021). Peningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Latihan Senam Irama Dengan Alat. Yasmin: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(1), 1–7.

Nisnayeni. (2012). Peningkatan Perkembangan Motorik Kasar Anak Melalui Senam Irama Di Taman Kanak-Kanak Bina Ummat Pesisir Selatan. Jurnal Pesona Paud, Vol 1 No 1.

Novitasari, R., Nasirun, M., & Delrefi, D. (2019). Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Dengan Media Hulahoop Pada Anak Kelompok B Paud Al-Syafaqoh Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal Ilmiah Potensia, 4(1), 612.

Nugraha, A., Nugraheni, T., & Suryawan, A. I. (2021). Tari Campak Di Sanggar Dharma Habangka Kabupaten. Ringkang, 1(1), 32.

Nugroho, B., & Rahayu, S. (2021). Hubungan Pengetahuan Ibu, Pola Asuh, Dan Status Gizi Terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini. Journal Of Sport Science And Fitness, 7(1), 32–37. Https://Doi.Org/10.15294/Jssf.V7i1.44763

Nur, M., Sugiharto, & Hidayah, T. (2017). Journal Of Physical Education And Sports Pengaruh Metode Latihan Dan Power Otot Tungkai Terhadap Kelincahan. 279 Jpes, 6(3), 279–285. Http://Journal.Unnes.Ac.Id/Sju/Index.Php/Jpes

Nurgiyantoro, B. (2000). Statistik Terapan. Gadjah Mada University Press Yogjakarta.

Nurhasan. (2009). Penilaian Pembelajaran Penjas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Nurtajudin, Tandiyo, R., & Sulaiman. (2015). Pengaruh Latihan Koordinasi Mata-Kaki-Tangan Dan Tingkat Keseimbanganterhadap Motorik Kasar Anak Usia Dini. Jpes, 4(2), 154–158. Http://Journal.Unnes.Ac.Id/Sju/Index.Php/Jpes

Nuryanti, Roni, R., & Ismail, H. (2018). Pengembangan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Kegiatan Senam Ceria. Cakrawala Dini: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(2), 101–111. Https://Doi.Org/10.17509/Cd.V6i2.10525

Olajos, A. A., Takeda, M., Dobay, B., Radak, Z., & Koltai, E. (2020). Freestyle Gymnastic Exercise Can Be Used To Assess Complex Coordination In A Variety Of Sports. Journal Of Exercise Science And Fitness, 18(2), 47–56. Https://Doi.Org/10.1016/J.Jesf.2019.11.002

Pinatih, D. A. P. A., Kristiantari, M. R., & Ardana, I. K. (2015). Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Dalam Menulis Dengan Metode Pemberian Tugas Berbantuan Media Gambar Pada Anak Kelompok B2 Semester Ii Di Paud Kusuma 2 Denpasar Tahun Ajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha, 3(1).

Polevoy, G. (2020). Development Of A Sense Of Rhythm In Children 8-9 Years Old With The Help Of Exercise ‘ Classic ’ S ’. Sri Lanka Journal Of Child Health, 49(2), 140–144.

Popescu, G., Dina, L., Stroiescu, S., Dina, G., & Popescu, A. (2014). Inclusive Education From Unified Gymnastics - Applicative Routines. Procedia - Social And Behavioral Sciences, 93, 2120–2124. Https://Doi.Org/10.1016/J.Sbspro.2013.10.176

Pradipta, G. D., & Sukoco, P. (2013). Model Senam Si Buyung Untuk Pembelajaran Motorik Kasar Pada Siswa Taman Kanak-Kanak. Jurnal Keolahragaan, 1(2), 130–141. Https://Doi.Org/10.21831/Jk.V1i2.2569

Purnama, A. (2016). Pengaruh Senam Yoga Terhadap Tingkat Kecemasan Wanita Pra Menopause (Studi Pada Lychel Gym Aerobik Dan Yoga 35-45 Tahun Surabaya). Jurnal Kesehatan Olahraga, 06(2), 283–293.

Purnamasari, E. (2015). Pengaruh Kegiatan Gerak Dan Lagu Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Kelompok B Di Tk Kemala Bhayangkari 29 Jember Tahun Pelajaran 2014/2015. Jember: Ikip Pgri Jember.

Purwanto. (2011). Statistika Dalam Penelitian. Yokyakarta: Pustaka Pelajar.

Puspitasari, I. E., Rumini, & Siti, Baitul, M. (2017). Pengaruh Latihan Senam Dan Daya Tahan Tubuh Terhadap Respon Nyeri Haid ( Dysmenorrhea ). Journal Of Physical Education And Sport, 6(2), 165–171.

Raiola, G., Giugno, Y., Scassillo, I., & Di Tore, P. A. (2013). An Experimental Study On Aerobic Gymnastic: Performance Analysis As An Effective Evaluation For Technique And Teaching Of Motor Gestures. Journal Of Human Sport And Exercise, 8(2 Suppl), 297–306. Https://Doi.Org/10.4100/Jhse.2012.8.Proc2.32

Richard, S. (1991). Motor Learning And Performance: From Principle Into Practice. Human Kinetics. Champaign, Il.

Roeyana, I. (2017). Peningkatan Motorik Kasar Melalui Senam Irama Bagi Anak Usia 4-5 Tahun. Indonesian Jurnal Of Islamic Early Childhood Education, Vol. 2 No., 140.

Rohma Saputri, G., Sasmiati, & Sofia, A. (2017). Frekuensi Latihan Senam Irama Dan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 3(1), 3.

Rubiyatno. (2014). Peranan Aktivitas Olahraga Bagi Tumbuh Kembang Anak. Peranan Aktivitas Olahraga Bagi Tumbuh Kembang Anak Jurnal Pendidikan Olah Raga, Vol. 3, No. 1, Juni 2014 3., Vol. 3, No(88), 54–64.

Ruffin, N. J. (2019). Human Growth And Development - A Matter Of Principles. Virginia Cooperative Extension, 350053, 1–42.

Rukmana, A. (2011). Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar. Jurnal, Pendidikan Dasar, 9(1), 4.

Saifuddin, A. (2016). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Samsudin. (2008a). Pembelajaran Motorik Di Taman Kanak-Kanak. Prenada Media Grup: Jakarta.

Samsudin. (2008b). Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan (Sd/Mi). Jakarta: Litera.

Santrock, J. W. (2007). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Kencana Prenada Media Group.

Saputra, D. (2016). Pengaruh Senam Yoga Terhadap Tingkat Kecemasan Wanita Pra Menopause. Jurnal Kesehatan Olahraga, 6(2), 222–229.

Sardiman, Taufik, H., & Soekardi. (2017). Pengaruh Latihan Plyometric Dan Panjang Tungkai Terhadap Peningkatan Power Lompatan Dan Smash Kedeng Sepak Takraw. Journal Of Physical Education And Sport Science, 6(3), 286–290.

Sari, F. K. (2018). Perbandingan Pengaruh Latihan Senam Poco-Poco Dan Latihan Senam Ayo Bersatu. Jurnal Pendidikan Dasar Setia Budhi, 1(2), 109–116.

Sasi, D. N. (2011). Meningkatkan Kemampuan Gerak Dasar Dan Kognitif Anak Melalui Senam Irama Jurnal Penelitian Pendidikan. 46–52. Https://Doi.Org/Issn 1412-565x

Septiana, A., Rahayu, S., & Sugiarto. (2020). Latihan Senam Ayo Bersatu Dapat Meningkatkan Kebugaran Jasmani Anak Tunagrahita Ringan Di Slb Negeri Semarang. Journal Of Sport Sciences And Fitness, 5(2), 104.

Septyaning Lusianti, P. (2019). Prosiding Seminar Nasional Iptek Olahraga C. 1. Seminar Nasional Iptek Olahraga, 2019, Issn 2622-0156 Studi, 8.

Slavin. (2011). Psikologi Pendidikan Teori Dan Praktik. Jakarta: Pt Indeks.

Sollerhed, A. C., & Ejlertsson, G. (2008). Physical Benefits Of Expanded Physical Education In Primary School : Findings From A 3-Year Intervention Study In Sweden. 102–107. Https://Doi.Org/10.1111/J.1600-0838.2007.00636.X

Sugiyono. (2003). Statistik Untuk Penelitian. Cv Alfabeta, Bandung.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung : Cv. Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta.

Sujiono. (2014). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sujiono, B. (2010). Metode Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdikas.

Sukadianto. (2005). Pengantar Teori Dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.

Sukardi, Soegiyanto, K., & Soekardi. (2015). Senam Dayu Dalam Pembelajaran Aktivitas Ritmik Pada Siswa Sekolah Dasar. Journal Of Physical Education And Sports, 4(1), 44–50.

Sulistiyo, A., Rahayu, S., & Sugiharto. (2017). Evaluasi Program Pemusatan Latihan Cabang Olahraga Senam Kabupaten Pati Persiapan Kejuaraan Provinsi Jawa Tengah Abstrak. Journal Of Physical Education And Sports, 6(3), 232–235.

Sultoni, I. (2017). Senam Persatuan Guru Republik Indonesia (Pgri). Diakses Pada 8 April 2021 Pukul 19:31. Https://Www.Sdnwonoplintahan1.Sch.Id/2017/07/Senam-Persatuan-Guru-Republik-Indonesia.Html

Sumantri, M. (2014). Modul 1 Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sumantri, M. S. (2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Kasar Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidiakan Nasional.

Sumarjo. (2010). Pendidikan Jasmanai, Olahraga, Dan Kesehatan. Surabaya : Jp Book.

Surna, I. N. (2014). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Suroso, A., Rustiana, E. R., & Sugiharto. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Dan Motorik Dasar Sekolah Dasar Kelas Awal. Journal Of Physical Education And Sports, 2(1), 186–192.

Susanto, A. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta. Kencana.

Susanto, E. (2012). Model Pembelajaran Akuatik Siswa Prasekolah. Journal Of Physical Education And Sports, 1(1), 36–47. Http://Journal.Unnes.Ac.Id/Sju/Index.Php/Jpes

Suyadi. (2010). Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Pt. Pustaka Insan Madani.

Syah, M. (2004). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru Edisi Revisi. (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2004).

Syah, M. (2007). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.

Szabo, D. A., & Sopa, I. S. (2020). Study Regarding The Level Of Physical And Functional Development Of Children From Primary School Level Journal Of Physical Education And Sport ® (Jpes), Vol.20 (3), Art 206, Pp. 1497 - 1504, 2020. 20(3), 1497–1504. Https://Doi.Org/10.7752/Jpes.2020.03206

Takudung, J. (2006). Kepelatihan Olahraga. Pembinaan Prestasi Olahraga. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Tauhidman, H., & Ramadan, G. (2018). Pengembangan Model Latihan Keseimbangan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Stkip Muhammadiyah Kuningan Pendahuluan Pendidikan Sebagai Suatu Proses Pembinaan Manusia Yang Berlangsung Seumur Hidup , Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Keseh. Jurnal Sportif : Jurnal Penelitian Pembelajaran, 4.

Taylor, T., & Herik, J. Van Den. (2021). Metalinguistic Exchanges In Child Language Development. Language Sciences, 88, 101434. Https://Doi.Org/10.1016/J.Langsci.2021.101434

Trianingsih, R. (2016). Pengantar Praktik Mendidik Anak Usia Sekolah Dasar Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru Mi. 3(2), 197–211.

Ubaedah, D., Fatimah, A., & Kusumawardani, R. (2019). Meningkatkan Keterampilan Motorik Kasar Melalui Senam Irama Binatang. Jpp Paud Fkip Untirta, 2(1), 64. Https://Doi.Org/10.36709/Jrga.V2i1.8309

Ulfah, A. A., Dimyati, D., & Putra, A. J. A. (2021). Analisis Penerapan Senam Irama Dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1844–1852. Https://Doi.Org/10.31004/Obsesi.V5i2.993

Umanski, D., Kogovšek, D., Ozbič, M., & Schiller, N. (2010). Development Of A Voice-Based Rhythm Game For Training Speech Motor Skills Of Children With Speech Disorders. Virtual Reality & Associated Technologies Viña Del Mar/Valparaíso, Chile, 255–262.

Universitas Pgri Yogyakarta. (2018). Pengertian Pendidikan Menurut Beberapa Sumber. 2018. Https://Pgsd.Upy.Ac.Id/Index.Php/8-Artikel-Pendidikan/11-Pengertian-Pendidikan

Utami, R. B. (2016). Pengaruh Stimulasi Motorik Halus Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 4–5 Tahun Di Taman Kanak–Kanak Pertiwi Tiripan Berbek Nganjuk. Judika (Jurnal Nusantara Medika), 1(1), 52-59. 52–59.

Venetsanou, F., & Kambas, A. (2010). Environmental Factors Affecting Preschoolers ’ Motor Development. 319–327. Https://Doi.Org/10.1007/S10643-009-0350-Z

Veny, I., & Prastihastari, I. (2015). Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jurnal Pg-Paud Trunojoyo, 2(1), 7–17. Https://Doi.Org/Issn 2442-9163

Weiler, H. A., Hazell, T. J., Majnemer, A., Vanstone, C. A., Gallo, S., & Rodd, C. J. (2022). Vitamin D Supplementation And Gross Motor Development: A 3-Year Follow-Up Of A Randomized Trial. Early Human Development, 171, 105615. Https://Doi.Org/10.1016/J.Earlhumdev.2022.105615

Widyastari, D. A., Saonuam, P., Pongpradit, K., Wongsingha, N., Choolers, P., Kesaro, S., Thangchan, W., Pongpaopattanakul, P., Phankasem, K., Musor, M. E., Autchaworaphong, P., Muensakda, P., Chaiprasit, K., Yousomboon, C., Mansing, W., Aunampai, A., Nilwatta, N., Iamyam, W., Rasri, N., & Katewongsa, P. (2022). Results From The Thailand 2022 Report Card On Physical Activity For Children And Youth. Journal Of Exercise Science & Fitness, 20(4), 276–282. Https://Doi.Org/10.1016/J.Jesf.2022.06.002

Wiyani, N. A. (2014a). Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava Media.

Wiyani, N. A. (2014b). Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava Media.

Yoshimi, E., Nomura, T., & Kida, N. (2021). Effects Of A Rhythmic-Play Exercise Program On Coordination In Preschool Children. Advances In Physical Education, 207220(11), 207–220. Https://Doi.Org/10.4236/Ape.2021.112016

Yulianto, D., & Awalai, T. (2017). Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Montase Pada Anak Kelompok B Ra Al-Hidayah Nanggungan Kecamatan Prambon Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran Jurnal Pinus Vol. 2 No. 2 Mei 2017 Issn. 2442-916. Jrnal Pinus, Vol 2 No.(2442–9163).

Yuniarni, D. (2014). Peningkatan Motorik Kasar Melalui Gerakan Senam Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk It Anak Shaleh Mempawah. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 6.

Yusuf, S. (2004). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zulfahmi, M. N. (2016). “Pengaruh Senam Irama Terhadap Keterampilan Gerak Dasar Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk Bina Siwi Desa Krasak Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara. Universitas Negeri Semarang.

LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing

Lampiran 2. Persetujuan Pembimbing Ujian Proposal Tesis

Lampiran 3. Persetujuan Pembimbing Ujian Tesis

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

Lampiran 5. Surat Balasan Bahwa Telah Benar Melakukan Penelitian

Lampiran 6. Data awal penelitian

Data Awal Perkembangan Motorik Kasar

Kategori

Kecepatan

Koordinasi

Keseimbangan

Kelincahan

Sangat baik

0

1

0

0

Baik

3

3

1

3

Cukup

2

3

0

3

Kurang

1

8

13

9

Sangat kurang

9

0

1

0

Total Siswa

15

15

15

15

Lampiran 7. Data Pre Test dan Post Test Hasil Tes Perkembangan Motorik Kasar (Tes motor ability) Pada Kelompok Senam Bedincak memiliki Jenis kelamin Laki-Laki

Lampiran 8. Data Pre Test dan Post Test Hasil Tes Perkembangan Motorik Kasar (Tes motor ability) Pada Kelompok Senam PGRI memiliki Jenis kelamin Laki-Laki

Lampiran 9. Data Pre Test dan Post Test Hasil Tes Perkembangan Motorik Kasar (Tes motor ability) Pada Kelompok Senam PGRI memiliki Jenis kelamin Perempuan

Lampiran 10. Data Pre Test dan Post Test Hasil Tes Perkembangan Motorik Kasar (Tes motor ability) Pada Kelompok Senam Bedincak memiliki Jenis kelamin Perempuan

Lampiran 11. Uji Normalitas

Tests of Normality

JENIS KELAMIN

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

HASIL MOTORIK KASAR

Statistic

Df

Sig.

Statistic

df

Sig.

KECEPATAN POSTEST

LAKI-LAKI

.130

30

.200*

.952

30

.193

PEREMPUAN

.099

30

.200*

.986

30

.956

KECEPATAN PRETEST

LAKI-LAKI

.110

30

.200*

.962

30

.348

PEREMPUAN

.132

30

.192

.918

30

.023

KOORDINASI POSTEST

LAKI-LAKI

.155

30

.065

.944

30

.114

PEREMPUAN

.138

30

.149

.936

30

.070

KOORDINASI PRESTEST

LAKI-LAKI

.243

30

.100

.895

30

.106

PEREMPUAN

.206

30

.102

.910

30

.015

KESEIMBANGAN POSTEST

LAKI-LAKI

.097

30

.200*

.980

30

.833

PEREMPUAN

.106

30

.200*

.953

30

.204

KESEIMBANGAN PRETEST

LAKI-LAKI

.206

30

.102

.898

30

.107

PEREMPUAN

.140

30

.137

.897

30

.107

KELINCAHAN POSTEST

LAKI-LAKI

.197

30

.204

.928

30

.043

PEREMPUAN

.134

30

.180

.960

30

.310

KELINCAHAN PRETEST

LAKI-LAKI

.199

30

.204

.911

30

.116

PEREMPUAN

.134

30

.180

.960

30

.310

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

1. UJI NORMALITAS PRE TEST

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Perkembangan Motorik kasar

N

59

Normal Parametersa,b

Mean

10.2201

Std. Deviation

3.97916

Most Extreme Differences

Absolute

.190

Positive

.190

Negative

-.098

Test Statistic

.190

Asymp. Sig. (2-tailed)

.100c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

2. UJI NORMALITAS POST TEST

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Perkembangan Motorik kasar

N

59

Normal Parametersa,b

Mean

11.6179

Std. Deviation

12.54717

Most Extreme Differences

Absolute

.276

Positive

.276

Negative

-.134

Test Statistic

.276

Asymp. Sig. (2-tailed)

.200c

Lampiran 12. Uji Homogenitas

A. Data Statistik Deskriptif

1. DATA STATISTIK POST TEST

LATIHAN

JENIS KELAMIN

Mean

Std. Deviation

N

SENAM BEDINCAK

LAKI-LAKI

16.6593

9.99050

15

PEREMPUAN

12.7996

5.76781

15

Total

14.7960

8.41842

30

SENAM PGRI

LAKI-LAKI

17.8553

10.41615

15

PEREMPUAN

15.7027

8.02368

15

Total

16.7790

9.32093

30

Total

LAKI-LAKI

17.2573

10.18030

30

PEREMPUAN

14.3012

7.14582

30

Total

15.7792

8.66306

60

2. DATA STATISTIK PRE TEST

Dependent Variable: Perkembangan Motorik kasar

LATIHAN

JENIS KELAMIN

Mean

Std. Deviation

N

SENAM BEDINCAK

LAKI – LAKI

10.5785

3.82915

15

PEREMPUAN

10.1850

4.49796

15

Total

10.3885

4.15180

30

SENAM PGRI

LAKI – LAKI

10.3548

3.75688

15

PEREMPUAN

9.7597

3.88127

15

Total

10.0573

3.81522

30

Total

LAKI – LAKI

10.4667

3.77888

30

PEREMPUAN

9.9650

4.17734

30

Total

10.21585

3.97811

60

Descriptive Statistics

HASIL MOTORIK KASAR

JENIS KELAMIN

LATIHAN SENAM

Mean

Std. Deviation

N

KECEPATAN PRETEST

LAKI-LAKI

SENAM BEDINCAK

14.69

2.565

15

SENAM PGRI

14.41

1.723

15

Total

14.55

2.152

30

PEREMPUAN

SENAM BEDINCAK

13.95

1.994

15

SENAM PGRI

16.27

3.561

15

Total

15.11

3.070

30

Total

SENAM BEDINCAK

14.32

2.289

30

SENAM PGRI

15.34

2.906

30

Total

14.83

2.644

60

KECEPATAN POSTEST

LAKI-LAKI

SENAM BEDINCAK

9.75

1.154

15

SENAM PGRI

10.50

.927

15

Total

10.12

1.097

30

PEREMPUAN

SENAM BEDINCAK

10.46

1.151

15

SENAM PGRI

11.59

.896

15

Total

11.02

1.163

30

Total

SENAM BEDINCAK

10.11

1.189

30

SENAM PGRI

11.04

1.053

30

Total

10.57

1.209

60

KOORDINASI PRESTEST

LAKI-LAKI

SENAM BEDINCAK

9.27

2.492

15

SENAM PGRI

7.60

1.639

15

Total

8.43

2.239

30

PEREMPUAN

SENAM BEDINCAK

7.60

1.639

15

SENAM PGRI

7.87

1.685

15

Total

7.73

1.639

30

Total

SENAM BEDINCAK

8.43

2.239

30

SENAM PGRI

7.73

1.639

30

Total

8.08

1.977

60

KOORDINASI POSTEST

LAKI-LAKI

SENAM BEDINCAK

23.07

4.574

15

SENAM PGRI

29.13

4.809

15

Total

26.10

5.548

30

PEREMPUAN

SENAM BEDINCAK

14.87

2.669

15

SENAM PGRI

23.07

4.574

15

Total

18.97

5.561

30

Total

SENAM BEDINCAK

18.97

5.561

30

SENAM PGRI

26.10

5.548

30

Total

22.53

6.578

60

KESEIMBANGAN PRETEST

LAKI-LAKI

SENAM BEDINCAK

11.58

3.447

15

SENAM PGRI

12.27

3.536

15

Total

11.93

3.449

30

PEREMPUAN

SENAM BEDINCAK

10.75

4.315

15

SENAM PGRI

9.09

3.666

15

Total

9.92

4.024

30

Total

SENAM BEDINCAK

11.17

3.860

30

SENAM PGRI

10.68

3.892

30

Total

10.92

3.851

60

KESEIMBANGAN POSTEST

LAKI-LAKI

SENAM BEDINCAK

27.99

6.308

15

SENAM PGRI

25.76

4.672

15

Total

26.88

5.571

30

PEREMPUAN

SENAM BEDINCAK

18.84

5.587

15

SENAM PGRI

21.80

6.332

15

Total

20.32

6.058

30

Total

SENAM BEDINCAK

23.41

7.480

30

SENAM PGRI

23.78

5.828

30

Total

23.60

6.650

60

KELINCAHAN PRETEST

LAKI-LAKI

SENAM BEDINCAK

6.78

.804

15

SENAM PGRI

7.14

.720

15

Total

6.96

.771

30

PEREMPUAN

SENAM BEDINCAK

6.38

.527

15

SENAM PGRI

6.39

.454

15

Total

6.39

.483

30

Total

SENAM BEDINCAK

6.58

.698

30

SENAM PGRI

6.76

.702

30

Total

6.67

.700

60

KELINCAHAN POSTEST

LAKI-LAKI

SENAM BEDINCAK

5.83

.541

15

SENAM PGRI

6.03

.507

15

Total

5.93

.525

30

PEREMPUAN

SENAM BEDINCAK

6.38

.527

15

SENAM PGRI

6.39

.454

15

Total

6.39

.483

30

Total

SENAM BEDINCAK

6.11

.594

30

SENAM PGRI

6.21

.508

30

Total

6.16

.551

60

B. Uji Homogenitas

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

F

df1

df2

Sig.

KECEPATAN PRETEST

1.035

3

56

.244

KECEPATAN POSTEST

.715

3

56

.547

KOORDINASI PRESTEST

1.371

3

56

.261

KOORDINASI POSTEST

1.361

3

56

.264

KESEIMBANGAN PRETEST

1.060

3

56

.374

KESEIMBANGAN POSTEST

1.059

3

56

.374

KELINCAHAN PRETEST

1.641

3

56

.190

KELINCAHAN POSTEST

.181

3

56

.909

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + JENIS_KELAMIN + LATIHAN + JENIS_KELAMIN * LATIHAN

1. DATA HOMOGENITAS PRE TEST

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable: Perkembangan Motorik kasar

F

df1

df2

Sig.

.499

3

232

.683

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + JENIS_KELAMIN + LATIHAN + JENIS_KELAMIN * LATIHAN

2. DATA HOMOGENITAS POST TEST

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable: Perkembangan Motorik kasar

F

df1

df2

Sig.

.409

3

58

.747

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + JENIS_KELAMIN + LATIHAN + JENIS_KELAMIN * LATIHAN

Lampiran 13. Uji Hipotesis Anova

1. UJI HIPOTESIS PRE TEST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Perkembangan Motorik kasar

Source

Type III Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Partial Eta Squared

Corrected Model

21.585a

3

7.195

.451

.717

.006

Intercept

24625.424

1

24625.424

1544.354

.000

.869

JENIS_KELAMIN

14.405

1

14.405

12.903

.000

.004

LATIHAN

6.207

1

6.207

11.389

.000

.002

JENIS_KELAMIN * LATIHAN

.599

1

.599

.038

.846

.000

Error

3699.346

58

15.945

Total

28371.162

59

Corrected Total

3720.931

59

a. R Squared = .006 (Adjusted R Squared = -.007)

2. UJI HIPOTESIS POST TEST

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Perkembangan Motorik kasar

Source

Type III Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Partial Eta Squared

Corrected Model

17.800a

3

5.933

6.703

.000

.080

Intercept

4.812E-7

1

4.812E-7

.000

.999

.000

JENIS_KELAMIN

3.956

1

3.956

15.081

.000

.005

LATIHAN

16.114

1

16.114

18.204

.000

.073

JENIS_KELAMIN * LATIHAN

1.029

1

1.029

1.162

.282

.005

Error

205.359

56

.885

Total

223.169

60

Corrected Total

223.158

59

a. R Squared = .080 (Adjusted R Squared = .068)

Tests of Between-Subjects Effects

Source

Dependent Variable

Type III Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Partial Eta Squared

Corrected Model

KECEPATAN

25.836a

3

8.612

7.976

.000

.299

KOORDINASI

1543.600b

3

514.533

28.547

.000

.605

KESEIMBANGAN

748.353c

3

249.451

7.506

.000

.287

KELINCAHAN

3.402d

3

1.134

4.386

.008

.190

Intercept

KECEPATAN

6708.569

1

6708.569

6213.118

.000

.991

KOORDINASI

30465.067

1

30465.067

1690.268

.000

.968

KESEIMBANGAN

33407.689

1

33407.689

1005.245

.000

.947

KELINCAHAN

2274.888

1

2274.888

8798.551

.000

.994

JENIS_KELAMIN

KECEPATAN

12.168

1

12.168

11.269

.001

.168

KOORDINASI

763.267

1

763.267

42.348

.000

.431

KESEIMBANGAN

645.307

1

645.307

19.417

.000

.257

KELINCAHAN

3.114

1

3.114

12.046

.001

.177

LATIHAN

KECEPATAN

13.141

1

13.141

12.171

.001

.179

KOORDINASI

763.267

1

763.267

42.348

.000

.431

KESEIMBANGAN

45.300

1

45.300

15.407

.000

.157

KELINCAHAN

3.114

1

3.114

12.046

.001

.177

JENIS_KELAMIN * LATIHAN

KECEPATAN

.526

1

.526

.488

.488

.009

KOORDINASI

17.067

1

17.067

.947

.335

.017

KESEIMBANGAN

101.010

1

101.010

3.039

.087

.051

KELINCAHAN

.124

1

.124

.480

.491

.009

Error

KECEPATAN

60.466

56

1.080

KOORDINASI

1009.333

56

18.024

KESEIMBANGAN

1861.070

56

33.233

KELINCAHAN

14.479

56

.259

Total

KECEPATAN

6794.870

60

KOORDINASI

33018.000

60

KESEIMBANGAN

36017.111

60

KELINCAHAN

2292.769

60

Corrected Total

KECEPATAN

86.301

59

KOORDINASI

2552.933

59

KESEIMBANGAN

2609.422

59

KELINCAHAN

17.881

59

a. R Squared = .299 (Adjusted R Squared = .262)

b. R Squared = .605 (Adjusted R Squared = .583)

c. R Squared = .287 (Adjusted R Squared = .249)

d. R Squared = .190 (Adjusted R Squared = .147)

1. JENIS KELAMIN

Estimates

Dependent Variable

JENIS KELAMIN

Mean

Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

KECEPATAN

LAKI-LAKI

10.124

.190

9.744

10.504

PEREMPUAN

11.024

.190

10.644

11.404

KOORDINASI

LAKI-LAKI

26.100

.775

24.547

27.653

PEREMPUAN

18.967

.775

17.414

20.519

KESEIMBANGAN

LAKI-LAKI

26.876

1.053

24.768

28.984

PEREMPUAN

20.317

1.053

18.209

22.425

KELINCAHAN

LAKI-LAKI

5.930

.093

5.744

6.116

PEREMPUAN

6.385

.093

6.199

6.571

Pairwise Comparisons

Dependent Variable

(I) JENIS KELAMIN

(J) JENIS KELAMIN

Mean Difference (I-J)

Std. Error

Sig.b

95% Confidence Interval for Differenceb

Lower Bound

Upper Bound

KECEPATAN

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

-.901*

.268

.001

-1.438

-.363

PEREMPUAN

LAKI-LAKI

.901*

.268

.001

.363

1.438

KOORDINASI

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

7.133*

1.096

.000

4.937

9.329

PEREMPUAN

LAKI-LAKI

-7.133*

1.096

.000

-9.329

-4.937

KESEIMBANGAN

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

6.559*

1.488

.000

3.577

9.541

PEREMPUAN

LAKI-LAKI

-6.559*

1.488

.000

-9.541

-3.577

KELINCAHAN

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

-.456*

.131

.001

-.719

-.193

PEREMPUAN

LAKI-LAKI

.456*

.131

.001

.193

.719

Based on estimated marginal means

*. The mean difference is significant at the .05 level.

b. Adjustment for multiple comparisons: Bonferroni.

Multivariate Tests

Value

F

Hypothesis df

Error df

Sig.

Partial Eta Squared

Noncent. Parameter

Observed Powerb

Pillai's trace

.582

18.414a

4.000

53.000

.000

.582

73.655

1.000

Wilks' lambda

.418

18.414a

4.000

53.000

.000

.582

73.655

1.000

Hotelling's trace

1.390

18.414a

4.000

53.000

.000

.582

73.655

1.000

Roy's largest root

1.390

18.414a

4.000

53.000

.000

.582

73.655

1.000

Each F tests the multivariate effect of JENIS KELAMIN. These tests are based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.

a. Exact statistic

b. Computed using alpha = .05

2. LATIHAN

Estimates

Dependent Variable

LATIHAN

Mean

Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

KECEPATAN

SENAM BEDINCAK

10.106

.191

9.724

10.488

SENAM PGRI

11.026

.191

10.644

11.407

KOORDINASI

SENAM BEDINCAK

18.967

.775

17.414

20.519

SENAM PGRI

26.100

.775

24.547

27.653

KESEIMBANGAN

SENAM BEDINCAK

23.412

1.053

21.304

25.521

SENAM PGRI

23.781

1.053

21.672

25.889

KELINCAHAN

SENAM BEDINCAK

6.105

.093

5.919

6.291

SENAM PGRI

6.210

.093

6.024

6.396

Pairwise Comparisons

Dependent Variable

(I) LATIHAN

(J) LATIHAN

Mean Difference (I-J)

Std. Error

Sig.b

95% Confidence Interval for Differenceb

Lower Bound

Upper Bound

KECEPATAN

SENAM BEDINCAK

SENAM PGRI

-.920*

.269

.001

-1.459

-.380

SENAM PGRI

SENAM BEDINCAK

.920*

.269

.001

.380

1.459

KOORDINASI

SENAM BEDINCAK

SENAM PGRI

-7.133*

1.096

.000

-9.329

-4.937

SENAM PGRI

SENAM BEDINCAK

7.133*

1.096

.000

4.937

9.329

KESEIMBANGAN

SENAM BEDINCAK

SENAM PGRI

-.368

1.488

.000

-3.350

2.613

SENAM PGRI

SENAM BEDINCAK

.368

1.488

.000

-2.613

3.350

KELINCAHAN

SENAM BEDINCAK

SENAM PGRI

-.104

.131

.001

-.367

.159

SENAM PGRI

SENAM BEDINCAK

.104

.131

.001

-.159

.367

Based on estimated marginal means

*. The mean difference is significant at the .05 level.

b. Adjustment for multiple comparisons: Bonferroni.

Multivariate Tests

Value

F

Hypothesis df

Error df

Sig.

Partial Eta Squared

Noncent. Parameter

Observed Powerb

Pillai's trace

.508

13.658a

4.000

53.000

.000

.508

54.633

1.000

Wilks' lambda

.492

13.658a

4.000

53.000

.000

.508

54.633

1.000

Hotelling's trace

1.031

13.658a

4.000

53.000

.000

.508

54.633

1.000

Roy's largest root

1.031

13.658a

4.000

53.000

.000

.508

54.633

1.000

Each F tests the multivariate effect of LATIHAN. These tests are based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.

a. Exact statistic

b. Computed using alpha = .05

3.

Lampiran 14. Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah Latihan

Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah Latihan

No.

Nama siswa

Jenis kelamin

umur

Denyut sebelum (per menit)

Denyut sesudah (per menit)

Intensitas

Denyut Nadi Latihan

1

PUTRA PERMANA

Laki- laki

11

82

172

Tinggi

2

DENIS

Laki- laki

12

78

152

Menengah

3

RANGGA

Laki- laki

11

85

175

Tinggi

4

DEWANGGA

Laki- laki

11

88

166

Menengah

5

FIRMAN

Laki- laki

13

78

158

Menengah

6

PAUZAN

Laki- laki

12

85

160

Menengah

7

ROBBY

Laki- laki

13

77

182

Tinggi

8

AHMAD FAIZAL

Laki- laki

14

75

177

Tinggi

9

JOAN

Laki- laki

13

85

176

Tinggi

10

ARGA

Laki- laki

12

78

173

Tinggi

11

ATURROHMAN

Laki- laki

13

77

180

Tinggi

12

DIKA

Laki- laki

14

68

182

Tinggi

13

PEBRI

Laki- laki

12

77

123

Rendah

14

GLEN KAKA

Laki- laki

11

86

161

Menengah

15

JORDAN

Laki- laki

13

77

138

Rendah

16

M. ASDIKA

Laki- laki

12

76

122

Rendah

17

RAFIQ

Laki- laki

14

80

167

Menengah

18

ZELFAN

Laki- laki

13

85

170

Tinggi

19

ABID

Laki- laki

12

87

175

Tinggi

20

ANA MA'RUF

Laki- laki

12

85

167

Menengah

21

FADIL

Laki- laki

13

76

181

Tinggi

22

KELVIN

Laki- laki

12

87

183

Tinggi

23

REZA SAPUTRA

Laki- laki

13

87

179

Tinggi

24

ILHAM

Laki- laki

13

77

165

Menengah

25

YUSDIANTO

Laki- laki

12

76

166

Menengah

26

ALDI BAKTI

Laki- laki

11

82

139

Rendah

27

ARIS

Laki- laki

11

87

123

Rendah

28

FAHRI

Laki- laki

13

90

134

Rendah

29

IQBAL

Laki- laki

12

86

150

Menengah

30

M. RAIHAN

Laki- laki

11

76

156

Menengah

31

LISDA

Perempuan

13

84

145

Rendah

32

MUJUR

Perempuan

12

85

134

Rendah

33

LARASASTI

Perempuan

12

92

189

Maksimal

34

MINARTI

Perempuan

13

83

175

Tinggi

35

ARSI SARI

Perempuan

12

79

114

Rendah

36

SELZA

Perempuan

12

76

165

Menengah

37

SITI

Perempuan

12

83

178

Tinggi

38

SRI RIZKI

Perempuan

12

78

153

Menengah

39

WULAN

Perempuan

13

65

132

Rendah

40

AMIRA

Perempuan

13

76

124

Rendah

41

DIAH LESTARI

Perempuan

13

87

185

Tinggi

42

CIKA AULIA SARI

Perempuan

13

78

137

Rendah

43

ANNISA

Perempuan

13

77

167

Menengah

44

ABELIA PUTRI

Perempuan

12

89

165

Menengah

45

ADELIA SYAHIRA

Perempuan

12

86

176

Tinggi

46

ADZKY NAFISAH

Perempuan

12

87

178

Tinggi

47

ALMAIRA YASYA

Perempuan

11

88

170

Tinggi

48

DINDA

Perempuan

12

76

158

Menengah

49

DITA

Perempuan

11

67

181

Tinggi

50

HAFIZA

Perempuan

12

86

161

Menengah

51

MALIKAH

Perempuan

12

90

177

Tinggi

52

MELSI

Perempuan

12

80

183

Tinggi

53

QEYSA

Perempuan

13

78

174

Tinggi

54

RAHMA

Perempuan

12

65

132

Rendah

55

SALSABILA

Perempuan

12

68

157

Menengah

56

ASDAH LINDA

Perempuan

12

76

175

Tinggi

57

LAURA BELLA

Perempuan

12

78

135

Rendah

58

DIANA SAFITRI

Perempuan

13

77

156

Menengah

59

AURA

Perempuan

12

80

146

Rendah

60

SUCI DARMAWATI

Perempuan

11

77

185

Tinggi

Jumlah hasil rata - rata

12.25

80.4

160.9833

Lampiran 15. Dokumentasi

Gambar 1. Memberikan pengarahan kepada siswa sebelum Melakukan Tes Awal (pre test)

Gambar 2. Siswa SD 9,10 dan 11 Simpang Rimba Melakukan Gerakan Tes Shuttle

Run 4 x 10 meter.

Gambar 3. Siswa SD 9,10 dan 11 Simpang Rimba Melakukan Gerakan Tes Lempar Tangkap Bola jarak 1 meter dengan tembok

Gambar 4. Siswa SD 9,10 dan 11 Simpang Rimba Melakukan Gerakan Tes Stork Stand Positional Balance

Gambar 5. Siswa SD 9,10 dan 11 Simpang Rimba Melakukan Gerakan Tes lari cepat 30 meter

Gambar 6. Siswa SD 9,10 dan 11 Simpang Rimba Melakukan Latihan Gabungan Senam Bedincak dan Senam PGRI

Gambar 7. Berfoto bersama Kepala Sekolah SD 9,10 dan 11 Simpang Rimba

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post