Jangan Lupa Waktu

(Pentigraf karakter)

oleh Dolbakri Abu Azzira

Bel tanda jam istirahat salat Zuhur telah berbunyi. Semua siswa dan siswi bersiap untuk berwuduk ke sungai. Jarak sekolahku dengan sungai cukup dekat sekitar 70 meter. Tidak ada waktu untuk bermain-main ke kantin atau bergurau dengan teman. Waktu yang disediakan untuk berwuduk hanya 15 menit saja, setelah itu semua siswa harus berkumpul di musallah sekolah mendengarkan kultum sebelum azan dikumandangkan.

Hari itu bersama temanku Rafi mampir dulu ke ke kedai. Ada sesuatu yang ingin dibeli oleh Rafi. Setelah itu ku mengajak Rafi pulang pula ke rumahku yang jaraknya sekitar 100m dari sekolah. Perutku terasa lapar. Biasanya aku makan siang dulu di rumah pada jam istirahat pertama. Hari ini jam istirahat pertama aku tidak sempat pulang. Jadi perutku terasa lapar sekali. Dan kusempatkan dulu makan di rumah sambil bercerita dan bergurau dengan temanku Rafi. Maklum aku dikatakan tidak pernah jajan di sekolah. Aku sudah dibiasakan orang tuaku seperti itu dari kecil, begitu juga dengan kakak-kakakku. Paling aku baru bisa jajan kalau ada pekerjaan yang kulakukan. Contohnya hari Minggu aku dan teman-teman mengumpulkan batu yang ukurannya agak besar di sungai lalu kami jual.

"Ihsan, ayo cepat makannya."

"Nanti kita terlambat," ucap Rafi mengingatkan. Karena keasyikan bercerita dan bergurau akhirnya kami lupa waktu. Kami baru teringat bahwa kami belum salat Zuhur dan lupa ikut salat berjemaah di musallah sekolah.