Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara. Lidah merupakan suatu organ otot kompak yang ditutupi oleh lapisan pelindung dari epitel skuamosa berlapis yang memiliki 2 bagian yaitu dorsum dan ventral. Dorsum lidah memiliki banyak tonjolan mukosa yang membentuk papila-papila, yaitu papila filiformis, fungiformis, sirkumvalata, dan foliata. Papila fungiformis tidak bertanduk, berbentuk bulat atau jamur dan sedikit menonjol. Papilla ini juga berisi kuncup – kuncup pengecap. Papilla ini palin banyak terdapat di tepi lateral dan ujung anterior dari lidah. Kadang – kadang papilla fungiformis menngandung pigmentasi coklat, terutama melanoderm. Papilla sircumvalata adalah papila terbesar yang tampak sebagai papula – papula berwarna merah merah muda 2 sampai 4 mm. Papula tersebut dikelilingi oleh suatu parit sempit yang berisi kuncup – kuncup pengecap1. Struktur papila pada dorsum lidah menjadi area unik bagi ekologi oral sebagai permukaan yang luas dan menguntungkan untuk akumulasi debris dan mikroorganisme oral. Pada zaman globalisasi ini, khususnya di Indonesia terjadi pergeseran pola hidup masyarakat modern, sehingga menimbulkan kecendrungan terjadinya tingkat persaingan yang ketat. Pola hidup modern ini banyak menimbulkan dampak positif, namun demikian juga dapat menimbulkan dampak negatif seperti memicu terjadinya peningkatan gangguan emosional. Hubungan antara gangguan emosional dengan kesehatan sudah banyak diteliti. Salah satu bentuk kelainan di rongga mulut yang dipercaya berhubungan dengan gangguan emosional adalah geographic tongue. Namun sampai saat ini hubungan antara geographic tongue dengan gangguan emosional masih belum terbukti. Geographic tongue merupakan salah satu kelainan permukaan lidah yang menunjukkan atropy dan berwarna kemerahan dengan batas hiperkerstosis putih kekuningan yang jelas. Geographic tongue disebabkan oleh banyak factor dan prevalensinya sekitar 1-1,25%. Meskipun penyakit ini dianggap ringan karena dapat sembuh sendiri, tetapi penyakit ini bias mengganggu bila frekuensinya sangat tinggi. Selain itu individu yang menderita geographic tongue mengeluhkan adanya iritasi dan rasa terbakar pada lidah khususnya jika mengkonsumsi makanan pedas dan beralkohol. Hal ini tentunya dapat mengganggu asupan nutrisi serta kenyamanan penderita terutama saat berbicara sehingga patogenesa geographic tongue yang jelas perlu segera diketahui untuk dapat menemukan perawatan yang tepat. Geographic tongue merupakan salah satu kelainan pada lidah yang paling sering terjadi dimasyarakat dan disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang diduga mempunyai peranan yang penting terhadap timbulnya geographic tongue adalah gangguan emosional. Gangguan emosional yang palin sering ditemukan di masyarakat dapat dikategorikan menjadi tingkat kecemasan dan depresi3. Geographic tongue merupakan suatu kelainan pada permukaan lidah berupa daerah kemerahan, tidak berpapila dengan penipisan epitel dorsal lidah, biasanya dikelilingi zona sempit dari papila yang beregenerasi, berwarna lebih putih dari daerah yang dikelilinginya. Etiologinya tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan berhubungan dengan stress emosional, defenisi nutrisi, herediter, dan hormonal4. Lidah geograpik adalah suatu keadaan perdangan jinak yang disebabkan oleh pengelupasan keratin superficial dan papila – papila filiformisnya. Keadaan tersebut biasanya terbatas pada dorsal dan tepi – tepi lateral dua per tiga anterior lidah dan hanya mengenai papila filiformis. Lidah geograpik ditandai oleh bercak – bercak gundul merah muda sampai merah, tunggal atau multiple, dari papila filiformis yang dibatasi atau tidak dibatasi oleh pinggiran putih yang menimbul. Lidah geographic dapat disertai dengan peradangan merah tepi lesinya dimana rasa sakit merupakan salah satu gejala. Penyebab lidah geograpik tidak diketahui, tetapi diperkirakan stress emosional, defesiensi nutrisi dan herediter. Lidah geographic umumnya mengenai kira – kira 1 sampai 2% penduduk. Paling sering mengenai wanita dan orang – orang dewasa usia muda ampai pertengahan. Keadaan tersebut dapat timbul secara tiba – tiba dan menetap selama berbulan – bulan atau pertahun – tahun. Tetapi kasus lidah geograpik dapat dilakukan dengan pemberian obat anastesi topical atau steroid topical pada pasien – pasien dengan gejala5. Penegakan diagnosis pada kasus didasarkan pada pemeriksaan klinis. Pemeriksaan klinis didapatkan adanya lesi berupa bercak gundul – gundul kemerahan dikelilingi tepi berwarna keputihan yang menonjol, tidak sakit, pada bagian dorsal lidah sebelah kiri. Hasil pemeriksaan tersebut sejalan dengan yang menyatakan bahwa lidah geographic ditandai oleh bercak-bercak gundul merah mudah sampai merah, tunggal atau multiple, dari papila filiformis yang dibatasi atau tidak dibatasi oleh pinggiran putih yang menimbul. Penyebab pasti timbulnya lidah geographic pada pasien belum dapat ditentukan, akan tetapi adanya defenisi nutrisi, stress emosional, merokok serta meminum minuman yang keras seperti alkohol di duga menjadi salah satu faktor penyebab. Alkohol memiliki efek sistemik (ke seluruh tubuh) maupun lokal. Telah banyak diketahui bahwa biasanya pecandu alkohol mengalami malnutrisi dan gangguan fungsi hati. Di dalam rokok juga masih banyak terkandung zat berbahaya lainnya selain nikotin, dan semua kandungan zat tersebut dapat merusak jaringan otak dan seluruh jaringan organ tubuh terutama jaringan inti dari dalam tubuh. Mengkonsumsi alkohol adalah salah satu dari penyebab timbulnya kanker lidah. Meskipun di dalam alkohol tidak terdapat kandungan karsinogenik seperti yang dimiliki oleh rokok ataupun tembakau, namun di dalam alkohol terkandung zat etanol yang dapat mempercepat proses penyerapan zat karsinogenik yang dikonsumsi seseorang, sehingga hasilnya akan sama saja dengan perokok yaitu sama-sama zat karsinogeniknya akan diserap oleh jaringan di dalam rongga mulut dan juga jaringan tubuh yang lainnya8. Terapi yang diberikan pada kasus berupa vitamin C 500 mg dan obat topical kenalog serta intruksi pada pasien agar meningkatkan asupan nutrisi yang baik. Pasien pada kasus ini merupakan pasien dewasa berumur 38 tahun dimana kejadian geographic tongue biasanya sering terjadi berulang kali pada pasien ini. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya umur maka akan terjadi perubahan fisiologis fisik, serta keadaan psikologis. Dengan bertambahnya usia maka skresi saliva menurun sehingga fungsi self cleansing saliva berkurang akibatnya bakteri dan debris mudah menempel pada lidah4. Kebiasaan merokok memiliki peran terhadap terjadinya geographic tongue. Merokok menyebabkan perubahan panas pada jaringab mukosa mulut. Iritasi kronis dan panas dari kebisaan merokok menyebabkan perubahan vaskularisasi pada sekresi kelenjer air liur yang akan mengakibatkan rongga mulut mnjadi kering yang kemudian akan menghambat fungsi air liur dalam berperan menyingkirkan bakteri. Hal ini akan menyebabkan penumpukan bakteri secara terus menerus4. Setalah dilakukan kontrol beberapa minggu kondisi pasien mulai membaik serta keluhan yang dikeluhkan pasien pada saat pertama dating ke rumah sakit gigi dan mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Padang, dengan lidah yang terbelah – belah, serta adanya pulau – pula yang memerah serta perih ketika makan makanan yang pedas dan panas. Lalu pasien menyampaikan setelah diberikan obat, kondisi lidahnya mulai membaik dan bisa memakan makanan yang pedas, dan kemerahan geographic tongue sudah mulai berkurang seperti gambar dibawah ini.