Dian Suratri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Lelaki Kecil itu Bernama Tamam

Lelaki Kecil itu Bernama Tamam

Wajahnya tidak asing menurutku, anak kecil dengan mata yang bulat seperti bola serta berambut ikal ini nyaris pernah kujumpai 20 tahun yang lalu. Aku berpikir, mungkinkah anak ini miniatur orang dewasa yang pernah kulihat dulu ?. "Tamaaamm", teriak wanita muda memanggil anak kecil itu yang tengah digendong sang pengasuh, sepertinya wanita muda yang memanggil Tamam adalah ibunya. Aku baru menyadari bahwa ternyata anak tadi bernama Tamam. Sebuah nama yang indah. Aku kembali berlari kecil mengelilingi putaran alun-alun. Karena pikiranku melayang entah kemana akhirnya sebuah sepeda ontel yang dikendarai seorang wanita paruh baya tetiba menabrakku dari arah depan. Wanita separuh baya itu melotot ke arahku karena belanjaan yang ia beli terjatuh. "Mbak kalau lari jangan sambil bengong, tau nggak belanjaan saya jadi jatuh semua", seloroh si Ibu sambil melototkan matanya ke arahku. Aku khawatir bola matanya akan keluar dari tempatnya. "Nyuwun ngapunten nggih bu", jawabku sambil membenahi barang dalam keranjangnya yang terjatuh. Semua memang salahku, karena aku berlari sambil melamun. Suatu alasan saja bila aku mengatakan aku tertabrak sepeda karena kurang fokus. Ya, sesungguhnya aku masih memikirkan lelaki kecil yang dipanggil Tamam. Aku segera mencari tempat duduk pinggiran taman kota Alun-alun Purworejo, qadarullah mengapa aku bertemu lagi dengan lelaki kecil bernama Tamam itu. Kereta dorongnya baru saja melintasiku, didorong oleh pengasuh Tamam dan ibunda Tamam di samping kereta dorong itu. Tak lama kemudian sebuah mobil Daihatsu Xenia berhenti tak jauh dari hadapanku, tak lebih 50 meter sebelah utara aku duduk. Lelaki yg mengendarai mobil itu kemudian turun dan menghampiri si kecik Tamam yang didampingi pengasuh dan Ibu Tamam. Aku terhenyak, lemas, lunglai tak berdaya. Karena Lelaki itu...ya, Ayah Tamam adalah pria impian yang dua puluh tahun lalu pernah aku dambakan untuk menjadi pendamping hidupku, yang aku harapkan menjadi teman sehidup dan sesurga kelak. Ingin rasanya aku berlari kencang. "Ya Rabb, mimpikah aku di pagi hari ini?, memgapa renjana itu tiba-tiba hadir?" gumamku dalam hati. Rupanya laki-laki itu seolah mengenaliku, cepat kubalikkan badanku agar ia tak melihatku. " Danaaar....Danar? ", cepat kucari angkutan umum yang membawaku segera ke arah desa Kunir, karena gugup akupun berusaha untuk naik apa saja angkutan yang ada pada saat itu. Dalam angkutan aku kembali bertanya dan mengingat kembali pertemuanku dengan Lelaki kecil yang tampan "Tamam". Sebuah nama yang indah, yang dua puluh tahun lalu akan kuberikan kepada anakku kelak jika aku berlabuh dan mengarungi bahtera rumah tangga dengan Ayah Tamam. Akh, rupanya tak terasa kegetiran itu sudah berlalu 20 tahun. Aku sadar bahwa pertemuan itu karena Alloh, dan aku tidak jadi menikah dengan ayah Tamam pun karena Alloh.

Catatan :

Nyuwun ngapunten nggih bu= mohon maaf ya bu.
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Allahu akbar.

21 May
Balas

nulisnyaa sambil nangis pak

21 May

Kisah nyata ya,bu?

23 May
Balas

hahahahaha, iyaa bu tp difiktifkan....makasih bu ati latifah komennya

25 May

Kisah nyata ya,bu?

23 May
Balas



search

New Post