Sakaratul Maut
#Menulisku
♡Edisi diingatkan untuk terus bersyukur
Saat aku merintih merasakan sakit di kepalaku ... airmataku tak berhenti keluar. Ini sakit, benar-benar sakit. Benjolan di kepalaku ini senut-senutnya begitu kentara. Mimpi apa aku semalam?
Coba tadi aku ikuti saran Aldi yang mengajak makan baso setengah 8 an. Pasti takkan ada kejadian ini. Namun betul seperti komentar adikku ii .. ini Qodarullah dihindari seperti apapun jika sudah tulisanNYa pasti terjadi.
Suara burung bangkai mencekam hatiku, dia terus mencicit di atas kepalaku di luar tenda ini. Naluriku membisikan akan ada pasien sakit parah yang akan meninggal dunia. Mungkin di dalam. Di sebelah kanan dan kiriku hanya ibu-ibu yang berpenyakit biasa. Yang tak lama kemudian mendapat kamar di ruang rawat inap.
Tangisku seketika terhenti. Ribut-ribut itu mencuri perhatianku.
Seorang pemuda tergeletak tanpa daya di brankarnya didorong oleh beberapa bapak memasuki tenda isolasi ini.
"Adu kebo pak ... di Ci Uyah!" Seru salah seorang bapak kepada dokter jaga.
"Ini parah ... " lirih pak dokter memberitahu. "Banyak tulang yang patah tapi tak ada darah. Termasuk leher dan kepalanya. Tapi akan saya coba pasang gips ya pak." Bapak pengantar itu mengangguk lemah. Raut mukanya memancarkan kesedihan.
"Dia adik saya, dok ..." beritahunya tanpa diminta. Dokter itu asik memasang gips di beberapa tempat dibantu rekan-rekannya sesama dokter jaga.
Termasuk dokter jutek yang tadi menginterogasiku. Dia menoleh dan tersenyum padaku. Senyumnya mengejekku, seakan memberitahuku ... pasien ini lebih parah dari ibu tapi tidak lebay. Huuhh!
Sekarang pemuda itu badannya terikat tali di sana sini. Tangannyapun sama terikat. Aku paham kenapa tangannya diikat. Dokter itu empatinya sangat tinggi. Aku kagum ... cara mengikatnyapun begitu apik begitu hati-hati. Subhanallah ... udah cakep, peduli lagi.
Semua meninggalkan ruang tenda ini. Sepi. Kakak pemuda itu terlihat bingung ketika rintihan demi rintihan keluar dari mulut adiknya. Dia melihat padaku. Dia celingak celinguk panik. Tak ada orang lain selain kami. Dia melihat lagi padaku. Kuucapkan kata tanpa suara.
" Bisikan puji-pujian di telinganya Pak!" Seruku sambil memberi kode menyentuh telinga.
Dia tambah bingung. Kulambaikan tangan padanya untuk mendekat. Dia patuh.
"Adik bapak tangannya megangin larangannya kan, pak..?" Tanyaku.
"Iya, bu.?" Jawabnya penuh tanya.
"Cepat bisikan puji-pujian di telinganya. Laillahhaillah saja kalau bingung." Desakku. "Cepet, pak! Dia pasti kesakitan."
Aku tak tega tuk katakan adik bapak sedang meregang nyawa. Kulihat warna putih di kedua telapak kakinya. Aku ingat mama dan juga emakku tahun lalu. Dan aku sering jadi saksi saat -saat terakhir orang meninggal dunia. Bukan aku sok tahu atau mendahului.
Mendengar lapaz dzikir terkumandang. Saudara-saudara pemuda itu semua memasuki tenda dan menemani sang kakak berdzikir. Kehangatannya mengisi ruangan yang dingin ini. "Laillahaillah Muhammadarrosullallah"
Kulihat rontaan pemuda itu semakin menguat. Aku ikut tegang. Meremang seluruh tubuhku. Aku seakan berada dalam situasi yang dialami pemuda itu. Kuucapkan doa tulus.
"Ya Allah permudah jalannya. Jangan Kau siksa dia dengan kesakitan itu."
Dzikir mereka semakin keras dan cepat. Nafas pemuda itu mulai tersengal. Lalu terhenti perlahan. Diiringi pecahnya tangisan kakak perempuannya. Aku menghela nafas lega. Orang bilang korban kecelakaan itu mati syahid karena beban rasa sakitnya.
Semoga husnul khotimah adik manis. Gumamku melepas kelegaan ini.
Rangkasbitungku bersyukur. Dian_iyank. 23/4/2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren ulasannya
Terimakasih
Ikut merinding, Bunda.. Mohon maaf sebelumnya, bunda,, sedikit koreksi tulisan "Laillahaillah Muhammadarrosullallah" ada yg kurang biar maknanya juga tdk salah .. menurut wikipedia (Laa Ilaaha Illallah). Sekali lagi mohon maaf, bunda.. salam literasi
Terimakqsih koreksinya bu guru.. sy jugq qgak rqgu saat menuliskannya. Takut salah. Terimakasih byk ... berarti sanget untukku
Cerita yang apik Bun. Sy jg kmarin menyaksikan teman sakaratul maut. Pengen nangis jadinya. Sehats elalu bun
Iya bu guru.. ngeri bgt .. namun jg mmberi hikmah yg byk.. trims ya
Saya juga pernah mengalami menyaksikan orang yang lagi sakaratul maut bund sewaktu anak saya lagi di ICU RSCM anak saya yang waktu itu masih balita terkena DBD akut pasien sebelahnya kritis anak saya benar benar menyaksikan sendiri proses sakaratul mautnya
... terapi jg katanya bu. Jadi tidak takut saat ada yg meninggal
Merinding...
Takut dan ngeri saat menyaksikannya bu ..
Kalau pean sakit apa ya kok di kepalanya benjol
Aku habis tertaqbrak motor .. sedang dibonceng anakku.. aku jatuh telentaang diaspal .. lumayan pening mual .. dan benjol besar di kepala bagian blkg .. trims apresiasinya bun
mencerahkan sbgai pengingat...
Terimakasih apresiasinya mentorku
Ulasan keren bunda. Merinding. Moga alm husnul khatimah. Bunda pun cepat sembuh.
Amin yra.. terimakasih kembali
Menjadi saksi beratnya sakaratul maut. Semoga menguatkan iman kita.. aamiin3x yaa robbal aalamiin
Ya betul .. hal itu membuat hati keder .. taakut bukan kepalaang .. namun jg terapi menghilangkan rasaa takut jika menemui orang mati .. trims apresiasinya bun
hikmah menarik di balik cerita ini
Betul sekali. Terimakaaasih pak guru