Mbah Sukidi adalah seorang lansia miskin yang hidup menduda dan sebatang kara. Nasib anak-anaknya juga sama-sama miris, yaitu dua anaknya jadi pemulung dan satu lagi sebagai ibu rumah tangga yang bersuamikan penggali kubur. Ingin sekali mereka membantu ayahnya tetapi apa daya kondisi ekonomi buruk, bahkan untuk makan saja mereka mencampur beras layak dengan beras raskin yang kotor dan berbau.

Suatu ketika, Mbah Sukidi terdaftar sebagai penerima bantuan terdampak pandemi Covid-19 dari dinas sosial. Bantuan berupa sembako membuat hatinya senang bukan kepalang karena sudah lama ia tidak merasakan makan layak. Kadang ia diberi makanan dari tetangga yang merasa iba. Namun, saat tidak ada yang memberi makanan, ia mencabut ketela pohon di belakang rumah lalu merebusnya di tungku sederhana. Jadilah ketela rebus sebagai makanan pokok Mbah Sukidi.

Keesokan harinya, sebuah mobil bertuliskan “Dinas Sosial Kabupaten Klepon” berhenti di depan rumah Mbah Sukidi yang sempit dan berdinding anyaman bambu itu. Beberapa orang berpakaian seragam mengunjungi Mbah Sukidi dengan menjinjing dua tas kain besar, berisi sembako yang dijanjikan oleh pemerintah. “Assalamualaikum, Mbah ini ada bantuan Corona,” ucap kepala dinas sosial. Lalu Mbah Sukidi menerima dua tas sembako itu dan berujar, “Waalaikumsalam. Alhamdulillah, tolong sampaikan terima kasih sama Corona ya.” Mbah Sukidi mengira bahwa Corona adalah orang yang memberi bantuan.

-Diandra Haqi, 23 Juli 2020-