Anak Micin dan Anak Kerupuk (Hari Ke-51)
Agus sangat menyukai makan micin. Micin yang masih utuh di dalam bungkus. Ia makan langsung dengan mengisapnya, mirip mengisap permen lollipop. Ibunya mengingatkan agar tak lagi melakukan hobi yang aneh itu. Akhirnya Agus mendapat hidayah, kali ini tidak memakannya langsung. Ia mengonsumsi micin dalam bentuk makanan ringan rentengan yang dijual 500 rupiah di warung. Ada pula Marno, teman dekat Agus yang sangat menggemari kerupuk. Meski masakan ibunya bermacam-macam, Marno tetap memilih makan nasi dengan kerupuk.
Agus dan Marno jadi bahan ejekan dan gunjingan oleh teman-teman karena hobi mereka, sampai-sampai mereka menangis karena tidak tahan lagi. Agus sering dijuluki sebagai anak micin, sedangkan Marno dijuluki sebagai anak kerupuk.
Tidak selamanya ejekan berdampak negatif. Gara-gara caci maki teman-temannya di masa kecil, malah menjadikan cambuk bagi mereka untuk bisa semangat menggapai impian jadi orang besar dan membahagiakan ayah dan ibu mereka. Memang ayah Agus dan Marno adalah buruh tani yang jarang bisa memberikan makanan enak. Sampai akhirnya, Agus dan Marno bisa mendapatkan beasiswa dan bersekolah hingga perguruan tinggi di bidang teknik industri. Anak kecil yang dulu dijuluki anak micin dan anak kerupuk telah sukses. Agus kini memiliki pabrik micin yang terbuat dari kaldu jamur. Pabriknya terbesar di Indonesia. Sedangkan Marno memiliki pabrik kerupuk terbesar di Jawa Timur.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren, sukses selalu