KENALKANKU PADA DUNIA KERJA MU
”Hah…. Masih ada orang yang tidak bisa membaca, menulis, dan berhitung.???” “ Di kota sebesar ini??” ”Aku tidak percaya… di jaman yang serba digital masih ada orang yang ..apa itu… BUTA AKSARA…???” suara Lia semakin dinaikkan.
”Agar bu Lia pecaya bagaimana jika saya ajak nanti malam jam 19.00 wib dalam pertemuan kegiatan Pendidikan Keaksaraan di kelurahan Wonolopo kecamatan Mijen Kota Semarang,” ajak saya. ”Boleh..dengan senang hati..agar saya tidak penasaran dan tahu lebih lanjut apa yang dilakukan serta keinginan mereka,” ucap Lia penuh semangat.
Bu Lia berdiri disamping pohon asam, dengan mengembangkan bibirnya tampak tersenyum. Saya dengan tim dari pendidian keaksaraan membukakan pintu mobil kantor. Saya mempersilahkan bu Lia duduk di belakang yang memegang kemudi mobil.
Sambil bu Lia mengucapkan salam, saya memperkenalkan teman-teman di dalam mobil. ”Ini bu Arie memiliki spesialisasi di bidang hantaran dan menjahit, yang duduk di belakang sebelah kiri adalah ibu Sudarmi mempunyai kompetensi dalam tata kecantikan rambut dan tata kecantikan kulit, dan yang mengemudi adalah pak Yanto, saat ini dipercaya memberikan literasi dalam dunia digital,” ucap saya.
”Lho… bu Diana koq tidak memperkenalkan diri,” bu Darmi mengingatkan saya. Ya sudah, yang memperkenalkan bu Diana saya saja, demikian bu Air menimpali. Bu Diana itu ketua program kerja dalam program Pendidikan Keaksaraan dari lembaga Sanggar Kegiatan Belajar. Dengan beliau, kita banyak berinteraksi dengan masyarakat dan sering pulang malam hari.Jadi, nanti, jika bu Lia pulang sampai rumah lebih dari jam 22.00 WIB, jangan kaget. Ia juga sangat disayangi oleh peserta didik dari program ini.
Bu lia mengangguk-angguk sebagai tanda memahami kami semua. Berarti, bapak dan ibu ini sangat menyenangi pekerjaan yang digeluti. ”Apa tidak ada protes dari keluarga, bila ditinggal sampai larut malam.” Bagaimana bapak dan ibu memposisikan diri sebagai seorang pegawai pemerintah di bidang pendidika nonformal dengan keberadaannya sebagai kepala atau ibu rumah tangga,” tanya bu Lia untuk memenuhi rasa ingin tahunya.
Saya melihat bu Darmi dan pak Yanto yang menarik bibir sedikit. Saya meminta bu Darmi untuk menceritakan pengalaman awal dan hampir tiga bulan ada pertengkeran kecil dengan suami dan anaknya. ”Silahan bu Dami, tidak usah malu,”ucap saya.
Begini bu Lia, bu Darmi mengawali cerita. Tiga bulan pertama berjalan dengan tim Pendidikan Masyarakat yang di dalam programnya menangani Pendidikan Keaksaraan, sangat menyiksa saya. Bila sudah memasuki jam 21.00 WIB, suami saya mengebel bu Arie atau pak Yanto atau bu Diana untuk meminta ijin agar istrinya pulang terlebih dahulu. Tetapi karena kita lebih sering berangkat bersama maka tidak mugkin untuk pulang terlebih dahulu. ”Jadi, jika berangkat bersama-sama maka bu Darmi meminta dianter terlebih dahulu dan minta maaf kepada suami bu Darmi,” sahut bu Diana.
Adakalanya suami bu Darmi mengantar serta menunggui kegiatan pembelajaran sampai selesai. Ini, salah satu strategi kami untuk menyakinkan … apa dan bagaimana pekerjaan Pamong Belajar dalam layanan Pendidikan Keaksaraan yang merupakan program Pendidikan Masyarakat kepada keluarga terdekat.
Tanpa disadari, sudah sampai ditempat pertemuan pembelajaran. Kami masuk ke ruangan balai Rukun Warga dan …” wow…. Telah hadir warga belajar Pendidikan Keaksaraan Inovatif.”
”Selamat sor ibu-ibu… selamat bertemu lagi,” hampir bersamaan kami mengucapkan salam. Selamat sore bapak dan ibu dari SPNF SKB Kota Semarang, balas warga belajar salam kami.
Seperti biasa, kami langsung menanyakan apa kemajuan yang telah warga belajar lakukan selama satu minggu setelah pertemuan sebelumnya. Ada salah satu warga belajar mengungkapkan pengalamannya setelah menerapkan materi pada pertemuan satu bulan sebelumnya, yaitu ”Cuek Tanda Mencintai Anak.” Hasilnya sungguh menakjubkan. Cucunya sudah tidak meminta dengan nada kasar atau membentak, tidak menangis bila tidak dituruti keinginannya. Dan perubahan terhadap cucu membuat pelanggan warung kopi saya jadi tambah ramai. ”Terima kasih Bund, telah memberikan tips mendidik anak sedikit cuek yang menandakan sangat mencintai.
”Yang lain bagaimana, sudah menerapkan,” lanjut Bu Arie. Dengan didampingi bapak Yanto, untuk menanamkan jiwa wirausaha agar mereka tidak merasa sebagai masyarakat yang dipandang sebelah mata. Tanpa disadari diskusi tersebut telah berlanjut 30 menit. ”Ibu-ibu hari ini kita akan bermain monopoli tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT),” bu Darmi memotong kegiatan diskusi. Tetapi sebelumnya, bu Diana akan memperkenakan teman barunya.
Perkenalkan ibu-ibu, ini teman saya, namanya ibu Lia. Ibu Lia ini dulu teman kuliah saya, berasal dari Yogyakarta. Beliau ingin tahu lebih dekat kepada ibu-ibu sehingga bila ditanya maka silahkan menjawab tanpa malu-malu. Buat kondisi hati dan pikiran apa adanya seperti jika diskusi dan memberikan solusi.
Bu Lia mulai menanyakan mengapa ibu-ibu mengikuti kegiatan ini. Apakah tidak mau dengan anak atau cucu atau yang lainnya. Pertanyaan seperti itu sering kami tanggapi bu Lia. ”Dulu awalnya memang saya malu, tapi lebih malu lagi kalai pegang hand phone (HP) hanya bisa terima telepon saja,” demikian tanggap bu Warni.
”Kalau saya, malu banget saat tidak bisa membaca ketika akan mencairkan transferan anak saya dari Arab Saudi,” ibu Suminah menimpali.
Bu Tono menambahkan, ”untuk saya ikut, daripada bengong di rumah lebih baik ikut kegiatan ini, justru lebih banyak tambah pengetahuan dan keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh saya dan kami semua.” Dan… masih banyak lagi ungkapan yang diberikan dari warga belajar. Sampai-sampai tidak terasa waktu sudah menuju maghrib.
Permohonan maaf bu Diana tidak bisa berlanjut ke materi KDRT mengakhiri pertemuan saat itu. Sebelum diakhiri maka dibuat kesepakatan waktu, tempat dan materi untuk pertemuan berikutnya. Kami beranjak kembali ke mobil.
Sepanjang perjalanan bu Lia mulai mengulas apa yang telah tim kami lakukan. Satu yang saya suka dari kerja tim ini adalah proses membelajarkan keaksaraan yang ”Memanusiakan Manusia.” Tidak ada jeda antara pengelola dengan peserta didik sehingga materi belajar dapat diterima dengan enjoy. Memang di semua program yang kami lakukan selalu memberikan hormat dan menghargai pengalaman warga belajar sebagai bahan dasar dalam perencanaan materinya, Bu Diana menutup pembicaraan karena bu Lia telah sampai pada penginapannya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semangat terus ya Bun, sukses BU