Dian Afmiza

Seorang guru di Kota Batusangkar, Sumatera Barat. Dulu pengajar Bahasa Inggris, sekarang guru kelas di SD....

Selengkapnya
Navigasi Web
Masa Dokter dan Tentara Saja, yang Jadi Entrepreneur dan Jalanin Bisnis Start Up Siapa?

Masa Dokter dan Tentara Saja, yang Jadi Entrepreneur dan Jalanin Bisnis Start Up Siapa?

Tantangan Hari ke-20

#TantanganGurusiana

“Iih, ga mau ah, masa menjahit. Itu kan pekerjaan perempuan!” suara Asyrof sayup-sayup sampai ke telingaku. “Miiiiiss... Asyrof ga mau ikut menjahit, katanya itu pekerjaan anak perempuan saja.” Nabila yang kesal dengan tingkah Asrof mengadu padaku. Semua siswa sedang berkutat menaklukkan cara menjahit dua lembar kain dengan tekhnik feston. Sementara yang dilakukan Asyrof dan Fattan hanya bermain dengan jarum dan benang dari tadi. Mereka berdua sibuk bolak balik memasukkan benang kedalam jarum dan mengeluarkannya lagi sambil cekikikan. Aku belum menegur mereka karena sibuk berkeliling mengajarkan cara menjahit pada setiap kelompok yang ada.

Nabila, Gania, Sultan, Asyrof, dan Fattan memang berada dalam satu kelompok. Tiap anggota kelompok harus menjahit satu bentuk yang sudah mereka tentukan bersama. Setiap kelompok awalnya menggambar pemandangan. Kemudian mereka memotong kain flanel sesuai pola pemandangan tersebut. Mereka akan membuat hiasan dinding berupa pemandangan. Hiasan dinding ini terbuat dari kain flanel yang dijahit dengan tekhnik feston. Itulah salah satu materi SBdP di kelas 3 SD yang kuajar saat ini.

“Siapa yang berfikir kalau menjahit adalah pekerjaan perempuan saja?” aku mulai mencek apa yang ada dalam pikiran siswaku saat ini. “Fadel, Miss. Fadel tadi juga bilang begitu.” Hana sontak menjawab pertanyaanku. “Oke, ada lagi yang bilang begitu?” aku bertanya agar tau berapa orang siswaku yang masih memiliki pemikiran seperti itu. Tapi semua hening, tandanya hanya ada dua orang yang berfikir begitu.

“Di rumah, yang sering kalian lihat menjahit memang bunda, tapi kalian tahu tidak, jas yang di pakai bapak presiden dan wakilnya itu siapa yang menjahit?” aku menunjuk dua gambar yang ada di diding depan kelas. Aku berniat membuka mata mereka. “Laki-laki, Miss?” Aqila yang dari tadi menyimak bertanya dengan agak ragu-ragu. “Benar, Qila. Rata-rata yang pintar menjahit jas itu laki-laki, bukan perempuan.” Aku berkata meyakinkan dengan sebuah senyum manis di bibirku. “Kalau chef yang memasak di restoran besar dan hotel-hotel itu, kalian tau siapa?” aku ingin menambahkan pengetahuan mereka tentang gender pekerjaan. “Laki-laki, Miss.” Zacky menebak jawaban pertanyaanku itu. “Ya, benar sekali, zacky. Pekerjaan memasak makanan lezat di hotel dan di restoran besar itu sebagian besar dilakukan oleh laki-laki.” semua siswa tampak terpana dengan informasi yang baru saja mereka terima.

Aku makin semangat memberikan informasi tambahan untuk siswaku. “Satu buah jas itu bisa berharga satu juta rupiah lo. Dan harga makanan di hotel-hotel dan restoran besar juga sangat mahal. Siapa yang cita-citanya ingin jadi Penjahit?” Hening, tak ada suara dan tak ada tangan yang terangkat. “Kalau begitu siapa yang ingin menjadi seorang Chef setelah dewasa nanti?” keheningan tetap berlanjut. Tak satupun siswaku yang ingin menjadi penjahit ataupun juru masak.

Aku kepo abis dan bertanya lagi, ”Apa cita-cita kalian kalau sudah besar nanti?” “Dokter, Miiiiiiissss...” sebagian besar siswa menjawab demikian. “Aku tentara.” Sultan sedikit berteriak agar terdengar olehku karena dia beda sendiri. “Aku guru, Miss.” “Aku Polisi, Miss.”. Ya, dokter (mayoritas), tentara, guru dan polisi, dari tahun ketahun itulah cita-cita yang diidamkan oleh siswa-siswaku sejak aku mulai menjadi guru sampai sekarang. Belakangan aku memang agak miris dengan cita-cita yang seperti itu.

Aku mulai terseret dengan arus pikiranku sendiri. Disaat kita sudah gembar-gembor dari beberapa tahun yang lalu tentang persamaan gender tapi masih ada saja yang mekotak-kotakkan pekerjaan sesuai gender. Walaupun kita berkata tidak mengkotak-kotakan lagi, tetapi kenyataan berkata lain. Hal itu terlihat dari pemikiran anak-anak kita.

Hal lain yang juga menjadi pemikiranku adalah pilihan cita-cita mereka. Cita-cita yang mereka sebutkan itu hanya sebatas retorika saja. Mereka menyebutkannya tanpa tau makna dari pekerjaan itu sebenarnya. Cita-cita tersebut bukannya salah, tapi aku rasa saat mereka dewasa nanti cita-cita itu terlalu sempit untuk zaman mereka. Disaat sekarang banyak sekali orang yang suka makan di cafe, traveling, nonton youtube, dan bermain di media sosial rasanya kita sebagai guru harus ikut mengenalkan jenis-jenis pekerjaan enterprenuer terkait dunia ini kepada siswa kita. Bisnis top-up yang sangat marak sekarang juga perlu dikenalkan pada para siswa kita. Ini semua agar mata mereka terbuka dan mereka mempunyai ketertarikan terhadap sesuatu yang mereka mengerti. Aku juga berharap mereka memiliki cita-cita yang beragam jika dewasa nanti.

Sementara itu di kelompok lain aku mendengar percakapan yang lebih terorganisir. Zizi sang ketua kelompok memang berpikiran lebih dewasa. Dia bisa mengatur teman-temannya untuk bekerja sesuai dengan bagian masing-masing. “Raziin, kamu jahit bagian matahari dan jendela ya.” Zizi mulai memberi instruksi kepada teman kelompoknya. “Oke.” Raziin menyahut cepat. “Aku jahit pohon dan daunnya saja, Zi.” Evan memilih bentuk yang ia suka. “Aku gimana dong, aku kan lupa bawa jarum dan benangnya?” Ilham bertanya dan nampak pasrah dengan apapun yang akan di tugasi teman-teman padanya. Walaupun dia tidak membawa alat apapun dia tetap ingin berkontribusi untuk kelompoknya. “Gimana kalau kamu bantu kami memasukkan benang ke dalam jarum aja, Ham.” Zizi berinisiatif memberi tugas pada Ilham. Dia melihat teman-temannya kesulitan dalam melakukan hal itu. “Oke! Sini jarumnya, aku sering bantu bunda melakukan ini di rumah.” Dengan sengangat 45 Ilham membantu teman satu kelompoknya.

Sepuluh menit sebelum waktu yang diberikan habis, aku mendengar yel-yel khas kelas kami diteriakkan oleh kelompok Zizi. “One, two, three... Alhamdulillah!” mereka memberi tanda kalau kelompok mereka sudah menyelesaikan tugas dengan sempurna.

Batusangkar, 09 Februari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pembelajaran yang keren, bisa memantik citacita pada anak saat pembelajaran. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah

09 Feb
Balas

Terimakasih p mulya... Sehat, bahagia n sukses selalu utk bapak, barokallahu fiik

09 Feb

Samasama ibu

10 Feb

dokter itulah cita2 yg sering terucap dari siswa,,,,, Setuju sekali dg tulisan ibu,,,, luar biasa ,,,

09 Feb
Balas

Iya ibu... Terimakasih sudah berkunjung... barokallah

09 Feb

Tugas kita sebagai guru untuk mendekatkan dunia kelas dengan dunia nyata miss. Hebat Miss.

09 Feb
Balas

Terima kasih b ulfa... Hehe ikutan manggil miss... Dulu saya guru bhs inggris jd dipanggil miss, eehh sampai skrg wlwpun tdk mengajar bhs inggris lagi tp msh keterusan dipanggil miss, bu... barokallah bu ulfa

09 Feb

Bukan Miss Dian namanya kalau tidak membuat anakanak aktif dan semangat dalam belajar. Sukses selalu Miss Dian, Barakallahu fiik.

09 Feb
Balas

Masyaallah.... Terimakasih bu Deasy... Bu Deasy dl waktu jd guru juga banyak banget kegiatan yg bikin siswanya aktif... Sukses n sehat selalu sayang akooohh.... Barokallahu fiik...

09 Feb

Ya Allah, senangnya melihat anak anak kompak menyelesaikan tugasnya. Sukses selalu dan barakallahu fiik

09 Feb
Balas

Ya bunda... Terharu melihat mereka serius bekerja, makanya di foto... Eh ga taunya bisa buat tulisan ini... Terima kasih sudah berk7njung bubda vivi... Barokallahu fiik..

09 Feb

Senang sekali dilingkungan anak2, mereka sumber aliran inspirasi yg takkan berhenti mengalir, tinggal kita memanage diri. Selamat dhian smakin melaju, kok mbo nampaknyo ambil spesialisasi Remidi

09 Feb
Balas

Iya p jhon.. Terimakasih kunjungannya pak... Ooo lg remidi pak? Dian jg udah remidi 1x pak... Mdh2an ga remidi lagi... semangat p jhon, wlwpun remidi yg penting 30 harinya sukses... Barokallah p jhon..

09 Feb

seiring berjalannya waktu dan seleksi alam,..cita cita mereka jg akan mengikuti sesuai dgn kemampuan,bakat dan minatnya..didoakan saja bu..salam kenal balik ya.

09 Feb
Balas

Iya ya P Eko, makin banyak pekerjaan yang mereka tahu, makin berkembang citacitanya. saya hanya ingin mengenalkan dunia yang lebih luas pada siswa saya... Salam kenal lagi P Eko, hehe... Minggu depan saya tulis artikel bahasa Minang baca ya Pak... terima kasih sudah berkunjung... sukses n sehat selalu P Eko... barokallah..

09 Feb



search

New Post