Entah ada yang salah dengan dirinya. Ketika orang lain menganggap bahwa menghadiri pernikahan mantan adalah sebuah kesia-siaan belaka yang menambah luka. Tapi tidak dengan dirinya. Dia juga sudah mempersiapkan kado yang memang diinginkan oleh mantannya. Seperangkat alat masak modern. Karena saat masih jadi kekasihnya mantannya pernah cerita mengenai harapannya. Dia bahkan membuat gamis dengan warna yang senada dengan seragaman keluarga mantannya itu.

Apa sudah gila dia? Tidak menurutnya. Namun kakak dan saudaranya mengatakan kalau dia sudah gila. Apakah tak ada rasa sakit di hatinya. Tentu pernah ada. Tapi dia tidak memupuknya. Bukankah kita diajarkan untuk tidak memutus tali silaturahim dengan sesama makhluknya. Lalu kalau dia tetap menganggap mantan itu sebagai teman terbaiknya, apa memang tak ada rumus seperti itu di dunia ya. Jika pun belum ada dia ingin membuatnya.

Dan hari ini dia pun melangkah bersama dengan kakak lelakinya yang ngotot ingin menemaninya. Dengan senyumnya yang ceria diucapkannya selamat pada mantannya. Lalu cium pipi kanan dan kiri pengantin wanita nya yang ternganga. Sambil membisikkan ucapan harapan dan doa semoga langgeng keluarganya. Namun tiba-tiba tetesan air muncul di wajah pengantin wanita yang meminta maaf kepadanya. Dia hanya tersenyum dan mengatakan akan ada pria baik lainnya yang tepat untuknya namun bukan dia. Karena dia percaya ada lelaki baik lain yang menunggunya menjadi jodohnya.