Bus Juga Madrasah ...
Sahabat, paling asyik jika kita berkelana sejenak menapaki jalur-jalur istimewa di era 90-an. Naik bus kota dengan kepadatan yang luar biasa, atau naik angkot dengan dentuman music khas anak muda. Tahukah sahabat bahwa naik bus atau angkot sesungguhnya adalah sebuah terapi sederhana di zaman modern ini. Dulu, sewaktu masih menyandang status sebagai mahasiswa, kita kadangkala didera rasa suntuk yang akut. Sangat tidak nyaman rasanya jika berada dalam kondisi bad mood. Salah satu solusinya adalah naik bus kota atau angkot ke suatu tempat. Ajaibnya, begitu sampai di kost-kostan kembali, perasaan menjadi lebih nyaman, dan secara perlahan mood kembali membaik.
Di dalam bus, orang-orang dari berbagai latar belakang social dan profesi berkumpul dengan satu tujuan yang sama. Ada yang pegawai, pedagang, pelajar atau mahasiswa. Ada yang tua dan banyak juga yang masih muda. Tidak semuanya berada dalam kondisi sehat, namun ada juga orang yang sedang menuju ke rumah sakit dengan kondisi lemah, Apa yang kita saksikan di sepanjang perjalanan, seolah mengetuk pintu hati kita bahwa hidup ini ternyata tidak sempit seperti yang kita rasakan. Di dalam bus, hati kita akan berbisik, “kamu sungguh beruntung, tengoklah mereka!”. Di dalam bus akan timbul rasa simpati dan empati dan peduli terhadap seseorang.
Apa sih beda simpati, empati dan peduli? Simpati menggambarkan perasan belas kasih dan sayang atas kejadian yang menimpa seseorang, sedangkan empati dapat menempatkan diri pada posisi orang tersebut dan berbagi secara langsung kesedihan mereka tersebut. Peduli adalah sebuah nilai dasar dan sikap memperhatikan dan bertindak proaktif terhadap kondisi atau keadaan di sekitar kita. Peduli berarti kita melibatkan diri terhadap suatu keadaan yang terjadi di sekitar kita.
Ketika di perjalanan, naik seorang bapak tua, badan kurus, dengan napas yang tersengal-sengal, pakaian lusuh dan kusam, maka mata hati kita akan terbuka. Perasaan sedih akan menyapa, bagaimana seandainya kita mengalami hal yang sama dengan si Bapak? Disitulah lahir simpati, empati, dan peduli, sehingga dengan ikhlash, kita akan berikan tempat duduk kita kepada si Bapak.
Sahabat, pemandangan tersebut akan membuat suntuk kita menguap 100%. Dari lubuk hati yang terdalam, dia akan berbisik, bahwa kita harus senantiasa bersyukur kepada-Nya. Salam Literasi! Limbanang, 10 Juli 2020.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap uni
Tq Wen ...
Bagus sekali, makasih diak
Sm2...mksh ni
Saya juga suka mengamati sepanjang perjalanan saat bus sedang berjalan ... Salam literasi ...
Salam kembali bu...tgl ksh atas kunjungannya...
Dalam literasi Bunda..
Salam kembali bu...