Tiga sosok lelaki berjalan perlahan ditengah rintik hujan, ada keraguan mengiringi derap langkahnya. Perawakannya sedang, rambut gondrong, tak terurus. Mengenakan celana selutut dengan kaos bola sebagai atasannya. Mereka berbisik satu sama lain. Matanya tajam mengatasi keadaan sekitarnya. Seolah-olah tak ingin ada orang yang mengenali mereka. Menemani langkah mereka yang gontai, terdengar kokok ayam bersahutan. Menandakan sebentar lagi pagi menjelang. Aku menghirup oksigen yang masih steril dari radikal bebas. Alhamdulillah ya Rabb…atas karunia-Mu. Aku tersentak seketika mengenali tiga sosok yang bergerak berlawanan arah denganku Ada rasa nyeri yang mendera, tidak mengira bahwa mereka bertiga berani berjalan di kegelapan untuk suatu hal yang sia-sia. Bahkan sesuatu yang bisa menghancurkan masa depan mereka sendiri. Daniel tega sama ayahnya, yang membesarkannya seorang diri setelah ditinggal untuk selamanya oleh ibunya. Aryo juga tega sama ibunya yang telah mengurusnya seorang diri sejak bayi setelah dicerai oleh suaminya. Sandi juga tega neneknya yang mengurusnya sejak bayi, karena orangtuanya tidak menghendaki kehadirannya di dunia ini…Mereka adalah siswaku yang baru pulang dari warnet dini hari menjelang subuh…Semoga Allah memberi hidayah kepada mereka. Aamiin ya rabbal aalamiin. Limbanang, 22 Juni 2020.