Akibat Sombong ( part 1 ), H-ke 435 )
Hari ke 435#
By Dewi Ratih
Akibat Sombong ( part 1 )
“Kami sudah membeli tanah ini, kalau mau jalan silahkan cari jalan lain” kata Bu Nani.
Bu Aisyah terhenyak mendengar kalimat yang diucapkan wanita tersebut. Telah bertahun tahun ia dan keluarganya tinggal di lokasi tersebut, jauh sebelum Bu Nani membeli tanah tersebut beberapa bulan yang lalu. Permasalahan timbul ketika keluarga bu Nani tidak memberikan akses jalan menuju ke rumahya yang terletak di bahagian belakang. Padahal dia dan warga lainnya sudah lebih dahulu tinggal disana dibanding dengan keluarga Bu Nani sebelumnya.
Jalan masuk ke rumah Bu Aisyah dulunya adalah tanah kosong . Sekarang tanah tersebut sudah dibeli oleh keluarga Bu Nani. Sayang sekali keberadaan bu Nani bukannya menjalin tali silaturrahmi dengan baik, namun sebaliknya mereka seperti sengaja membatasi jalan masuk menuju ke belakang termasuk jalan menuju rumah keluarga Bu Aisyah. Setiap anak anak bu Aisyah ingin lewat untuk keluar dan menuju rumah mereka, selalu saja banyak benda milik keluarga Bu Nani yang berserakan di halaman rumah yang merupakan jalan keluar masuk gang menuju rumah rumah yang ada di belakangnya.
Pernah suatu kali anak sulung bu Aisyah yang sedang hamil hampir terjatuh dari motornya karena menghindari karung karung berisi kemiri yang diletakkan seenaknya di halaman rumah. Kebetulan sekali keluarga Bu Nani mempunyai bisnis jual beli barang barang pertanian . Mereka juga menggunakan halaman rumah yang merupakan akses jalan ke belakang untuk menjemur barang barang pertanian yang hendak mereka jual. Namun , mereka tidak memberikan sedikitpun akses jalan untuk dilewati, apalagi untuk melewatinya dengan motor. Terkadang mereka juga memparkir truk barang dagangannya dalam waktu yang lama, sehingga orang yang tinggal dibelakang tidak bisa lewat membawa kendaraan motor apalagi sebuah mobil.
Permasalahan tersebut sudah sering menjadi buah bibir dan bahan pertikaian warga yang tinggal di belakang termasuk kelurga Bu Aisyah. Kesulitan melewati akses jalan yang dulu nya bebas tapi sekarang seperti di hambat.
“Bu, kalau begini terus kita harus adukan sikap mereka kepada Pak wali”, kata Putri sulungnya. Tidak terlihat sikap toleransi keluarga Bu Nani untuk berdamai dengan keluarga bu Aisyah dan warga sekitar. Akhirnya Pak Wali Nagari dan ninik Mamak setempat di didatangkan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
“Bu Nani , kenapa ibu tidak memberi akses jalan ke pada warga yang tinggal di belakang ?”, Tanya Pak wali.
“Ya, suka suka saya lah pak wali, tanah ini kan sudah jadi milik saya !” , jawab wanita tersebut seenaknya.
“ibu tidak bisa bersikap demikian, walaupun sudah di beli namun akses jalan umum harus diberikan”, Pak wali mencoba memberi arahan.
“ Tidak bisa Pak, halaman rumah ini sangat berguna bagi saya . kalau mereka ingin lewat dengan bebas, silahkan cari jalan lain saja.
Pak wali merasa kecewa dengan sikap wanita tersebut. Benar seperti yang dkatakan oleh banyak warganya kalau Bu Nani itu wanita yang sombong. Sebagai warga baru seharusnya dia bersikap ramah dengan warga sekitar, tapi ia malah menunjukkan sikap bermusuhan dengan warga lain. ( bersambung )
#
Padang, 6 September 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren ulasannya