Kertas Yang Robek ( Part 2), Tantangan Hari Ke10
Dia adalah Abi, siswa yang tadi aku pisahkan duduk dari teman-temanya karena menyontek dan mengganggu siswa lain
Sebenarnya, tanpa disuruh mengaku aku sudah tahu siapa yang berbuat. Ketika melihat kertas soal yang sobek tersebut, aku segera mencocokkan nomor soal Abi dengan angka yang tertulis pada lembar jawabannya.Ternyata sama. Sudah menjadi kebiasaan, aku selalu menomori soal yang dibagikan ke siswa dan meminta siswa untuk menuliskan nomor soal tersebut di lembar jawabannya. Pada awalnya tujuannya adalah untuk menghindari soal hilang, karena seringkali soal yang sudah di copy tersebut akhirnya berkurang. Padahal aku akan masih menggunakannya di kelas lain. Untuk menghindari hal tersebut maka aku mensiasatinya dengan memberi nomor pada soal yang akan dibagikan kepada siswa dan kemudian mereka menuliskan nomor yang sama pada lembar jawaban.
Tidak menunggu sampai siang, setengah jam kemudian Abi pun menemui ku. Saat itu aku sedang memeriksa lembar jawaban ujian.
“ Ada apa, Abi?” tanyaku datar. Sedikitpun aku tidak menunjukkan bahwa dialah pelakunya. Sesaat aku melanjutkan pekerjaan ku. Dari gerak geriknya kelihatan dia sedikit canggung. Untunglah sebagian besar guru masih berada di dalam kelas, sehingga keberadaanya tidak jadi tontonan guru yang lain.
“ Abi........ mau minta maaf, Mam!” akhirnya keluar juga kalimatnya.
“ Memangnya Abi salah apa sehingga harus minta maaf ?” tanyaku kemudian.
Sama sekali aku tidak menunjukkan bahwa dia yang telah merobek kertas soal yang kubagikan. Dari sudut mata bisa kulihat, dia semakin gugup dan tiba tiba aku merasa dia mengeluarkan air mata. Dari gerakannya menyapu wajahnya, aku tahu dia menangis .
Aku tidak mau membuatnya lebih merasa bersalah lagi. Aku menghentikan pekerjaanku dan menatap wajahnya untuk mencari sesuatu disana. Ada air mata penyesalan diwajahnya. Ada banyak kata yang ingin disampaikannya tapi tidak mampu disampaikannya.
“Apakah, Abi kesal dengan Mam?” tanyaku hati hati.
Dia tidak menjawab pertanyaanku, ragu ragu dia ingin menyampaikan sesuatu. Ku tunggu beberapa saat, kalau kalau dia menjawab pertanyaanku. Kulihat dia mulai sedikit tenang setelah menarik nafas dalam dalam.
“ Abi tadinya memang kesal ketika disuruh pindah duduk, tapi kertas soal itu tidak sengaja sobek ketika Abi merebut lembar jawaban Dito ..,” katanya sambil menunduk, kelihatan dia merasa sangat menyesal.
Ada kejujuran dalam kalimatnya. Aku tersenyum untuk menunjukkan bahwa aku percaya dengan apa yang dikatakannya. Untuk lebih meyakinkan, aku bertanya lagi.
“Terus, kenapa kertasnya sampai bonyok?” tanyaku kemudian.
“Bukan Abi yang melakukannya, Mam..” katanya pelan.
(Bersambung)
Padang, 24 Januari 2020
#Tantangan Menulis Gurusiana
Hari Ke -10
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren.ditunggu kelanjutan nya wi
Penasaran ya Ni...?Trims sudah ikut membacanya buk Hajjah
Sama2
Walau Abi tdk cerdas dalam kognitif nya.....tp dg dia berkata jujur tadi ........itu adalah kecerdasan emosionalnya, terkadang di lapangan anak2 seperti ini yg mencapai kesuksesan hidupnya.....Abi....Abi......Abi......iyo sering buat kita kesal Wi......
Tunggu akhir cerita besok Ni fit...
Sabar beberapa jam lagi Pak Har....Terima kasih telah sudi mampir dan memberi komentar Pak HarmailisSalam sukses dan sehat selalu
Ditunggu part berikutnya buk Dewi...