Dewi Pujiati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MENUMBUHKAN BUDAYA MEMBACA MELALUI PROGRAM TANTANGAN MEMBACA BUKU NON PELAJARAN  DI SDN KALIJAGA PERMAI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT
Duta Baca SDN Kalijaga Permai yang selesai tantangan membaca 2016

MENUMBUHKAN BUDAYA MEMBACA MELALUI PROGRAM TANTANGAN MEMBACA BUKU NON PELAJARAN DI SDN KALIJAGA PERMAI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

MENUMBUHKAN BUDAYA MEMBACA MELALUI

v PROGRAM TANTANGAN MEMBACA BUKU

NON PELAJARAN

DI SDN KALIJAGA PERMAI

KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

OLEH: DEWI PUJIATI, S.Pd

Beberapa waktu lalu, tepatnya di bulan September. Saya membaca pesan di gawai, yang isinya berikut ini.

“Bu, di SMP saya mendapat julukan kutu buku,sekaligus anak yang percaya dirinya tinggi banget”.

“Aku senang sekali, ternyata apa yang ibu ajarkan, tidak sia-sia”

Hati pun merasa bahagia mendapati pesan seperti di atas. Pesan tersebut berasal dari siswa saya yang sudah duduk di sekolah lanjutan. Mendapati mereka menyadari tentang manfaat kebiasaan yang dilatihkan semasa mereka di sekolah dasar, membuat hati saya berbunga. Terlebih lagi mereka mampu mengekpresikan rasa terimakasihnya.

Ingatan pun melayang pada saat kebersamaan dengan mereka. Sebagai walikelas sekaligus pembimbing di tingkat sekolah dasar memang berbeda. Kedekatan hubungan guru dan siswa kuat terbangun karena interaksi intens selaku guru kelas. Begitupun dengan yang saya alami. Ternyata anak-anak begitu merasakan manfaat dari program kegiatan yang saya terapkan kepada mereka, yaitu kegiatan tantangan membaca. Pola mengajak siswa mengambil buku pengayaan /non pelajaran yang masih terkait dengan tema pelajaran, dibaca saat Sabtu usai pelajaran olahraga kemudian menceritakannya di hari Senin tentang satu fakta/ informasi menarik dari buku yang mereka baca, adalah kebiasaan yang saya sukai tatkala bersama mereka.

Berbicara tentang budaya membaca di Indonesia, hampir semua pihak terkait, baik perorangan maupun lembaga sudah banyak yang mengulas dan memberi solusinya. Namun seperti diketahui bersama, bahwa fakta-fakta hasil penelitian yang menunjukkan rendahnya rata-rata indeks kemampuan membaca pelajar Indonesia tidak kita pungkiri. Salah satu permasalahan tentang faktor penyebab rendahnya budaya membaca diantarannya adalah budaya di sekolah, di mana anak-anak kita menghabiskan sebagian besar waktunya. Kita tidak memiliki program untuk menumbuhkan budaya membaca. Ini berarti guru tidak membaca. Selain itu, lebih dari 250.000 sekolah di Indonesia hanya 5% yang memiliki perpustakaan. Ini juga berarti siswa tidak membaca (Blog Sedang Belajar, Gerakan Literasi Indonesia).

Walau dari penelitian PISA (Programme for International Student Assesment) Tahun 2015 yang dirilis hasilnya pada Desember 2016, menempatan peringkat Indonesia yang lebih baik dibandingkan tahun 2012. Namun dari tiga kompetensi yang diujikan yakni sains, matematika dan membaca, kompetensi membaca belum menunjukkan peningkatan yang signifikan, hasil rerata 396 di tahun 2012 menjadi 397 poin di tahun 2015 (sumber kementerian pendidikan dan kebudayaan). Artinya kemampuan membaca bangsa Indonesia tetap masih rendah.

Menyikapi kenyataan di atas, tidak berlebihan jika penulis ingin mencoba menuliskan pengalaman sederhana yang sudah dilakukan dalam rangka melakukan rintisan kegiatan menumbuhkan dan mengapresiasi budaya membaca. Hal tersebut didorong keinginan kuat agar suatu saat kebiasaan membaca dimana pun kita berada menjadi bagian dari karakter anak bangsa serta menjadi pemandangan umum di Indonesia. Dan memberi kontribusi pencetakan generasi unggul yang akan membawa Indonesia sejajar dengan negara maju lainnya dalam berbagai bidang. Karena kemajuan yang dicapai negara maju lainnya salah satunya karena menjadikan membaca budaya mereka. Selain syair lagu Indonesia Raya “Bangunlah jiwanya, bangunlah raganya” yang selalu menginspirasi dan mengobarkan semangat.

Melalui tulisan ini, penulis mencoba dedikasikan diri menjadi bagian dari program nyata usaha peningkatan minat baca pelajar melalui penerapan program rintisan yang digagas oleh alumni guru-guru yang mengikuti program WJTTAP (West Java Training Teacher Adelaide Program) dari Dinas Provinsi Jawa Barat. Program yang mengadaptasi kegiatan apresiasi terhadap kebiasaan dan kemampuan membaca anak-anak sekolah di South Australia bernama Premier’s Challange, yang kemudian diadaptasi dengan nama WJLRC (West Java Leader’s Reading Challange) di Jawa Barat. Termasuk di tempat penulis mengajar (sebagai alumni program WJTTAP 2013). Program rintisan WJLRC di tempat saya mengajar berlangsung sejak Januari sampai dengan Desember 2014. Siswa menyelesaikan kegiatan tantangan membaca sekaligus membuat reviu buku-buku di luar buku pelajaran sebanyak dua buku per bulan. Selama hampir dua belas bulan, setiap siswa minimalnya menyelesaikan membaca dua puluh emapat buku dan mereviunya secara konsisten dan disiplin. Bentuk reviu di awal rintisan masih sederhana, yakni menungkapkan unsur intrinsik buku, seperti ringkasan singkat cerita/ isi buku, penokohan (untuk buku fiksi) serta hikmah atau hal positif apa yang dirasakan setelah selesai membaca buku.

Agar pembimbingan berjalan dengan maksimal, pada kegiatan rintisan “Tantangan Membaca Buku” ini saya hanya membimbing lima siswa sesuai kesepakatan dengan teman-teman alumni yang turut juga melakukan rintisan kegiatan tantangan membaca tersebut. Siswa yang diberi kesempatan adalah siswa yang mempunyai kesenangan membaca dan kemampuan yang sedang (tidak harus yang rangking). Karena sejatinya tujuan pokoknya adalah mengapresiasi berbagai macam kecerdasan yang dimiliki oleh siswa, tidak hanya kecerdasan bersifat matematis/numerik saja. Kategori buku disesuaikan dengan tingkatan kemampuan siswa SD dan ketentuan buku pilihan diri sendiri, guru dan orang tua serta memiliki pesan moral kuat (di koleksi buku perpustakaan sekolah, jumlahnya masih minim) . Jadi orang tua/wali pun sejak awal terlibat langsung secara aktif untuk mensuport dan memfasilitasi terciptanya budaya membaca di lingkungan rumah. Lima siswa dan guru pembimbing melakukan kegiatan presentasi dan diskusi tentang isi masing-masing buku yang sudah dibaca siswa. Guru pun ditantang membaca buku juga sebagai bahan cerita tatkala diskusi bersama siswa. Guru dan siswa terlibat diskusi hangat tentang hal-hal menarik yang mereka temukan dari buku ynng mereka presentasikan. Waktu disepakati minggu keempat setiap bulannya di luar jam pelajaran. Kegiatan diskusi guru dan siswa, sebaiknya didahului dengan kegiatan diskusi dengan orang tua mereka masing-masing di rumah. Jejak dokumetasinya telah disiapkan guru pembimbing. Usai diskusi dengan orang tua mereka masing-masing. barulah kegiatan presentasi dan diskusi bersama dengan guru pembimbing pun dilakukan.

Bukan tanpa kendala dan tantangan,tatkala merintis pembiasaan membaca. Namun dengan pemberian motivasi dan pembimbingan yang sabar, tahun 2014 lima siswa tersebut mampu menyelesaikan tantangan membaca tersebut. Waktunya mengapresiasi ketekunan dan daya juang mereka dalam menaklukan jumlah buku minimal yang telah disepakati. Medali sederhana pun coba saya siapkan, dan akan dikalungkan oleh kepala sekolah sebagai penantang di tingkat ekolah. Selain itu penghargaan langsung dari Bapusipda Provinsi Jawa Barat didapatkan berkat usaha merintis kegiatan tantangan membaca. Dari lima siswa tersebut bisa terseksplor seratus dua puluh (120) judul buku dalam kurun waktu sepuluh bulan. Berbekal rintisan di tahun 2014 tersebut, kegiatan tantangan pun saya kembangkan dan jalankan lagi di tahun berikutnya. Bahkan alhamdulillah di tahun 2016, diberi kesempatan bergabung dalam tim provinsi yang memberikan pelatihan pada program Gerakan Literasi sekolah (GLS) melalui WJLRC seperti pola ynng telah dirintis tahun sebelumnya. .Bahkan di tahun 2016 bersama teman-teman komunitas Gelemaca (Gerakan Literasi Masyarakat Cirebon Kota) melahirkan program Cirebon Leader’s Reading Challenge (CLRC), sebagai upaya adanya tantangan berjenjang dalam hal membaca pertama dari Walikota Cirebon melalui Kepala Dinas Kota Cirebon. Dengan pola kegiatan serupa juga dengan yang sudah dirintis WJLRC dan diterapkan SDN Kalijaga Permai sebelumnya. Wisuda literasi CLRC pertama pun dilaksanakan pada bulan mei 2017 lalu dengan jumlah siswa kurang lebih tiga ratus lebih yang selesai tantangan dari tingkat SD dan SMP. Bahkan di SDN Kalijaga Permai, kegiatan tantangan membaca itu akhirnya menjadi salah satu program unggulan sekolah berupa ekstrakurikuler dengan jadwal kegiatan dan materi yang terpogram. Jumlah peserta yang ingin ditantang membaca dan menyelesaikannya terus bertambah serta mampu memberi contoh positif untuk adik-adik tingkatnya.

Dari testimoni siswa dan telaah hasil reviu siswa serta tahapan-tahapan kegiatan tantangan membaca selama 2014 sampai dengan 2017, dapat diambil kesimpulan terkait nilai karakter penting kegiatan tantangan membaca tersebut, yaitu pertama, pembiasaan karakter mandiri, terbuka, percaya diri dan disiplin jelas terbentuk dan terlatih. Kedua, membantu anak menemukan konsep diri positif melalui pujian dan apresiasi Ketiga, memperkaya wawasan sehingga membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi di sekolah maupun di rumah dan membantu meningkatkan prestasi akademik. Keempat, ketiga mengembangkan daya imajinasi siswa dari alur cerita dalam buku berjenis fiksi.. Kelima, bisa menjadi salah satu program unggulan ekstrakurikuler dari sekolah dan terjadinya proses pembiasaan membaca rutin dan menyenangkan yang diharapkan menjadi budaya yang melekat pada anak. Keenam, terjalinnya kerjasama diantara tiga pilar pendidikan yakni, lembaga, orang tua, dan masyarakat.

Menyadari manfaat besar dari program ini, semoga feature ini membantu bisa memberikan sumbangsih pihak lain untuk lebih mengenal tentang salah satu model pengembangan gerakan literasi sekolah yang sudah diterapkan di sekolah saya. Apalagi dasarnya sudah diamanatkan melalui permendikbud no 23 tahun 2015, khususnya menindaklanjuti dari program 15 menit membaca di awal pelajaran, agar tidak menjadi sebuah kegiatan pembiasaan seremonial tanpa makna. Semoga tulisan pengalaman saya dengan sub tema “Menumbuhkan Budaya Baca Di Sekolah Dasar” dalam merintis budaya baca baik guru maupun siswa dapat menginpirasi serta yang penerapannya bisa lebih berkembang di sekolah-sekolah.

Medali apresiasi tantangan membaca SDN Kalijaga Permai dari Tahun 2014 s.d 2016.

Sebagai penantangnya adalah kepala sekolah.

Para duta baca SDN Kalijaga Permai yang selesai di tahun 2017

mendapatkan ucapan selamat dari seluruh guru

Medali Tahun Pertama Tantangan 2014

Presentasi singkat isi buku di depan teman-teman

untuk percaya diri dan keberanian

Presentasi singkat isi buku di depan teman-teman

untuk percaya diri dan keberanian

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post