Negri Diatas Awan
Tagur 90 Hari# Hari ke-76#
Negri Diatas Awan
Bun, kira-kira diatas sana ada apa ya," ujar suamiku. Matanya jauh memandang keatas perbukitan yang tak jauh didepan kami.
"Nggak tau, tapi kata si Ujang banyak juga orang yang berkebun disana," jawabku.
"Gimana kalau kita coba jalan kesana, jadi penasaran," kata suamiku lagi.
"Kita tanya Ujang dulu yuuk, balasku. Aku nggak mau gegabah. Ladang ini baru 3 bulan ini kami huni. Itupun di hari Sabtu atau Minggu. Kupanggil Ujang yang sedang asyik memagari tanaman kopi yang baru ditanam dengan ranting-ranting.
"Pergi aja Bu, nggak apa- apa, banyak orang yang berladang kok diatas," jawab Ujang ketika kutanya perihal perbukitan yang tak jauh berada dari ladang kami.
"Apakah sudah ada jalan ke bukit disana,? tanya suamiku.
"Oh udah ada Pak, Bapak ikuti aja jalan yang ada ini, nanti Bapak akan sampai ke puncak bukit itu," jawab Ujang menjelaskan.
"Apa mobil bisa kesana,? Tanya suamiku lagi.
"Jangan Pak, Bapak pakai aja motor saya, sebab jalannya belum di cor kesana," Ujang menjelaskan.
Akhirnya kami berdua menyusuri jalan menuju perbukitan dengan motor Ujang. Benar katanya, jalanannya masih jalan tanah, namun keras. Banyak jejak motor dan yang ditemui. Jalannya cukup lebar, kira-kira 3 meter lebih. Kami mulai menikmati pemandangan dikiri dan kanan jalanan. Ternyata memang banyak ladang dan kebun yang baru dibuka. Pondok-pondok kecil banyak berdiri di ladang-ladang tersebut.
Jalanan mulai menanjak, suamiku terlihat hati-hati mengendarai motor, takut slip. Udara terasa makin sejuk. Peladang yang kami temui nampak ramah. Dari penampilan mereka nampak nyata, bahwa mereka bukanlah petani, tapi sama seperti kami. Orang yang terbiasa bekerja dibalik meja, atau menghadapi papan tulis.
Jalan masih berliku dan menanjak. Pada akhirnya kami sampai di puncak didekat ladang yang terlihat sangat terawat. Pohon cengkeh tertanam denga rapi, tingginya sudah 1 meter. Pucuk-pucuk daun mudanya yang memerah sangat indah terlihat. Aku begitu terpesona.
"Assalamu'alaikum, selamat datang di pondok kami Pak, Bu," sebuah salam sapa yang hangat mengejutkan kami dari belakang. Seorang peladang dengan baju kaus yang bersih tersenyum lebar menatap kami.
"Wa'alaikumussalam, maaf, kami sudah masuk saja ke area ladang Bapak," ujar suamiku sambil menjabat tangan beliau. Usianya tak jauh beda dengan kami. Tak lama kulihat istrinya keluar dari pondok. Kami berbincang akrab. Tak disangka beliau seorang pamong pemerintah propinsi.
"Bu, naik ke atas pondok yuk," ajak istri peladang yang akhirnya kuketahui bernama Rini. Beliau sama sepertiku, seorang guru.
"Ibu nanti akan terpesona dengan pemandangan yang tampak," lanjut Rini dengan semangat. Kuanggukkan kepala menerima tawarannya.
"Kami sudah 3 bulan ini, tidur di ladang setiap hari Sabtu, dan Minggu sore kami balik ke rumah," ujar Rini sambil tersenyum.
"Naah, coba lihat kesana, ujar Rini sambil menunjukkan tangannya. Akupun mengikuti arah telunjuknya.
"Subhanallah, sungguh indah sekali pemandangan dari sini, ujarku penuh haru. Didepanku terpampang seluruh kotaku dalam ukuran yang kecil. Terhampar lautan luas diujung sana dengan pulau ditengahnya yang sangat kecil. Sangat luar biasa pemandangannya. Aku merasa berada diatas awan. Semua terlihat jelas dipandangan mata. Pusat kota terlhat kecil.
Aku terkagum-kagum melihatnya. Kupanggil suami agar mengikuti kami. Tak henti-hentinya kami mengucapkan pujian kepada sang Khalik.
"Pemandangan seperti ini, tidak bisa dinilai dengan uang Pak," ujar Pak Rasyid tersenyum puas pada suamiku. Itu sebabnya sekarang hari Sabtu menjadi hari yang paling kami nantikan, kami bermalam disini Pak," sambung pak Rasyid.
Suamiku mengangguk-anggukkan kepalanya, menyetujui perkataan pak Rasyid. Puas bercerita, kami segera kembali ke ladang. Teringat anak-anak yang terpaksa ditinggalkan diladang, karena hanya ada 1 motor. Semoga perjalanan kami ini semakin mempertinggi rasa syukur kepada-Nya.
"Sayangi alammu, dengan begitu kamu menyadari bahwa Allah SWT sangat menjagamu"
Padang, 14 September 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap bu. Sukses terus bu
Makasih bu Sri.Salam literasi
Keren amat bu Dewi, suksea ya
Keren banget Say salam Literasi salam sehat selalu
Keren, Bu. Sukses selalu...