'Acek'
Tagur 90 Hari# Hari ke-75#
"Acek"
Minggu pagi yang cerah mewarnai perjalanan kami menuju ladang/kebun keluarga yang terletak di pinggir kota. Sudah 2 minggu kami tidak berkunjung kesana. Dengan bekal yang sudah dipersiapkan dari dini hari tadi kami berangkat.
Suasana kebun yang sejuk dan damai, sungai kecil berbatu yang mengalirkan air yang jernih telah membuat kami nggak sabaran sampai disana.
"Hati-hati nyebrang ya, awas batunya licin," ujar suamiku mengingatkan. Sungai kecil itu cuma 3-4 meter saja lebarnya. Batu-batu besar yang ada ditengah-tengahnya menjadi tempat duduk yang favorit bagi anakku
"Bun, aku disini aja ya," kata anakku Caca. Ia segera mengambil posisi duduk diatas sebuat batu besar yang cukup lebar. Duduk diatas sana sambil menjuntaikan kakinya didalam air.
"Kalau udah nanti, segera susul ya, ucapku mengingatkan.
"Ok, jawabnya samnil memgacungkan jempolnya.
Aku dan suami meneruskan perjalanan ke pondok yang ada dalam kebun. Tak banyak yang kami kerjakan. Aku dan suami lebih banyak menghabiskan waktu bercerita-cerita di atas pondok yang terbuka tanpa dinding. Saat-saat seperti ini adalah yang paling kusukai. Jauh dari keramaian, kami bisa tertawa lepas. Mengunjungi kebun bagi kami adalah suasana yang tidak dapat dinikmati setiap hari.
"Aku sudah sampai," kata anakku dengan ceria.
"Sudah puas main air," kataku lagi.
"Belum, nanti aku akan mandi-mandi disana," ujar anakku sambil naik ke atas pondok. Anakku langsung selonjorkan kakinya. Kulihat ada darah yang mengalir dekat mata kakinya.
"Kamu tadi jatuh ya," ujarku
"Nggak," jawab Caca.
"Tapi kenapa kakimu berdarah, ujarku heran.
Segera Caca menggulung celananya ke atas. Suamiku turut memperhatikannya. Tiba-tiba Caca terpekik. Ada binatang hitam kecil yang menempel dikakinya, sementara itu darah mengalir dari tempelan binatang tersebut.
Suamiku dengan sigap mengambil ranting kecil dan mengambil binatang tersebut sampai terlepas dari kaki anakku. Darah masih mengalir dari kaki anakku.
"Ini namanya "Acek", mungkin karena semalam hujan, tanah masih lembab, jadi mereka masih ada di tanah," terang suamiku. Beliau memencet kulit anakku yang kena gigit dan mengoleskan sabun batangan yang selalu kami bawa.
Mudah-mudahan anakku tidak jera pergi ke ladang/kebun setelah peristiwa ini. Aku sendiri jadi sering geli sendiri kalau memikirkan "Acek" atau "Pacet" tersebut.
Padang, 13 September 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ondeh Mandeh Tusde... Rancak Bana cerpen Uni. Salam sukses dan salam Literasi....
Makasih Pak.Salam literasi
Acek memang senang fi tanah atau rerumputan yg basah. Ide ceritanya keren juga Bun