Piring Suka mencatat Pengeluaran Bekerja

By : Desnilawati

Denisa melihat ke arah Pintu masuk rumah Brocoli. Dipekarangan dilihatnya seorang pemuda tampan berkaca mata minus.

Pemuda itu mengenakan baju kotak-kotak warna pink. Idih ...cowok kok suka pink. Kumisnya yang klimis nampak maskulin dengan kulitnya yang putih bersih.

Denisa terpana melihat orang itu. Rasa-rasanya ia mengenal pemuda itu. Tapi entah dimana. Ia lupa. Mungkin faktor perutnya yang belum di isi. Hingga cacing-cacing yang menari membuat pikiran tak kompromi.

" Hai...Denis..!" Denisa tersentak mendengar namanya dipanggil. Nama panggilan itu begitu khas dan familiar ditelinga. " Ya.. hanya seorang yang tahu dan suka memanggilnya dengan sebutan Denis..apa mungkin dia ?" Denisa mengernyitkan keningnya.

" Hei..kok malah bengong ?' Pemuda itu menghampirinya. " " Tancho...!" Denisa memekik kegirangan begitu tahu siapa yang memanggilnya.

Tancho, pemuda yang turun dari mobil tadi tersenyum. Ia senang begitu mengetahui kalau Denisa masih mengenal dirinya.

Tancho adalah teman sekelas Denisa waktu pelatihan KPPL beberapa tahun lalu. Tancho dan Denisa duduk sebangku waktu itu.

"Ada apa kesini Tan..?" Denisa mengajukan pertanyaan. " Inikan rumahku.." Jawab Tancho sambil tersenyum. Denisa membelalakkan mata tak percaya. Selama ini ia tak pernah melihat Tancho dirumah Brocoli. " Ach..ia pasti mengada-ada .." Batin Denisa.

" Tidak, aku berkata jujur...sejujur ibu memasak bubur.." Kata Tancho melucu.

Mendengar kata-kata bubur, Denisa kembali merasakan lapar diperutnya. Ia meringis. Cacing-cacing diperutnya mulai menggigiti ususnya. Peluh Denisa bercucuran. Sepertinya Denisa masuk angin. Mukanya kelihatan pucat.

Tancho kaget melihat perubahan Denisa. " Bro...Brocoli...!" Ia memanggil Brocoli yang pergi entah kemana. " Ya..." Brocoli menyahut dari samping rumah. Rupanya ia sedang asyik menelpon entah siapa.

" Ngapain disitu ? Ini Denis sakit, mungkin masuk angin..!" Tancho menjelaskan. " Astaghfirullah...!" Brocoli menepuk jidatnya. Aduhai..kewesh keweswh...Ojo ane Ampe lupa opo , sampeyan belum makan..!" Ia menjerit bagai kerbau terjepit. Melengking bunyi seruling. Untung aja nggak sampe guling-guling. Dasar sabling.

" Den...maaf beribu maaf...aye Ampe lupe ame sampeyan..rupo ne sampeyan belum makan...hayo tak panggil mang Udin buat beli sate.." Brocoli nyerocos asal. Bahasanya campur-campur. Seperti masakan bubur. 

" Udah, jangan banyak gaya..cepat panggil mang Udin, jangan sate...nasi bungkus aja sekalian, kalau bisa nasi Padang..!" Teriak Tancho jengkel. Ia sebel menengok perlakuan Brocoli yang lebay.

Brocoli bergegas memanggil mang Udin.

Brocoli kembali membawa sepiring sate. Rupanya ia tak menemukan mang Udin. Ia sendiri pergi membeli sate yang tak berapa jauh dari rumahnya.

" Mana nasi bungkusnya..?" Tancho heran melihat Brocoli membawa sate. Brocoli hanya membawa satu piring sate. Itu membuat Tancho tambah heran. " Kok cuma satu piring ? Kakak nggak lapar ?" Pertanyaan Tancho membuat Denisa terkesiap. " Kakak ...?" Tanpa sadar mulutnya bergumam. 

" Oh ya, maaf aku lupa mengenalkan kalau Tancho adalah adik sepupuku. Brocoli memperkenalkan Tancho. " Kenapa kakak cuma beli satu piring sate ?" Tancho mengulangi pertanyaannya.

#Menulis itu bahagia

#Menulis itu sedekah,Menulis untuk perubahan