Desi Oktoriana

Menyukai tulis-menulis sejak di bangku SD. Namun, baru beberapa tahun terakhir dikembangkan lebih jauh. Saat ini menetap di Bandung berprofesi sebagai gu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tanah Retak
onlinepantura.com

Tanah Retak

desau angin lembut menyapa dedaunan meninggalkan jejak rindu pohonan

pada renyai yang membasahi akar-akar kehidupan tanah retak ini tabah menanti denting gerimis meningkahi pagi

jeritnya pada matahari agar terik tak lagi mengurungkan niat rerumputan menghijau memenuhi permukaan bumi

Aku adalah tanah retak yang berderak ketika menyaksikan seorang perempuan

alpa menyirami dini hari bersama lantunan ayat suci

para lelakinya lebih sibuk menelurkan keringat demi sebuah kata ekonomi

tiada waktu berhening lama di malam gulita bersama pemilik tahta semesta

Aku tanah retak yang jadi saksi

anak-anak bersuka hati menggelindingkan bola meski panggilan muazin bersahutan membahana

teriakan suka ria melupakan kewajiban membasuh jiwa bersama wudu semenjana

tanah retak menguarkan jerit perih tertahan

kala mendapat kabar dari dedaunan yang bergoyang oleh angin Utara. Para pemimpin sedang bermimpi di atas kereta Kencana

melesatkan bumi menuju matahari

biarlah mewujud walau terbakar nanti

serunya jumawa

*

janji-janji sang pemimpin hanyalah ingkar yang berulang kali

Ia dalam lena bahwa Tuhan siap mencabut nyawa

kapan saja

*

para pedagang berebut asa dalam timbangan yang berkurang massa

para penyair lupa menajamkan pena karena hatinya mulai membuta

Saat tanah retak takkan pernah lupa meminta gerimis pagi membasahi keringnya hati

11 September 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Dibaca pelan terasa perihnya. Indah Bu Desi. Salam kenal. Dan sehat selalu.

12 Sep
Balas

Wooww...setelah sekian lama akhirnya bisa kupeluk sebuah puisi yang menyayat kalbu dari bunda D, tanah memang akan tetap jadi saksi dari kehidupan dibumi pun di akhirat nanti. Betapa sangat menusuk puisi ini..dan saya pun benar2 tertusuk, semua sudah berjalan diluar koridor, seakan tidak ada kematian..puisi mengingatkan kembali bagaimana seharusnya kita berjalan dijalan yang sudah ditentukan antara manusia dgn Tuhan dan manusia dgn manusia. Terima kasih bunda menyuguhkan puisi yg bernas ini. Sehat dan sukses selalu.

11 Sep
Balas



search

New Post