Deny Rochman

Deny Rochman bukanlah anak seorang penulis. Era reformasi 1998 telah mengubah talenta hidupnya. Ia mulai banyak menulis di media massa. Ada tuntutan moral sebag...

Selengkapnya
Navigasi Web
BERSIAP BELAJAR DI SEKOLAH
Pengecekan suhu badan menjadi kegiatan sekolah di era AKB, seperti yang dilakukan warga sekolah SMPN 4 Kota Cirebon dalam simulasi

BERSIAP BELAJAR DI SEKOLAH

Mulai ada titik terang, kapan siswa belajar di sekolah. Pemerintah Pusat sudah memberikan sinyal terhadap sekolah-sekolah di 163 daerah kota dan kabupaten di Indonesia. Sinyal kepada 163 daerah di zona hijau dan kuning sudah boleh membuka pembelajaran tatap muka di sekolah. Tentu dengan mentaati protokol kesehatan dan ketentuan bagi keselamatan dan kesehatan warga sekolah.

Sinyal pembukaan belajar tatap muka itu disampaikan dalam jumpa pers secara online penyesuaian kebijakan di masa pandemi covid-19. Hadir petinggi dari tiga kementrian, yakni Menko PMK Muhajir Effendi, Mendikbud Nadiem A. Makarim, Menkes (diwakilkan) Oscar Primadi (Sesjen Kemenkes), Menag Fachrul Razi dan Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo. Webinar disiarkan live melalui channel Youtube Kemendikbud RI Jumat 7 Agustus 2020 pukul 16.00.

Sayangnya sinyal pusat tersebut masih menunggu kekuatan sinyal dari daerah. Sinyal satu frekwensi dalam upaya pembukaan pembelajaran tatap muka di sekolah. Pemda lebih memahami situasi daerahnya. Ini sudah diduga sebelumnya, sama halnya saat Pusat menetapkan kebijakan PSBB. Bahwa ketok palu kesiapan dikembalikan lagi ke daerah-daerah. Kesiapan Dinas Pendidikan dan sekolah-sekolah dalam menyesuaikan kegiatan sekolah di era Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).

Keberanian kepala daerah benar-benar akan diuji. Diuji dalam menangkap sinyal pusat, apakah berani membuka sekolah atau sebaliknya. Yang jelas, kata Doni Monardo, opsi dua keputusan relaksasi sektor pendidikan itu masing-masing memiliki resiko. Resiko belajar dari rumah seperti sudah dialami dan dirasakan sekarang. Dan resiko ketika pembelajaran tatap muka di sekolah. Akan berpotensi klaster baru penyebaran virus corona.

Regulasi ini sudah saya duga sebelumnya. Pusat tetap menyerahkan kesiapan daerah dalam membuka sekolah. Pertanyaan sekarang, beranikah daerah mulai membuka sekolah-sekolah? Sudahkah sekolah-sekolah menyiapkan kebijakan pembelajaran tatap muka dengan tetap menjaga kesehatan dan keselamatan warga sekolah? Atau sebaliknya, jika daerah tetap memilih sekolah ditutup, bagaimana kesiapan pembelajaran jarak jauh dalam waktu lama.

ADAPTASI SEKOLAH

Cepat atau lambat, pembelajaran tatap muka di sekolah akan dibuka. Apakah pekan ini, bulan depan atau tahun besok. Maka, kesiapan sekolah dalam beradaptasi kebiasaan baru di era covid-19 harus dikondisikan sejak awal. Sekolah-sekolah di Kota Cirebon, secara umum sudah melengkapi diri sarana dan prasarana mendukung protokol kesehatan.

Sebelum tahun ajaran 2020/2021 baru tiba, Dinas Pendidikan Kota Cirebon beberapa kali menggelar pertemuan dengan pihak sekolah, pengawas, dan korwil pendidikan. Agendanya, ada yang membahas persiapan sekolah masa AKB. Ada juga pertemuan FGD pembelajaran jarak jauh (PJJ). Baik PJJ secara sentralisasi melalui pengajaran guru model di Radar Cirebon Televisi (RCTV) secara live sejak . Maupun PJJ mandiri di sekolah masing-masing. Kedua pola PJJ yang saling melengkapi.

Ada beberapa hal yang perlu disiapkan dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka. Secara teknis, pelaksanaan bisa dilakukan bertahap dengan model Blended Learning. Model ini pada dasarnya merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap-muka dan secara virtual (online). Langkah ini untuk tetap menjaga protokol kesehatan. Kegiatan belajar tatap-muka siswa pun dengan sistem shift (digilir).

Pembelajaran sistem shift sebagai upaya mentaati protokol kesehatan. Terutama menjaga jarak fisik (physical distancing) minimal 1 meter. Jarak duduk di dalam kelas, jarak bergaul sesama warga di sekolah. Tidak berkerumun, maka ditiadakan jam istirahat jajan, atau pembelajaran yang berpotensi berdekatan bahkan bersentuhan. Selama di sekolah warga sekolah tetap menggunakan pelindung wajah, minimal masker. Tetap menjaga kebersihan dan kesehatan diri, termasuk kebersihan tangan.

Sebelum pembukaan belajar tatap-muka, pastikan sarana dan prasarana sekolah sudah sesuai standar kebutuhan AKB. Terpasang tempat cuci tangan di pintu masuk sekolah, di depan kelas masing-masing. Disiapkan petugas pengukur suhu bada (termo gun). Anak-anak pun dianjurkan membawa sanitizer pribadi di tasnya. Ruang kelas dan setiap sudut sekolah disterilkan dengan penyemprotan disinfektan secara rutin.

Idealnya sekolah diawal melakukan screening kesehatan warga sekolah. Baik kepala sekolah, guru, TU dan siswa. Lebih akurat jika menjalani tes swab, untuk memastikan kesehatan semua warga. Jika tidak mungkin, paling tidak pihak sekolah melakukan pemetaan kondisi kesehatan warganya. Warga sekolah yang berdomisili di zona rawan (orange atau merah), lebih baik untuk tidak bersekolah. Sama halnya bagi mereka yang merasa unfit (sakit).

Pastikan setiap orang tua membuat surat pernyataan kesiapan putera puterinya mengikuti pembelajaran tatap-muka sesuai tata tertib sekolah versi AKB. Kebijakan sekolah terkait pembelajaran di era pandemi ini disosialisasikan dalam rapat orang tua siswa, baik secara daring maupun luring. Orang tua pun harus mau antarjemput anaknya ke dan dari sekolah. Menghindari mereka naik turun angkutan umum. Mereka yang melanggar bisa dikenai sanksi.

Pembelajaran sekolah dengan sistem shift sebagai upaya tak terjadi kerumunan. Baik sentuhan selama di sekolah, maupun saat antarjemput anak berangkat dan pulang sekolah. Melalui shift, belajar siswa dengan cara daring (PJJ online) dan luring. Materi yang belum paham saat daring, bisa didiskusikan melalui belajar tatap-muka di sekolah. Tugas-tugas daring, dikumpulkan ke sekolah.

Jam belajar mereka pun dikurangi. Tujuannya pertama menghindari potensi kerumunan dan kontak sosial. Keduanya menjaga kenyamanan warga sekolah dalam belajar dan menjalani protokol kesehatan. Seperti menghindari berlama-lama penggunakan masker di sekolah. Ketiga, menjaga kosentrasi belajar yang tak bisa lama-lama dengan pembatasan sosial. Selama KBM di sekolah, dinamika siswa terus dipantau oleh guru-guru agar mereka tetap sehat dan selamat.

Pihak sekolah untuk tetap serius memantau kondisi kesehatan anak-anak. Bekerja sama dengan orang tua siswa dan petugas kesehatan. Terus meng-up date perkembangan berita covid-19 di tingkat lokal (daerah). Jika ada berita di satu tempat ada yang positif corona, maka siswa atau guru yang tinggal di daerah tersebut sementara dirumahkan hingga selesai proses pemeriksaan dan karantina mandiri.

Masa pandemi virus corona yang belum jelas kapan berakhir, membuat pihak sekolah dan orang tua, untuk tetap rutin membangun komunikasi. Memang menjadi pilihan sulit melakukan pembelajaran di era pandemi ini. Belajar dari rumah atau dari sekolah, sama-sama keduanya memiliki tingkat resiko. Kini, bagaimana belajar dari rumah dan dari sekolah (blended learning) dengan resiko kecil atau jika mungkin tanpa resiko kesehatan. Daripada perilaku sosial anak di rumah makin sulit dikendalikan oleh orang tuanya. (*)

Cirebon, 10 Agustus 2020 pk. 00:06

Deny Rochman, Penulis adalah pegiat literasi Gelemaca Kota Cirebon

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga semuanya lancar dan tak terkendala.

10 Aug
Balas



search

New Post