#tanthar_181

#pentigraf

RANJANG

Sudah lama sekali aku menginginkan ranjang dengan kasur busa (seperti di pilem-pilem). Pabila tidur di ranjang dengan kasur busa yang empuk serasa tidur di atas awan, bisa nyenyak, nyaman, tidak terganggu dengan bunyi derit dipan kayu yang selalma ini aku pakai. Dipan usang peninggalan ayah dulu, sampai kini masih kupakai untuk tidur di kamar belakang dekat dapur. Bunyi deritnya sangat khas, dari jauh saja terdengar, aku pasti tahu itu bunyi derit dipanku.

Aku terkejut membaca pengumuman dari lomba menulis yang pernah aku ikuti, di sana tertulis namaku sebagai pemenang utama, berkali-kali mata ini kuusap memastikan bahwa itu adalah namaku. Tertulis jelas “Malanca” sebagai pemenang utama. Hadiahnya seperti yang kuinginkan sebuah ranjang lengkap dengan kasur busanya, disamping tabungan pembinaan. Aku melonjak kegirangan keinginanku tidur di ranjang kasur busa terwujudkan.

Tidak menunggu lama, hadiah diantar ke rumah, ranjang tidak muat dalam kamarku, terpaksa diletakkan di ruang tengah, korbannya meja makan pindah ke dapur. Malam sudah mulai menyapa, segera aku meloncat naik ke ranjang kasur busa. Di lompatan pertama badanku memantul dan bergoyang-goyang. Berulang kali aku melakukannya seperti tidak pernah puas. “Nca… hati hati nanti jatuh.” Emakku mengingatkan, aku tak hiraukan, lompatanku semakin tinggi, dan … “Aduuuuuhhhhh… mak kepalaku sakit.” AKu berteriak memanggil emak sambil memegang kepalaku yang ada benjolnya kebentur sisi dipan yang kini sudah hancur berantakan, rubuh.

-salaminginkaya-