#tanthar_353

#berpentigraf

Bu Zubaidah

Aku sangat kagum melihat bu Zubaidah saat mengajar, begitu telaten, dan selalu memperhatikan siswa yang kurang paham. Langkahnya pelan tidak obahnya seperti peragawati yang sedang berjalan. Suaranya lembut menyejukkan. Ditambah lagi senyumannya yang menawan. Banyak diantara kami berandai-andai, walaupun andai-andai itu tidak pernah kesampaian, tapi lumayan pengisi waktu senggang.

Hari ini ada mata pelajaran Ekonomi, dan dipastikan akan ketemu dengan bu Zubaidah, aku sudah tidak sabar ingin segera sampai di sekolah. Kalaulah boleh, seharian ini mata pelajaran Ekonomi saja. Bel sekolah berbunyi, tapi Madi tidak kulihat, biasanya dia tidak akan pernah absen jika pelajaran Ekonomi. Aku tidak tahu dimana keberadaannya. Aku duduk bangku paling depan, menggeseri Mayastuti pindah ke belakang, demi bu Zubaidah. Hal itu sering kulakukan, bisa terhadap Mayastuti, Dwi, Desi ataupun Nur. Yang penting aku di depan. Tidak puas rasanya memandang bu Zubaidah dari belakang.

Pelajaran yang kutunggu pun datang, tiba-tiba yang masuk bu Rifni, wali kelas kami, aku heran, kenapa dengan bu Zubaidah? Apakah dia sakit? Atau?? Berkecamuk pertanyaan dalam benakku. Kubiarkan bu Rifni berceramah di depan, mood ku sudah hilang karena bukan bu Zubaidah yang di depan. Aku mulai malas-malas mendengarkan celoteh bu Rifni. Dalam bayanganku hanya wajah bu Zubaidah. “Jadi..., anak-anak semuanya, marilah kita do’a kan bu Zubaidah semoga menjadi keluarga yang Sakinah Mawaddah wa Rahmah, dan menjadi ibu pengganti buat teman kalian Madi”. Aku terpana dengan kalimat terakhir bu Rifni. Ternyata Madi tidak masuk karena menyaksikan bapaknya nikah dengan bu Zubaidah. Aku segera meloncat ke luar kelas, karena bel istirahat berbunyi.

-salambuzubaidah