Aku Pengen Dipuk puk
#tanthar_163
#satireberpentigraf
Aku Pengen Dipuk puk
Banyak sekali kumpulan anak-anak menjelang sore hari. Mereka tidak peduli ini masa PSBB, Normal, New Normal ataupun Pandemi Covid-19. Bagi mereka yang penting bermain bersama teman-teman. Mereka biasanya berkumpul di halaman rumah tek Rini yang tinggal bersama cucunya Marasih. Memilik halaman yang luas, membuat anak-anak merasa senang, karena mereka bisa bermain sepuasnya, tidak perlu jauh-jauh ke lapangan. Mak Rini tidak pernah melarang anak-anak bermain apa saja di halaman rumahnya, asalkan tidak ke dalam rumah. Tidak jarang suara tangis dari halaman rumah terdengar, kemudian berganti dengan ketawa bersama-sama, itulah dunia anak-anak.
Hari ini, udara begitu cerah, angina bertiup sepoi-sepoi, matahari menyinari dengan suhu yang adem. Masih seperti hari-hari sebelumnya, anak-anak kembali berkumpul di halaman rumah tek Rini. Awalnya si Desi yang memanggil Marasih untuk bermain, kemudian datang Nienda bersama Nyadekri. Mulailah mereka duduk bersama mendengar Nienda bercerita tentang boneka barunya. Desipur pun sedikit berlari ikut berkumpul. Tiba-tiba datanglah segerombolan pejaka cilik, ada Mamet, Yoksur, Roni, dan Sukamdi. Bergaya bandit jaman dulu mereka melipat tangan di dada dan menatap Nienda dan rombongan bercerita. Mata dibulatkan, dada membusung, nafas seperti banteng ngamuk. Mamet cs bergaya.
Belum lagi gayanya berganti dengan berkacak pinggang, tiba-tiba Wiwimelia menangis, tangisnya keras. Tek Rini segera keluar, khawatir digangguin begajul tengik itu. “Kenapa Wiwi? Kok nangis?” Tek Rini bertanya. “Kakiku luka kena batu tadi.” Isak Wiwi belum berhenti waktu menjelaskan. “Oooo ini, nggak sakit kok. Tangan tek Rini mencubit lengan Wiwi agak keras. Wiwi terkesiap, tangisnya kesakitan luka terhenti sejenak, lalu berganti dengan tangisan sakit dicubit. “Kenapa sayang?” Tanya tek Rini, mulai menggendong Wiwi. Wiwi meronta takut dicubit lagi. Mak Diyah tetangga tek Rini datang menghampiri anak-anak dan bertanya. “Kenapa Wiwi nangis tek?” mak Diyah bertanya pada tek Rini. “Tadi Wiwi menangis karena ada rasa sakit di kakinya yang luka, lalu aku alihkan sakitnya ke lengannya yang kucubit, berarti luka kakinya gak perlu ditangisi toh?” Tek Rini bereksperimen. Mak Diyah bingung, didekatinya Wiwimelia yang masih menangis. “Wiwi mau apa sayang, jangan nangis lagi.” Wiwi agak sedikit mereda, dan menjawab. “Aku Kesel mak, aku pengen dipuk puk, biar aku ngantuk.”
-Salamdipukpuk-
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
HeheheBisa aja, PakDe
Waaah uda juga masih pengen dipukpuk yaaa
Pengen lah pak Ustadz
Hehe..tertawa sendiri membacanya. Keren pak...
Lucu ya bu
Hehe..memang enak di pukpuk..terasa nyaman Sukses.selalu ya pak
Uenak bu ingat masa kecil
Haha... Puk puk puk, bobo ciang bobo canci ya...
Hrheheheh iya bu. Pengen di puk puk
He..he..aku juga mau di puk puk....salam sukses,pak...
Hehehehe sama siapa bu? Makasih supporrtnya
Ha haa... membaca tokohnya saja sy sudah ngakak duluan... pinter banget Pak Denny nyari nama tokok ceritanya... mana pengen di puk puk lagi... sng gak ditabok sama tek Rini yaa ... wkwkwk