Bangku kosong itu
Mulanya biasa sajaa..., seperti bait lagu itu kuberangkat dari rumah menuju tempat tugasku mengawas UNBK. Alhamdulillah pagi ini aku diantar dengan senang hati oleh babang gojek ganteng yang baik hati, pakai ongkos dong yaa...bukan gratisan. Sesampai di tempat mengawas, penuh semangat ku berjalan menuju labor tempat ujian di dampingi panitia dan rekan sesama pengawas dari sekolah yang berbeda. Pagi ini kubertugas di labor 1. Memasuki ruang ujian kuucap salam sembari menebar senyum termanis biar tak dianggap sadis sebagai pengawas, secara kan mengawas bukan di sekolah sendiri, harus jaim dikit dong ya. Seperti biasanya, sesi ujian dimulai. Sang proktor penuh wibawa mengintruksikan peserta ujian untuk memulai ujian,
"Anak-anaak...silahkan login dengan pasword yang tertulis di papan tulis!" Ujarnya sembari tangannya memencet-mencet tombol komputer entah untuk apa.
Mendengar suaranya spontan kuteringat ustadz Abdul Somad, mirip suaranya tapi tidak dengan perawakannya. Tanpa suara peserta ujian patuh melakukan instruksi itu. Gaduh sejenak menjelang proses login sukses, setelah itu satu persatu mereka hanyut dalam belaian soal-soal ujian dilayar monitor masing-masing.
Sebagai pengawas yang baik tentunya tak lupa kutunaikan tugasku dengan baik pula. Meski sesungguhnya dengan sistem ujian berbasis komputer ini tak diperlukan lagi pengawas. Cukup diserahkan kepada sistem komputer yang super pintar itu, ujian akan terlaksana secara otomatis seperti yang diharapkan. Kian terpampang nyata betapa teknologi mampu menggantikan tugas-tugas manusia dengan sangat rapi.
Layaknya kabin pesawat terbang, tugas sebagai pengawas kurang lebih sama dengan pramugari, tapi tampangnya jelas beda ya. Kami bertugas memberi aba-aba, melayani keluhan peserta didik kalau-kalau komputernya ngadat atau mati mendadak, menjalankan absen, tapi tidak memberi kunci jawaban..he..hee. pelan tapi pasti kuedarkan absen siswa ke seluruh penjuru ruang ujian. Dibaris depan dari awal tampak bangku kosong. Kubiarkan saja, "mungkin terlambat" pikirku. Sampai selesai pengisian absen, bangku itu tak kunjung berisi, layar komputernya kedap-kedip sendiri. Kuteli satu persatu daftar nama di absen. Muhammaf Ikhsan nama siswa yang kosong absennya. dia berarti yang harusnya mengisi bangku kosong itu. Bersabar sejenak, mungkin sebentar lagi datang, pikirku. Detik berganti menitpun berlalu ia tak datang jua. Akhirnya ku bertanya jua,
"Bangku yang kosong ini kemana orangnya, kemaren dia ikut ujian?" Tanyaku dengan nada biasa.
Sontak peserta ujian melihat ke arahku, sekonyong-konyong mereka kembali kepermukaan setelah beberapa waktu tenggelam dalam pusaran soal ujian. Tapi mereka diam saja, tak satupun yang menjawab. Hening sejenak, karna tak kunjung dapat jawaban kutanya lagi mereka,
"Muhammad ihksan, kemana dia?" Ujarku dengan tekanan intonasi tanya yang sempurna.
Mereka tetap diam. Kusapukan pandangan ke seluruh ruang. Beberapa diantara mereka mulai tertunduk. Sampai dibarisan depan persis di samping bangku kosong kuparkir pandanganku. Wajah manis itu tertunduk. Ada genangan bening di pelupuk matanya, berusaha ia tahan. Perasaanku mulai tak enak menunggu jawaban. Sesenggukan ia menjawab,
"Ihksaan...ikhsaan su..sudah meninggal buu..!" Tercekat ia menjawab dengan tumpahan air mata yang susah payah ia bendung.
"Innalillaahi wainnailaihiraajiuun...!" Kaget, Gemetar kuucap kalimat itu. Tak kuduga sama sekali akan begini.
Seisi ruangan hening, mereka tertunduk pilu mengenang teman seperjuangan. Ada yang sibuk menghapus airmata, ada yang berjuang keras agar tangisnya tak tumpah. Rasa bersalah menggelayut di hatiku. Pertanyaanku mengungkit duka mereka. Banyak lagi yang harus kutanya, kenapa? Bagaimana? Tapi kutahan saja. Aku tak mau menambah soal ujian bagi mereka. Berusaha bijak, kunetralisir keadaan,
"Maafkan ibu nanda sekalian. Gara-gara peryanyaan ibu kalian jadi sedih. Ihksan sudah tenang sekarang. kita doakan dia husnul khatimah. Semoga ditempatkan di tempat yang layak di sisi Allah SWT. Lanjutkanlah perjuangan kalian, persembahkan nilai terbaik dalam ujian ini. Semoga semua lulus dengan nilai terbaik. Amiin..!
Mereka mengangguk lemah, berusaha kembali fokus pada layar monitor masing-masing. Dari tempat duduk pengawas kuperhatikan gerak gerik mereka. Berharap semoga peristiwa ini tak mengganggu pikiran mereka untuk menuntaskan soal demi soal. Pertanyaan demi pertanyaan tentang ikhsan masih kusimpan dan akan kucari jawabnya nanti.
Based on true story...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Innalillahi wainnailaihiraji'un
Innalillahiwainnailaihirajiun Buliran bening itu jatuh juga dipipiku
Innalillahiwainnailaihirajiun ikut sedih mendengarkan nya buk del
maasyaaalloh .... semoga mendapat tempat yang mulia di sisiNYA. dan Guru yang telah mengajar mendapt pahal yang besar atas keikhlasanya dalam memeberi ilmu.