Senja itu selepas berbuka aku terpaku menatap dan membaca postingan kawan-kawan. Aku tertunduk pilu seakan aku tak percaya. Aku masih belum amu membahasnya.

Setelah sholat tarawih selesai aku duduk diam disajadah. Suamiku sudah terlebih dahulu duduk di teras. Aku sengaja lama duduk diatas sajadah. Air mataku mengalir jatuh dipipiku. Aku usap mukenaku. Kudengar suara suamiku menegur, "masuk angin ma, Kok belum bangkit dari sajadah?. " Ndak masuk angin pa!". Jawabku sambil bangkit dari sajadah dan mengantungnya.

Aku ikuti suamiku ke serambi rumah sambil membawa handphone.Aku perlihatkan beranda facebook yang ada foto temanku dan suaminya. "Suami ni Asmah meninggal, tadi sore. Katanya sakit perut dan dilarikan ke RS Ahmad Darwis", uraiku. "Oh, pak Anis, Innalillahiwainnailaihirojiun...

Aku kenal sekali dengan beliau. Pribadi yang baik, setia dan humoris. Setiap kali ada kegiatan apa saja di kecamatan beliau selalu ikut. Diminta ataupun tidak terlibat dalam kepanitiaan ataupun tidak sama sekali. Orang yang ihklas tanpa pamrih.

Disetiap acara Porsenag PGRI beliau selalu setia mendampingi istrinya. Karena istrinya juga berkontribusi di kegiatan itu. Tidak pernah aku lihat raut mukanya yang kesal mengantarkan istrinya kesana kemari. Belum pernah.

Aku semakin tertunduk lesu tatkala membayangkan betapa uni Asmah sangat terkejut. Ditinggal tanpa merawatnya dalam sakit barang sekejap.

Aku tahu ni Asmah pasti sangat terpuruk. Karena mereka ibaratnya telapak tangan. Kalau ada punggung tangan disitu akan menempel telapak tangan.

Aku tahu gadis kecil juga akan merasa kehilangan sosok seorang ayah. Gadis manja yang baru beranjak remaja.

Semoga Allah menguatkan hati mereka yang ditinggalkan. Jangankan dirimu uni, aku masih meneteskan air mata diwaktu menulis kisah ini.

Semoga da Anis diterima disisi Allah dan diberikan tempat yang terbaik.

Selamat jalan da Anis. PGRI Suliki pasti kehilangan dirimu. Hanya jasamu yang akan kekal didalam memori kami.

Bahagialah di sana. Tersenyumlah.

Anding, 15052020

#tantanganmenulish#